2. Kerjasama dengan orangtua murid
Setiap orang tua tidak ada yang mau anaknya mengalami tantrum setiap hari dan berkepanjangan, karena itu dibutuhkan keterbukaan dari orang tua terhadap sekolah atas kondisi anaknya di sekolah. Saat orangtua sudah terbuka tentang kondisi anak yang tantrum, maka kerjasama untuk prosesp pertumbuhan belajar si anakpun di sekolah semakin lancar. Ada beberapa kesepakatan yang mungkin perlu didiskusikan oleh guru dan orangtua murid untuk menghindari kesalah pahaman di kemudian hari. Guru mengerti akan kondisi anak dan orangtuapun tidak terlalu menuntut anaknya untuk diperhatikan khusus karena masih ada anak yang lain untuk diperhatikan oleh guru. Tetapi jika sudah tantrum, guru memang harus lebih ektra memperhatikan untuk menjaga agar kelas kondusif.Â
3. Tunjukkan perhatian dan kasih sayang yang tulusÂ
Setiap anak didik yang kita ajar, mereka juga dapat melihat gurunya apakah gurunya mengajar mereka dengan kasih atau hanya menstransfer ilmu saja. Guru yang disukai anak biasanya guru yang dekat dengan anak-anak, menjadikan mereka tidak takut terhadap guru. Kedekatan guru terhadap anak itu penting, karena guru adalah orangtua kedua bagi anak didik. Coba dihitung waktu anak di rumah dan di sekolah. Di sekolah waktu anak belajar bisa 5 - 8 jam setiap hari, tergantung dari tingakat pendidikannya. Jadi, sebagai guru, jadikan anak didik kita sebagai anak sendiri yang kita didik dengan penuh perhatian dan kasih sayang yang tulus, apapun kondisi mereka.Â
Setiap anak adalah spesial dan mempunyai keunikan tersendiri, mari mendidik dengan spesial juga bagi setiap anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H