Mohon tunggu...
gracejohannes
gracejohannes Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Life is worth living...or is it?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melihat Masa Depan Profesi Apoteker melalui Kaca Pembesar pada Kasus Muhammad Rofiqi

14 Desember 2024   19:14 Diperbarui: 14 Desember 2024   19:14 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belakangan ini media sosial diramaikan oleh video yang beredar melibatkan Muhammad Rofiqi, seorang DPR dari Fraksi Gerindra, terkait pernyataannya yang dianggap menghina profesi apoteker yang memicu reaksi negatif dari berbagai sosial media. Pernyataannya tersebut dikemukakan pada Rapat Dengar Pendapat (RDP), di mana Rofiqi menyamakan profesi apoteker dengan penjual miras di pinggir jalan. 

Setelah mendapatkan banyak kritik, Rofiqi melakukan klarifikasi melalui akun Instagramnya. Dalam klarifikasinya, Rofiqi menjelaskan bahwa "apoteker" yang digunakan merujuk pada oknum yang menyalahgunakan profesi untuk meracik minuman keras dan bukan secara harfiah menggambarkan apoteker sebagai tenaga kesehatan. Dalam pertemuan dengan Ketua Umum Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Rofiqi mengungkapkan penyesalannya atas kesalahpahaman yang terjadi dan menegaskan bahwa ia tidak bermaksud untuk merendahkan profesi apoteker. 

Apoteker sendiri merupakan yang memainkan peran penting dalam sistem pelayanan kesehatan. Peran mereka sangat signifikan terutama dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Selain itu, apoteker juga berperan aktif dalam mengedukasi dan memberikan informasi mengenai obat yang digunakan oleh pasien, seperti:

- cara penggunaan obat yang benar

- efek samping obat

- interaksi obat

- merekomendasikan obat jenis lain yang lebih terjangkau

- membantu dengan swamedikasi pasien

- memberikan obat sesuai dengan resep dokter beserta penjelasan mengenai penggunaan obat

Selain itu, seorang apoteker juga bertanggung jawab dalam mengelola apotek yang menjadi tempat pelayanan utama kefarmasian. Dalam dunia farmasi terdapat 3 bidang utama, yaitu

1. Farmasi Klinis

Farmasi klinis berfokus pada peranan apoteker dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit atau klinik. Apoteker disini bekerja sama dengan tenaga kesehatan yang lain untuk memastikan penggunaan obat yang tepat, aman dan efektif bagi pasien. Selain itu, tugas seorang apoteker meliputi konsultasi obat dengan pasien, pemantauan terapi pasien, memastikan dan memberikan obat sesuai dengan resep dokter, serta memberikan edukasi mengenai obat kepada pasien dan juga tenaga medis.

 

2. Farmasi Komunitas

Farmasi komunitas merupakan peranan apoteker yang bertugas langsung dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, seperti di apotek. Peran apoteker disini termasuk memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat seperti membantu pasien dalam berswamedikasi, dispensing obat, dan meningkatkan kesadaran masyarakat masyarakat melalui edukasi kesehatan.

3. Farmasi Industri

Farmasi industri mencakup produksi, penelitian, dan pengembangan obat serta produk kesehatan lainnya. Apoteker pada sektor ini bekerja dalam formulasi, uji klinis, kontrol kualitas, hingga pemasaran obat. Apoteker memastikan agar sediaan farmasi aman, berkualitas, dan sesuai dengan standar regulasi.

Seorang apoteker pastinya akan menghadapi tantangan dalam pekerjaannya, terlebih lagi di era digital sekarang. Beberapa tantangannya adalah sebagai berikut:

1. Kekurangan tenaga kerja

Permintaan akan pelayanan farmasi semakin meningkat, terlebih lagi setelah pandemi COVID-19. Pasokan apoteker yang tidak dapat mengimbangi permintaan ini, terutama di daerah terpencil, mengakibatkan akses yang terbatas oleh layanan farmasi.

2. Keselamatan obat

Keselamatan obat merupakan aspek utama dalam praktik farmasi, tetapi banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti kesalahan dalam memberikan obat, interaksi obat yang dapat merugikan pasien, dan obat palsu. Seorang apoteker harus memastikan bahwa mereka tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan atau bahkan mengancam nyawa pasien.

3. Regulasi yang berubah

Perubahan regulasi dalam industri farmasi menjadi tantangan bagi apoteker. Pasalnya, mereka harus terus memperbaharui pengetahuan mereka mengenai hukum dan kebijakan baru yang dapat mempengaruhi praktik mereka. Hal ini sangat penting untuk memastikan kepatuhan dan perlindungan bagi pasien.

4. Tantangan dalam pendidikan

Proses Pendidikan untuk menjadi apoteker sangat Panjang dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Terlebih lagi setelah ada kebijakan mengenai sarjana farmasi yang diwajibkan untuk mengambil profesi sebagai syarat untuk mendapatkan STR (Surat Tanda Registrasi).

Kasus Muhammad Rofiqi adalah pengingat bahwa profesi apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam sistem kesehatan. Dengan semakin bertambahnya tantangan, apoteker perlu terus beradaptasi, belajar, dan berkolaborasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Masa depan profesi ini bergantung pada kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan manusia yang berubah-ubah untuk menciptakan sistem kesehatan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun