Mohon tunggu...
Grace MonaThe
Grace MonaThe Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNPAR

Saya adalah mahasiswa prodi Teknik Industri angkatan 2022 di Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Hobi saya adalah membaca, menulis, juga mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selamat Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2023

2 Juni 2023   10:56 Diperbarui: 2 Juni 2023   12:41 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peringatan Hari Lahir Pancasila ke-78.

 

Hari lahir Pancasila jatuh pada tanggal 1 Juni.

Untuk memperingati hari itu, Universitas Katolik Parahyangan mengadakan rangkaian acara mulai dari prosesi kebangsaan, performance, sampai talkshow menarik di Gedung Multifungsi PPAG UNPAR tepat pada 1 Juni 2023.

Sudah lama rasanya bagi saya pribadi tidak mengikuti upacara bendera semenjak pandemi melanda, saya hanya dapat menyaksikan lewat media online, dan tayangan televisi yang menayangkan rangkaian upacara di Istana Negara contohnya.

Namun pagi itu, saya berdiri di tengah-tengah mahasiswa UNPAR lainnya menghadiri acara peringatan yang dimulai dengan prosesi bendera merah putih, lalu kemudian menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan sikap satu tangan hormat menghadap kibaran bendera.

Prosesi berlanjut dengan pembacaan Pancasila mulai dari sila pertama sampai kelima oleh moderator diikuti peserta upacara.

Kemudian sesaat setelahnya, hymne UNPAR dinyanyikan, dan lalu kata sambutan diberikan oleh Bapak Edy Syahputra Sihombing, S.S., M.Hum dan Bapak Mangadar Situmorang, Ph.D. selaku rektor Universitas Katolik Parahyangan. 

Salam Pancasila !

Foto Pribadi
Foto Pribadi

Acara semakin menarik ketika musikalisasi pidato Bung Karno pada 1 Juni tahun 1945 dibacakan kembali dengan penekanan kalimat demi kalimat yang lantang dan berani. Musikalisasi puisi ini seolah-olah membuat kami peserta ikut merasakan situasi yang sama saat Pak Soekarno membacakan pidatonya di zaman dahulu dengan berkobar-kobar.

Tidak berhenti sampai disitu, para alumni juga mahasiswa aktif UNPAR kemudian menampilkan sebuah musikalisasi puisi berjudul perjalanan, dan performance beberapa lagu yang disesuaikan dengan Pancasila dan perjuangan bangsa Indonesia tempo dahulu.

Foto Pribadi
Foto Pribadi

Tak ketinggalan lagu Garuda Pancasila juga dikumandangkan sebelum talkshow digelar.

Talkshow yang tidak kalah menarik ini menghadirkan Bapak Thomas Supono (Brigjen.Purn), Andreas Doweng Bolo (Ketua PSP UNPAR), dan Adito Palendra (Ketua BEM UNPAR) sebagai narasumber.

Talkshow kebangsaan ini mengangkat tema “Gotong Royong Membangun Peradaban dan Pertumbuhan Global”.

Foto Pribadi
Foto Pribadi

Lewat talkshow tersebut saya belajar banyak hal. Seperti bagaimana Pancasila menurut Bapak Thomas Supono diinterpretasikan sebagai nilai-nilai yang perlu dimiliki oleh seorang pejuang. Selama menjadi bagian dari ABRI, Bapak Thomas merasa bahwa memang Pancasila tertuang dalam diri seorang prajurit selama perjuangannya. Prajurit yang profesional memerlukan kejujuran dan nilai-nilai dasar Pancasila. Manusia pancasilais yaitu yang siap membela bangsa dan negara, yang siap berbakti, dan juga melindungi Pancasila itu sendiri.  

Mengenai manusia yang pancasilais Bapak Andreas Doweng juga mengajarkan bahwa Pancasila itu sesuatu yang ideal diturunkan ke berbagai macam turunan yang membuat Pancasila sendiri dapat dilaksanakan, yang mengartikan bahwa manusia yang Pancasilais adalah masyarakat yang dapat menerapkan dan mempraktekan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut ketua BEM UNPAR, Kak Adito, mahasiswa sekarang ini banyak menerapkan Pancasila meski tidak secara gamblang digembar-gemborkan namun nilai-nilai Pancasila yang tertanam lewat pendidikan di masa sekolah dulu juga Pendidikan Pancasila saat berkuliah tercermin lewat perilaku mahasiswa yang baik. Tak lain menurutnya, manusia pancasilais adalah yang dapat menerapkan kelima sila dalam Pancasila.

Pancasila punya interpretasi masing-masing baik itu dari sudut pandang pemerintahan, ABRI, dosen, mahasiswa atau elemen masyarakat lainnya.

Melewati berbagai hal, Pancasila itu dinamis, waktu ke waktu, interpretasinya mungkin bisa berbeda dari satu generasi ke generasi lainnya. Di mana walaupun pada masa orde baru terjadi ketegangan antara pemerintah dengan rakyat, dan ABRI dengan mahasiswa yang disebabkan oleh misinterpretasi Pancasila, dimana seolah-olah Pancasila hanya milik penguasa, kebebasan berdemokrasi sangat dibatasi, dan kita diatur oleh sistem negara, namun kemudian sesudah reformasi mencari cara agar Pancasila dapat kembali diinterpretasikan dengan benar walau menghadapi banyak tantangan.

Di zaman yang semakin berkembang ini, di mana perkembangan teknologi semakin maju, mendorong pemerintahan untuk lebih terbuka, juga menyangkut kebebasan berpendapat di depan publik untuk menyampaikan aspirasi dan kritik terhadap kinerja pemerintah.

Memang perkembangan ini memiliki risiko tersendiri, namun yang perlu kita lakukan adalah mengambil hal yang positif yaitu bagaimana Pancasila bisa tetap dipegang teguh di tengah perkembangan zaman, seperti yang disampaikan oleh Bapak Andreas Doweng.

Anak muda di zaman ini punya banyak referensi, berbagai ideologi lain mungkin memengaruhi. Misinterpretasi inilah yang harus diluruskan, yaitu ketika Pancasila dihadapkan dengan globalisasi, kita harus mengusahakan Pancasila tetap bisa berjalan beriringan dengan globalisasi. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Kak Adito dan dua narasumber lainnya, di mana kita harus bisa memaknai nilai-nilai Pancasila dan kebutuhannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila dan demokrasi erat kaitannya. Di tahun depan di mana pemilu akan diadakan, sebagai bagian dari masyarakat kita harus dengan bijak memilih pemimpin, yaitu memilih berdasarkan kualitasnya, bukan terpengaruh dengan politik identitas. Kita juga harus memaknai pemilu sebagai bagian dari demokrasi Pancasila, karena pemimpin asalnya dari rakyat, maka kita sebagai rakyat juga harus terlibat dalam demokrasi itu.  

Demokrasi ini harus kita kawal. Pemilu 2024 jangan jadi pemecah kita, namun jadikan suatu hal yang justru memperkuat demokrasi kita. Mengawal pemilu mulai dari calon pemimpin yang kemudian akan jadi pemimpin Indonesia, sampai masyarakat yang memilihnya. Pemilu harus dilaksanakan dengan asas, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Berbagai hal lain mungkin menjadi tantangan bagi kita untuk tetap memegang teguh Pancasila itu sendiri, namun dengan kerjasama yang baik kita dapat membangun peradaban dan pertumbuhan global dengan berdasarkan Pancasila.

Selamat hari lahir Pancasila !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun