Mohon tunggu...
Gratia Riechela
Gratia Riechela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemudi Harapan Pemuda

berani kotor itu baik - Rinso

Selanjutnya

Tutup

Film

Doctor Strange in the Multiverse of Madness, Film MCU yang memicu Kontroversi?

17 November 2022   01:11 Diperbarui: 17 November 2022   01:58 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Marvel Cinematic Universe (MCU) saat ini dapat dikatakan menjadi salah satu semesta perfilman terbesar di dunia.

Dengan dipimpin oleh Kevin Feige, semesta perfilman ini pun sudah berjalan selama lebih dari satu dekade dalam memproduksi berbagai film Marvel. 

Maka, tidak mengherankan jika semesta perfilman superhero garapan Marvel sudah sangat populer dan memiliki banyak penggemar yang tersebar di seluruh dunia.

Kendati demikian, tak bisa disangkal bahwa industri perfilman tentunya tidak akan mudah terlepas dari yang adanya kontroversi bahkan beberapa film garapan Marvel pun pernah mendapat kontroversi. 

Dalam waktu kurang dari satu dekade perjalanan, terdapat berbagai isu kontroversial yang menyelimuti dunia sinematik Marvel. 

Mulai dari perubahan latar belakang karakter hingga masalah ras. Salah satu film garapan Marvel yang baru-baru ini menuai kontroversi yaitu film Doctor Strange in the Multiverse of Madness.

Sinopsis Film

Doctor Strange in the Multiverse of Madness adalah film terbaru MCU's Phase 4 yang disutradarai oleh Sam Raimi. 

Film ini dibintangi oleh Benedict Cumberbatch, Elizabeth Olsen, dan Xochitl Gomez.

Film superhero yang satu ini berfokus menceritakan kisah Stephen Strange (Benedict Cumberbatch) dalam menghadapi berbagai peristiwa aneh akibat gerbang lintas semesta yang terbuka setelah kejadian di Spider-Man No Way Home.

Setelah membantu Spider-Man membuka dan menutup gerbang lintas semesta, tampaknya Stephen belum bisa bebas dari permasalahan yang ada di dimensi lain.

Stephen kerap kali bermimpi buruk mengenai seorang gadis remaja.

Dia pun akhirnya bisa bertemu dengan sosok yang kerap kali menerornya lewat mimpi yakni America Chavez, seorang penjelajah multiverse yang membutuhkan bantuannya.

Kehadiran America pun tak hanya membawa tanda tanya bagi Stephen, tetapi juga permasalahan baru ke dunia MCU, rupahnya kawan barunya tersebut sedang dikejar-kejar oleh iblis,

dan satu-satunya orang yang mengenal akan asal usul  iblis tersebut adalah Wanda Maximoff, mantan Avenger yang memiliki tendensi menjadi jahat.

Letak Kontroversi 

Penayangan film Doctor Strange in the Multiverse of Madness tidak mendapat izin tayang di beberapa wilayah salah satunya Arab Saudi.

Dikutip dari Screenrant, larangan penayangan film Doctor Strange in the Multiverse of Madness di wilayah tersebut dikarenakan adanya karakter LGBT yang di dalamnya.

Sosok karakter tersebut America Chavez, selaku superhero Marvel yang memiliki orientasi seksual lesbian yang juga memulai debutnya di MCU.

Sumber: GQ Mexico
Sumber: GQ Mexico
Namun baru-baru ini, alasan mengapa film superhero Marvel dilarang di Arab Saudi akhirnya terungkap lebih jelas.

Dilansir dari The Guardian, adanya pelarangan ini disebabkan karena pihak Disney menolak untuk memangkas 12 detik dari salah satu adegan Doctor Strange 2 atas permintaan dari pemerintah Arab Saudi. 

Adegan tersebut memperlihatkan, America Chavez membicarakan kedua ibunya yang secara tak langsung mengungkapkan bahwa Chavez berasal dari keluarga lesbian dan juga memiliki orientasi seksual tersebut. 

Selain Arab Saudi, film Doctor Strange in the Multiverse of Madness juga tidak diizinkan tayang di Kuwait dan Qatar karena alasan serupa.

Dikabarkan bahwa tiket untuk penayangan film ini tidak tersedia secara online di Arab Saudi, Kuwait, dan Qatar, tapi masih tersedia di Uni Emirat Arab.

Tanggapan dari Penggemar film Marvel

Mengulas dari sisi penggemar Marvel, Mikhael Versen atau yang akrab disapa Mik, film ini dianggap mid. 

Menurutnya, film ini memiliki visual yang luar biasa, Marvel melakukan pekerjaan yang baik dalam menjaga arah visual agar sama dari film pertama dan memasukkannya ke dalam film ini. 

Mik berpendapat bahwa visualnya bahkan lebih baik di film ini. Namun, yang menyedihkan adalah kecepatan filmnya lambat dan membosankan, satu-satunya adegan yang tak terlupakan dalam film ini adalah ketika mereka gagal menunjukkan kepada kita pertempuran besar illuminati melawan Wanda (adegan pertempuran itu mengecewakan)

Selain itu, Mik juga beranggapan bahwa Marvel terlalu fokus pada cerita Wanda daripada perkembangan dalam memahami multiverse itu sendiri. 

Akibatnya, banyak karakter yang terbuang  hanya karena Marvel ingin menunjukkan kepada kita betapa seberapa kuatnya Wanda di film ini. 

Mik pun menambahkan bahwa transisi antar adegan tampak biasa saja, dan klimaks dari film ini tidak begitu berkesan.

Berpindah pada Yeremia, atau yang sering disapa Yere, menurutnya penokohan film ini tidak sesuai dengan judul film nya, di mana sang tokoh utama yakni Dr. Strange tidak memiliki screen time sebanyak Wanda.

Meskipun demikian, ia tetap beranggapan bahwa film ini memiliki alur cerita yang bagus apalagi dengan adanya teori dari multiverse yang membuat ini film ini menjadi unik.

Selanjutnya, ada Clivvord yang berpendapat bahwa film ini begitu bagus karena mampu menghadirkan aktor-aktor hebat seperti Patrick stewart yang kembali memerankan karakter ikonik nya di X-Men yakni sebagai Charles Xavier dan menghadirkan John Krasinski Sebagai Reed Richards

walaupun kehadiran mereka hanya sebagai fans service namun dengan menghadirkan mereka sebagai cameo ini tentunya berhasil menaikkan hype dari film ini. 

Di sisi lain, jika menyinggung mengenai adegan LGBT, menurutnya adegan tersebut tidaklah begitu menonjol dan penting sehingga bukan masalah besar dari ditampilkannya adegan tersebut.

Terlepas dari adanya kontroversi terkait film ini, melihat antusiasme dan respon dalam bentuk ujaran tertulis dapat mengindikasikan bahwa film ini memiliki pengaruh terhadap publik khususnya dalam konteks penerimaan informasi.

Daftar Pustaka

Pratama, R. FILM DOCTOR STRANGE IN THE MULTIVERSE OF MADNESS (2022) SEBAGAI BUDAYA POPULER: SEBUAH PERSPEKTIF PENONTON INDONESIA. Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 5(2), 84-93.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun