Apakah sampai disitu, tidak, saya diajak oleh teman pelayanan mengurus pergumulannya dan dari daerah tersebut saya dipanggil ke Pekanbaru diberikan kesempatan berkotbah di GPdI Palas Pekanbaru, dimana kalau saya berkunjung ke sana ada jatah khotbah.
Dalam duka di tahun itu, Tuhan tidak membiarkan saya mengasihi diri saya sendiri, saya diperhadapkan dengan orang-orang yang butuh bantuan. Seorang teman yang mengalami depresi berat karena penyakit, dia tidak bisa tidur selama empat bulan, dia sudah tidak bekerja, salah satu matanya menjadi kabur karena penyakit diabetes dan penyakit lainnya.
Ketika saya ada di kampung, dia yang tinggal di Jakarta kala itu pulang kampung dan saat dia tahu saya di kampung dia datang ke rumah. Teman-teman  saya sudah tahu bahwa saya sering menjadi tempat curhat banyak orang, kala itu dia pulang kampung dan datang ke rumah menyampaikan pergumulannya. Saya mengajaknya berdoa dan menyanyikan lagu-lagu rohani. Setelah teman saya ini konsultasi di hari ke dua dia sudah bisa tidur, hari ketiga setelah konsultasi dia sudah tidur pulas. Setelah dia sembuh dia balik ke Jakarta dan masih mau konsultasi. Dia berkata, Taruli aku tidak tahu harus bagaimana membalas kebaikanmu, aku tidak pernah membayarmu, aku tidak tahu harus memberikan apa samamu, berkat Tuhanlah ya Taruli untukmu. Saya malah tidak pernah terpikirkan akan diberikan sesuatu jika mereka sembuh karena mendengarkan saya, terpujilah Tuhan.Â
Saat itu saya berkata kepada Tuhan, saya juga berduka loh Tuhan, jangan lupa Tuhan, mengapa begitu banyak yang harus saya tangani?
Setelah persoalan di kampung selesai sayapun balik ke Jakarta.
Apakah sampai disitu? Tidak, tahun 2021 saya di diagnosa menderita ASD Secundum L-R Shunt (Kebocoran Jantung Bawa Lahir) dengan diameter 24 mm melalui TEE. Apakah saya harus mengasihani diri lagi? Tuhan tidak membiarkan saya mengasihani diri, saya diperhadapkan dengan pasutri yang berkonsultasi dengan saya, pernikahan mereka diambang perceraian dan hampir mendaftarkan divorce ke Dukcapil. Sudah banyak sekali tempat mereka berkonsultasi sesama pasutri, namun pasutri ini tidak mau mendengarkan semua nasehat pasutri lain, tibalah giliran saya masuk, puji Tuhan dalam proses 4 bulan mereka memutuskan tidak bercerai dan sekarang mereka sudah bahagia. Setelah pasutri tersebut sudah akur, mereka kaget ternyata ketika mereka konsultasi dengan saya, saya, sudah ASD Secundum dan tidak ada yang tahu. Mantap jiwa, dalam hatiku, tidak perlulah orang lain tahu biarkan Tuhan sendiri yang bertidak dalam hidupku.Â
Setelah melakukan segala pemeriksaan terhadap jantung saya, diputuskan untuk melakukan penutupan ASD menggunakan Amplatzer Septal Occluder (AGA) no.28 mm dengan fluoroscopy. Dokter menyampaikan, resiko terbesar dari tindakan ini bu, meninggal di meja operasi dan resiko ringannya selamat. Saya berserah saja Tuhan. Namun ketika itu saya ingat kalau saya meninggal di meja operasi bagaimana ya, saya sudah mengisi formulir pendaftaran beasiswa ingin lanjut Studi S2 English Linguistik saya di Norway, tapi ya sudahlah tidak apa-apa juga kalau meninggal bisa ketemu mama. Kalau alm.mama saya ada pasti sudah marah, kalau saya masih ingin belajar, buat apa lagi sekolah, jangan terlalu tinggi-tinggi keinginannya boruku cantik, sudah cukup Sarjana, sudah S2, mau Es apa lagi, cukup, mama tidak mau, pasti begitu ngomel-ngomel. Hidupku itu 100% disayang alm.mama kami, anak kepercayaannya, sampai merawatnyapun harus saya, tidak boleh pakai suster.Â
Sebelum masuk ruang operasi, saya sudah menghubungi Esramia Manurung, untuk merawat saya, padahal diapun sibuk sebagai Kepsek di salah satu sekolah di Jakpus, karena saya tahu kakak saya juga pasti sibuk. Namanya adik rohani, dia akan sayang sama kakak rohaninya. Dokter mengatakan operasi katerisasi saya berlangsung selama 3 jam setelah itu bisa masuk ruang perawatan. Namun teranyata 4 jam, yang membuat kakak, ponakan saya dan Esra  mondar-mandir penuh ketakutan, mengapa begitu lama, sudah 3 jam. Karena saya tidak sadar-sadar, perawatnya menarik telinga saya, dicubit sekuat-kuatnya hingga saya merasakan sakit dan daun telinga saya merah seperti cabe. Jika saya tidak disadarkan, maka jam kehidupan sayapun berakhir.Â