Seiring berkembangnya teknologi ke arah yang lebih maju membuat setiap masyarakat dapat mengakses informasi dengan mudah. Hal ini tentunya membawa dampak positif maupun negatif.Â
Internet merupakan salah satu hasil dari sebuah perkembangan teknologi yang membawa perubahan besar bagi dunia. Kehadiran internet mampu membuat segala hal dapat saling terhubung.Â
Namun disisi lain internet dapat dikatakan sebagai pedang bermata dua. Mengapa demikian? Karena hadirnya internet turut memberikan dampak positif dan negatif bagi setiap masyarakat.
Semakin mudahnya akses komunikasi, pencarian informasi, serta dapat menjadi sarana media hiburan merupakan dampak positif dari internet. Namun dibalik banyaknya dampak positif yang ditimbulkan dari teknologi internet, ada pula dampak negatifnya yakni salah satunya dapat dijadikan tempat peredaran berita bohong (hoax).Â
Tentu saja dampak ini dapat menimbulkan bahaya bagi masyarakat, karena dapat menimbulkan kekacauan. Dilansir dari Kominfo.go.id, terdapat 800.000 situs penyebar informasi palsu maupun hoax yang sudah terindikasi.Â
Kemudian dalam periode 23 Januari 2020 hingga 25 Oktober 2021 terdapat temuan isu hoax mengenai Covid-19 sebanyak 1.966.Â
Jika kita berbicara dalam perspektif jurnalisme, verifikasi dan faktualitas merupakan jantung dari jurnalisme. Dalam organisasi media pemeriksaan sebuah fakta menjadi suatu kelaziman.Â
Seorang jurnalis memiliki komitmen yang tinggi terhadap suatu kebenaran dari berita. Sehingga informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat merupakan informasi yang telah terverifikasi kebenarannya.
Fact-checking journalism atau jurnalisme pemeriksa fakta merupakan sebuah terobosan baru dalam perkembangan jurnalisme digital. Jurnalisme pemeriksa fakta dalam penyajian informasinya memaksimalkan penggunaan fitur digital yang ada. Selain itu, teknologi IFCN juga dapat digunakan sebagai sarana pengurangan disinformasi dari sebuah berita.
MENGENAL LEBIH DALAM MENGENAI FACT-CHECKING JOURNALISM
Muckracking journalism atau jurnalisme contong merupakan fenomena awal dari praktik jurnalisme pemeriksa fakta yang digunakan untuk mengulas berita-berita kontroversial melalui laporan investigasi.Â
Sejak berkembangnya jurnalisme digital pengecekan sebuah fakta dan verifikasi sebuah data jauh lebih kompleks. Setiap aktivitas pemeriksaan fakta yang dilakukan tetap berpegang pada nilai jurnalisme yakni memberikan informasi yang aktual bagi para pembacanya.Â
Terdapat beberapa karakteristik dari jurnalisme pemeriksa fakta secara umum yakni interaktivitas, multimedia, hipertekstualitas, non-linearis, personal, dan konvergensi. Selain itu, narasi reporter juga digunakan sebagai tumpuan utama dalam mengambil sudut pandang media.Â
Selain itu, tujuan utama dari fact-checking journalism yakni meningkatkan kualitas jurnalisme, mendidik publik, hingga meningkatkan perilaku politik (Nurlatifah, M. 2019).
APA ITU JARINGAN IFCN?
International Fact-Checking Network atau yang biasa disebut dengan IFCN merupakan sebuah jaringan media internasional yang berdiri pada tahun 2015 dan memiliki tujuan untuk mengurangi berita palsu (fake news atau hoax) maupun berita keliru (misinformation) melalui pemeriksaan dan penjelasan fakta secara rinci.
Sebanyak 44 media sudah lolos verifikasi dalam jaringan IFCN ini. Pada tanggal 12 Januari 2018, Tirto menjadi media pertama yang berhasil lolos verifikasi oleh jaringan periksa internasional ini di Indonesia. Â
TIRTO SEBAGAI MEDIA PERTAMA DI INDONESIA YANG LOLOS VERIFIKASI JARINGAN IFCN
Tirto.id merupakan salah satu situs berita di Indonesia yang diluncurkan pada tanggal 13 Agustus 2016. Tirto didirikan oleh Atmaji Sapto Anggoro.Â
Untuk melakukan verifikasi berita yang telah diunggah terhadap kebenarannya dapat dicek pada cekfakta.com/tirtoid. Di dalam web ini terdapat klasifikasi atau keterangan terhadap berita yang tidak benar maupun misleading content.Â
Dalam menyimpulkan fakta, hoax, maupun disinformasi dari sebuah berita Tirto.id bekerja sama dengan facebook dengan menyediakan hyperlink maupun opsi terbuka untuk membuka serta menyimpulkan sebuah data dan penilaian atas klaim.
Selain itu, Tirto.id sebagai media yang telah terverifikasi IFCN juga menerapkan beberapa cara yang digunakan untuk melakukan pengecekan fakta terhadap sebuah berita.
1. Tirto.id dalam meneliti dan menyajikan sebuah pengujian faktual kepada para pembacanya menggunakan konfirmasi yang telah dipublikasikan pada situs organisasi tertentu hingga data terbuka. Hal ini sesuai dengan kebijakan media serta editorial dalam proses pengecekan fakta.Â
Sebagai prinsip utamanya, Tirto.id menggunakan penerapan jurnalisme presisi dengan menetapkan sains sebagai metode utama untuk menyajikan serta menemukan fakta. Oleh karena itu, dalam menyajikan data dan fakta Tirto.id memilih mengambil dari beragam sumber kepada para pengaksesnya.
2. Dalam melakukan pengecekan fakta, Tirto.id mengembangkan dua format untuk kondisi yang berbeda. Pertama, media ini akan melakukan secara langsung pengecekan fakta sebagai upaya untuk menarik perbandingan diantara data resmi dan klaim. Tirto.id akan melakukan komparasi secara langsung antara pernyataan dari narasumber dengan data resmi, melalui artikel khusus maupun secara real-time.Â
Kedua, dalam menganalisis isu-isu yang sedang beredar ditengah masyarakat Tirto.id menggunakan data resmi yang dimuat oleh tim peneliti pada laman "Periksa fakta" dan "Mild Report" yang diterbitkan setidaknya satu minggu sekali.Â
3. Dalam melakukan pemeriksaan fakta, Tirto.id menerapkan jurnalisme presisi yang telah menjadi dasar bagi media ini yakni menggunakan pedoman verifikasi. Pertama, sumber data yang digunakan kebanyakan berasal dari negara (Pemerintah Pusat, Bursa, Badan Pusat Statistik, Pemerintah daerah, dan Laporan Perusahaan).
Kedua, sumber data yang digunakan berasal dari lembaga internasional (Bank Dunia, ASEAN, PBB, serta OECD). Ketiga, sumber data yang digunakan berasal dari jurnal ilmiah (The Quarterly Journal of Economic, MIS Quarterly, serta konsultan besar seperti McKinsey, Nielsen, BCG) yang telah terverifikasi kebenarannya dan kredibel. Hingga dalam setiap sumber data yang dipilih.
Dalam pemeriksaan fakta, Tirto.id menampilkan sumber data yang digunakan pada visualisasi tertentu maupun infografis serta menyertakan hyperlink yang akan ditampilkan pada infografis pengecekan fakta serta badan narasi.
Tim yang bertanggung jawab dalam pemeriksaan fakta dari media ini yakni tim riset. Namun dalam pelaksanaannya tim riset juga bekerja sama dengan tim redaksi.Â
Tak hanya itu saja, Tirto,id juga melakukan riset secara mandiri. Dilansir dari tirto.id metodologi survei dipakai secara variasi, menyesuaikan dengan bertujan peneitian yang menyertakan tipe respondennya. setiap hasil dari survei, wilayah penelitian, metodologi, karakterisitik dan jumlah responden, serta waktu pelaksanaan hendak dipubikasi bersama-sama dengan laporannya.
Namun bila audience mempunyai ide, saran maupun tanggapan atau bahkan bantahan kepada kliam riset mandiri dan pemeriksaan fakta milik tirto.id, audience bisa mengirimnya ke email factcheck@tirto.id. Semua koreksi mengenai periksa data dan perksa fakta akan dilakukan melalui prosedur yang sudah disebut dalam pedoman media siber.Â
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa jaringan IFCN memberikan dampak yang baik kepada masyarakat. IFCN membantu meminimalisir terjadinya disinformasi berita maupun penyebaran berita hoax yang dapat diterima oleh masyarakat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H