Mohon tunggu...
Grace
Grace Mohon Tunggu... Freelancer - -

Just for fun. My life mostly revolves around movies, food, and dogs!

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Dosa Pertama di 2021

4 Januari 2021   00:00 Diperbarui: 4 Januari 2021   03:23 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bakmi biasa. Sumber: Dokumen pribadi.

"Ih, gendutan yaa" "Berisi banget sekarang" "Wah, gendutan kau daripada kakakmu"

Itulah beberapa kalimat yang sering orang-orang lontarkan kalau ketemu aku. Jelas kalimat-kalimat itu buat aku minder dan kesal.

Minder karena sedari kecil aku memang ingin merampingkan badanku tapi tak kunjung berhasil. Aku selalu kesusahan untuk menyelesaikan dietku karena banyak godaan sekitar dan tidak dapat menahan rasa lapar.

Kenapa kesal? Karena yang ngomong kalimat-kalimat ini biasanya orang-orang yang badannya lebih gede dari aku. Ini membuatku sadar kalau kesadaran diri orang Indonesia sangat kurang, ya. Kalau komentarin kekurangan orang lain memang paling jago.

Tapi semakin aku dewasa, aku belajar untuk anggap ini sebagai angin lalu. Sekali-kali aku membalas kalimat tersebut dengan "hahaha iya sama lah dengan tante". Nanti juga dia pergi sendiri dan gak bahas-bahas lagi. Aku juga belajar untuk mencintai diriku terlepas bagaimana berat dan bentuk tubuhku.

Di saat yang sama, aku juga ingin memulai lagi untuk mengurangi berat badan lewat regimen yang sudah aku rencanakan selama liburan ini, yaitu diet kalori defisit dan berolahraga rutin.

Nyatanya, keinginan gak sesuai dengan realita yah!

Dari 31 Desember - 1 Januari, aku dan keluargaku memutuskan untuk staycation di Hariston Hotel & Suites, Jakarta Utara. Dua alasan kami memilih untuk menginap di daerah Jakarta Utara karena kami sama sekali belum pernah mengelilingi kota tersebut dan kami ingin mengunjungi Bandar Djakarta.

Sepanjang perjalanan kami melihat bahwa banyak sekali restoran yang menjual Bakmi Siantar. Jelas sekali kami tertarik untuk mencicipi karena kami orang batak dan kami penasaran apakah rasanya akan sama seperti bakmi-bakmi di Pematangsiantar.

Setelah kami check out dari hotel kami mulai mencari berbagai pilihan restoran yang menjual Bakmi Siantar di Google Maps. Kami memutuskan untuk mengunjungi wilayah sekitar Pasar Muara Karang.

Sesampainya di sana, kami sangat terkesima karena vibe-nya benar-benar terasa seperti di Pematangsiantar. Ada berbagai jenis makanan yang dapat dipilih. Akhirnya, kami memutuskan untuk ke restoran Bakmi Keriting Siantar 19.

Menu dengan harga lama di Bakmi Keriting Siantar 19. Sumber: Dokumen pribadi.
Menu dengan harga lama di Bakmi Keriting Siantar 19. Sumber: Dokumen pribadi.
Menu dengan harga lama di Bakmi Keriting Siantar 19. Sumber: Dokumen pribadi.
Menu dengan harga lama di Bakmi Keriting Siantar 19. Sumber: Dokumen pribadi.
Kami sekeluarga memesan bakmi polos 4 porsi, pangsit kuah 1 porsi, 2 es teh manis, dan 2 teh tawar hangat. Sembari menunggu pesanan datang, bapak dan mamaku pergi ke restoran sebelah untuk membeli cakue.

Cakuenya lumayan enak dan berukuran besar. Harganya pun tergolong murah. Akan tetapi, cakue sudah dalam keadaan dingin sehingga kurang renyah dan mantap untuk dinikmati.

Selain itu, mama dan kakakku juga membeli 2 sate kerang dari seorang bapak yang menghampiri kami. Karena aku bukan penggemar kerang, aku tidak ikut membeli.

Kata kakakku sate kerangnya gurih, sambalnya kental, dan sedikit pedas. Menurutnya rasa sate lumayan worth it dengan harga Rp5.000.

Bakmi keriting polos kami akhirnya datang juga. Wanginya benar-benar menggoda. Daging babi merahnya pun terlihat segar.

Dari penglihatan, porsinya seperti sedikit padahal aslinya sangat banyak. Kuah yang diberikan pun tidak sedikit. Rasanya benar-benar seperti bakmi yang dijual di Pematangsiantar. Sangat autentik. Harganya pun tidak mahal.

Meskipun sangat menikmati makan siang ini, di setiap tarikan bakmi selalu terlintas dipikiranku bahwa aku telah menghabiskan lebih dari separuh batas kalori yang dapat dikonsumsi setiap harinya.

Sebagai konteks, aku hanya dapat mengonsumsi 1000 - 1200 kalori per hari apabila aku ingin menurunkan berat badan sesuai target dan waktu yang kuinginkan. Dalam menghitung kalori, aku selalu menggunakan aplikasi MyFitnessPal.

Untuk 1 porsi bakmi, 2 pangsit rebus, es teh manis, dan 1 cakue, aku telah memakan kurang lebih 878 kalori. Belum lagi, pada pagi harinya aku telah memakan 1 chocolate croissant dari Tous Les Jours, yang diperkirakan memiliki kalori sebesar 210.

Jika ditotal, aku telah menggunakan 1.088 kalori. Berarti aku hanya memiliki sisa 112 kalori hingga malam nanti. Aku tahu bahwa aku akan melebihi batas konsumsi kaloriku di tanggal 1 Januari ini.

Setelah selesai menyantap bakmi dan membeli mie goreng untuk dibawakan ke rumah opungku, kami menuju ke mobil untuk kembali ke rumah di Depok.

Di sepanjang perjalanan, alih-alih merasa menyesal telah makan dengan jumlah kalori banyak padahal masih siang, aku merasa happy. Happy karena sudah lama ngidam makan bakmi siantar dan menemukan bakmi siantar dengan rasa yang sama seperti di kota Pematangsiantar.

Hanya ada satu kalimat yang terlintas dipikiranku selama perjalanan pulang, "Ya udahlah, dietnya mulai besok aja deh."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun