Mohon tunggu...
Grace Angelica Christy
Grace Angelica Christy Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Faktor-Faktor Penghambat Kemajuan Pendidikan di Indonesia

5 Oktober 2022   00:37 Diperbarui: 5 Oktober 2022   00:44 5462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2Jumlah Penduduk di desa tanpa sarana Prasarana Pendidikan (Sumber: lokadata)

Hal ini terjadi dikarenakan tidak banyak guru-guru yang mau mengajar di papua. Hal ini dikarenakan budaya di papua masih ada peperangan antar suku sehingga keamanan tidak terjamin.

Masalah ketidakhadiran guru di sekolah-sekolah juga menjadi faktor yang perlu mendapatkan perhatian.  Berdasarkan penelitian UNICEF disampaikan bahwa terdapat 47% guru tidak hadir di tempat mereka ditugaskan untuk mengajar (Theo Kalen & Syofiardi, 2021). Tentunya dengan ketidakhadiran guru untuk mengajar memberikan dampak terhadap ketertinggalan kemampuan siswa dalam belajar dan menyebabkan siswa tidak naik kelas selama bertahun-tahun (unicef.org, 2019). Di Papua hal ini juga terjadi. Ketidakhadiran guru di Papua dilatarbelakangi oleh gaji yang diberikan pemerintah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guru-guru. Padahal pemerintah sudah memberikan gaji sebesar 4 juta per bulan bagi guru-guru yang mengajar di Papua. Ternyata gaji tersebut tidak cukup karena gaji 4 juta habis untuk membeli minyak tanah dan air putih (Abdurrahman Al Farid & Adya Rosyada Yonas, 2019).

Kurangnya guru yang berkualitas juga adalah faktor penting yang harus diperhatikan. Kualitas guru yang buruk akan sangat mempengaruhi kualitas pendidikan anak-anak bangsa di Indonesia.

Pemerintah juga perlu meningkatkan perlindungan pada keselamatan dan keamanan guru pada saat guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya (Republika.co.id, 2009). Hal-hal yang masih sering terjadi adalah adanya ancaman berupa ancaman fisik dan tekanan oleh orangtua siswa. Ancaman tersebut dilakukan oleh orangtua siswa ketika guru tidak menaikkan siswa ke kelas berikutnya atau   ketika guru memberikan konsekwensi kepada siswa yang tidak disiplin. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan persepsi di mana ada orangtua yang menganggap perlakuan pendisiplinan tersebut adalah perlakuan yang keras terhadap anaknya. Akibatnya, karena adanya ancaman tersebut maka sekolah kemudian meluluskan siswa walaupun siswa tidak memenuhi kompetensi yang diharapkan. Salah satu contohnya adalah anak-anak Papua yang lulus SMA tetapi mereka masih kesulitan dalam membaca dan menulis.

Faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah mengenai standar kurikulum pemerintah perlu disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah. Standar pencapaian kurikulum di Papua dan di daerah yang maju tidak dapat disamakan. Hal ini dikarenakan anak-anak Papua belum bisa mengikuti standar yang ditentukan oleh pemerintah karena kondisi sarana prasarana dan juga keterbatasan guru berkualitas yang ada di Papua (Sardita Malawat, 2019).

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya Pendidikan, manusia bisa mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya sehingga dapat menghadapi tantangan dan kebutuhan zaman. Dengan kata lain, pendidikan adalah modal bagi manusia untuk dapat bertahan hidup dan dapat mengembangkan kemampuan dan potensinya untuk melayani Tuhan, sesama dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

Oleh karena itu, hal-hal yang dapat mendukung terlaksananya Pendidikan yang berkualitas harus menjadi perhatian. Pemerintah juga perlu memperhatikan dan mendukung daerah “3T” yaitu terluar, terdepan, dan tertinggal termasuk Papua agar pemerataan Pendidikan dapat terjadi dan dinikmati oleh seluruh anak-anak bangsa.

Daftar Pustaka:

Abdurrahman Al Farid, & Adya Rosyada Yonas. (2019, November 14). Kisah Mirisnya Gaji Guru di Pedalaman Papua, hanya Cukup untuk Beli Air Bersih dan Minyak Tanah.

Alfian, & Hasriyani Latif. (2020). Indonesia Kekurangan Gedung Sekolah, IGI Dorong Regulasi Sekolah Virtual .

Anindhita Maharrani, & Choirunnisa Nur. (2019, December 11). 6.000 Desa belajar tanpa sarana pendidikan. https://lokadata.id/artikel/6000-desa-belajar-tanpa-sarana-pendidikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun