Mohon tunggu...
Gratia Riechela
Gratia Riechela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemudi Harapan Pemuda

berani kotor itu baik - Rinso

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melihat Penggunaan Clickbait Media Online di Indonesia dalam Memberitakan Kasus Reynhard Sinaga

17 Oktober 2022   03:50 Diperbarui: 17 Oktober 2022   07:26 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

    Kehadiran teknologi internet membuat informasi yang masuk melalui media online menjadi lebih cepat untuk diakses.

 Apalagi di tengah pesatnya persaingan antar media online yang semakin menjamur mendorong perusahaan media online mencari cara dan strategi untuk meraih pembaca agar berkunjung ke laman medianya demi mendapatkan trafik.

    Salah satu cara dan strategi yang diterapkan perusahaan media online demi mencari trafik yaitu melalui penggunaan Clickbait. 

Singkatnya Clickbait merupakan tautan jebakan dalam judul konten yang dirancang untuk menarik perhatian pembaca. 

Namun, isinya biasa saja dan terkadang tidak ada hubungannya dengan isi yang dimuat dalam artikel.

   Di Indonesia, pada beberapa kasus yang pernah terungkap, tidak sedikit pula ditemukan penggunaan Clickbait yang terkesan berlebihan dalam memberitakan kasus tersebut. 

Melalui Kasus Reynhard Sinaga kita akan melihat bagaimana penggunaan Clickbait dari point of view media online dalam menyoroti kasus Reynhard Sinaga.

Terkuaknya Kasus Pemerkosaan Reynhard Sinaga

    Kembali di awal tahun 2020, tentunya bagi sebagian orang mungkin masih teringat jelas mengenai pemberitaan media yang sempat menghebohkan tanah air waktu itu.

 Usai putusan sidang terhadap pemerkosaan berantai ditetapkan pengadilan Inggris barulah beritanya tercium ke ranah publik.

    Diketahui, Reynhard Sinaga, seorang Warga Negara Indonesia (WNI) didakwa memperkosa korban setelah menggunakan obat penenang dengan kandungan GHB (gamma-hydroxybutyrate), yang bisa membuat korban pingsan dalam waktu lama. 

Dengan posisi korban yang tidak sadarkan diri, Reynhard kemudian  melakukan tindakan pelecehan seksual, yang direkam  di kedua ponsel miliknya.

    Reynhard telah dipenjara sejak 2017 setelah salah satu korbannya tiba-tiba sadar kembali saat pemerkosaan berlangsung. 

Hal tersebut membuat korban melawan, dan pertarungan berlanjut sampai Reynhard terluka hingga masuk rawat inap.

 Alhasil dari sanalah investigasi polisi menemukan 3,28 terabyte rekaman video kejahatan seks yang menunjukkan perilaku cabul di ponsel Reynhard. Jumlah ini setara dengan 250 DVD.

Clickbait Konten pemberitaan kasus Reynhard yang  dimuat di media online  Tribunnews

    Berita yang disebarkan oleh Tribunnews terkait kasus pemerkosaan Reynhard Sinaga banyak menggunakan sumber dari media Indonesia seperti BBC News Indonesia, serta interview pencarian informasi dengan pihak-pihak di sekitar Reynhard sebagai sumber informasi.

 

screenshot-20221017-055730-634ca01f08a8b57b9100f052.jpg
screenshot-20221017-055730-634ca01f08a8b57b9100f052.jpg
Sumber: Tribunnews

  Tribunnews membingkai kejahatan seksual yang dilakukan Reynhard Sinaga melalui pembingkaian dan penalaran sebagai kejahatan yang berkaitan dengan orientasi seksual, yakni homoseksual.

    Pada berita dengan judul "Sejak Kapan Reynhard Sinaga Terjerumus Penyuka Sesama Jenis? 

Semua Berawal dari Kisah Tahun 2015", secara eksplisit, Tribunnews memberikan contoh berupa rincian pesan teks Reynhard kepada temannya yang diakses melalui aplikasi whatsapp yang kemudian dirangkum dari portal berita Inggris yaitu Manchester Evening News. 

   Kemudian, masih dalam isi berita yang sama, Tribunnews mencoba menghubungkan orientasi seksual sebagai akar penyebab perilaku kriminal Reynhard Sinaga. 

Tribunnews  dengan jelas memaparkan bahwa karena orientasi seksual yang  mengubahnya menjadi predator seksual.

     Selanjutnya, Tribunnews membingkai tragedi kriminal Reynhard Sinaga sebagai hiburan di mana Tribunnews mengungkap banyak hal pribadi yang seharusnya lebih patut dianggap gosip ketimbang berita.

 Alih-alih mengungkap tindak kriminal Reynhard, Tribunnews malah mengangkat kehidupannya yang glamor.

     Sedangkan dari sisi penalaran Tribunnews menunjukkan bahwa faktor latar belakang dalam kehidupan pribadi keluarga berkaitan dengan kejahatan yang dilakukan oleh Reynard Sinaga.

Pemberitaan Reynhard Sinaga pada media online Tribunnews.com dikemas dari sisi negatif. 

Penutup berita yang dibuat pun bersifat pengulangan. Selain itu, beberapa berita juga memiliki persamaan satu sama lain dari segi isi hingga penutup.

   Selanjutnya, pemberitaan juga selalu memperlihatkan sisi negatif Reynhard Sinaga untuk diekspos, terlepas dari perbuatan kejahatan yang berkaitan dengan orientasi seksualnya.

Dalam hal ini, Tribunnews menekankan orientasi seksual yang ada pada diri Reynhard Sinaga menjadi dasar pemberitaan  oleh Tribunnews.com.

Clickbait  Konten Pemberitaan Kasus Reynhard pada Media Online Tirto.id

   Dalam memberitakan kasus Reynhard Sinaga Tirto banyak  menggunakan sumber  dari media terbitan Inggris seperti Guardian, BBC  dan The Telegraph,  yang kemudian dilengkapi dengan temuan informasi tentang Reynhard Sinaga dari  individu dari Indonesia

screenshot-20221017-070237-634ca0964addee55be728fb3.jpg
screenshot-20221017-070237-634ca0964addee55be728fb3.jpg
Sumber: Tirto.id.

    

     Tirto membingkai kejahatan seksual yang dilakukan Reynhard Sinaga dari segi penalaran sebagai bentuk tindakan kriminal yang tidak berhubungan dengan orientasi seksual. 

Pada judul berita "Reynhard Sinaga: Kekerasan Seksual Tak Kenal Orientasi Seks, secara jelas, Tirto  memberikan contoh bahwa kejahatan Reynhard tidak memiliki kaitan dengan orientasi seksualnya,

 serta menganggap homoseksual sebagai pelaku kekerasan adalah tuduhan yang tidak masuk akal.

    Kemudian, kasus pidana yang dilakukan oleh Reynhard Sinaga terjadi di Inggris. Namun, Tirto telah membingkai kasus ini dengan mempertimbangkan perlindunga korban masih hilang di Indonesia.

 Tirto membandingkannya dengan perlindungan korban Inggris. Framing Tirto ini bisa dijumpai pada contoh yang dikutip Tirto melalui penelitian Susan McDonald dan Adamira Tijerino yang berjudul Male Survivors of Sexual Abuse and Assault (2013) menjadi  rujukan Tirto. 

Di mana keduanya melakukan interview kepada tujuh korban. Contoh ini bisa ditemukan dalam berita berjudul Skema Kejahatan Reynhard Sinaga dan Faktor 'Kecerdasan'.

Penggunaan Clickbait Media Online dalam Menyoroti Kasus Reynhard Sinaga

     Pemberitaan berita mengenai kasus Reynhard Sinaga di Indonesia menjadi viral dan ramai diperbincangkan,

 bahkan sudah diprediksi oleh peneliti Firman Imanuddin dari Remotivi yang merupakan lembaga pengawas media di Indonesia, 

bahwa kasus Reynhard akan menjadi marking (pernyataan di mana informasi atau identitas tertentu akan ditekankan dan dikaitkan dengan tindakan tertentu yang tidak sesuai). 

   Misalnya, kita sering melihat berita-berita sensasional tentang kekerasan seksual yang dilakukan oleh kaum homoseksual,

 tetapi ketika pelakunya adalah heteroseksual, kita jarang melekatkan diri pada orientasi seksual mereka.

   Dalam hal ini, media online di Indonesia berlomba-lomba menulis berita tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelaku, 

bahkan untuk hal yang absurd sekalipun seperti rumah pelaku , (selfie) pelaku dan lain-lain. 

Alhasil, perilaku media yang  seperti ini kemudian ditiru oleh pemirsa berujung pada pembuatan meme dan stiker Reynhard, yang bermunculan di lini aplikasi chatting.

    Selain itu, pada media online, selama kurang dari seminggu memberitakan kasus tersebut menggunakan diksi yang terkesan multitafsir, 

bahkan kata kunci Reynhard Sinaga di search engine internet, sebagian besar akan memunculkan artikel yang mengacu pada hal-hal di luar konteks kasus pemerkosaan.

  Oleh karena itu, peliputan kasus kriminalitas yang melibatkan kelompok marjinal, 

seperti kasus Reinhard Sinaga, dapat dibilang kerap dilakukan secara bermasalah. 

Mulai dari sensasionalisme berlebihan hingga penerapan marking.

DAFTAR PUSTAKA

Lumbantoruan, N. K. F. (2022). Clickbait dalam Pemberitaan Kasus Reynhard Sinaga pada Media Online Tribunnews. Com (Analisis Framing dalam Pemberitaan Reynhard Sinaga Pada Media Online Tribunnews. com).

Magdalene. (2020). Kasus Reynhard Sinaga dan ‘Framing’ Sensasional Media. Diakses pada 16 Oktober 2022 dari https://magdalene.co/story/kasus-reynhard-sinaga-dan-framing-sensasional-media

Tirto.id. (2020). Kasus Reynhard Sinaga: Bom Waktu Jurnalisme Indonesia. Diakses pada 16 Oktober 2022 dari https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/kasus-reynhard-sinaga-bom-waktu-jurnalisme-indonesia-erBv

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun