Anak adalah karunia yang dititipkan oleh Tuhan kepada pasutri. Ada banyak orang yang berjuang di luar sana yang berusaha untuk memiliki anak, namun jika sudah terjadi perselingkuhan siapa lagi yang menjadi teladan buat anak? Siapa lagi yang akan menjadi role model bagi anak.Â
Jangan salahkan anak jika suatu saat nanti akan meniru gaya kedua orangtuanya dalam menjalani hidupnya. Hancur akhlak anak dan masa depannya. Betapa malunya seorang anak jika ayah atau ibunya berselingkuh dan diketahui oleh publik. Rasanya si anak tidak tahu lagi mau diapain mukanya. Kadang bertemu dengan teman-temannya di sekolahpun menjadi malu, karena teman-temannyapun tahu perselingkuhan ayah atau ibunya. Menjadi bahan ejekan di lingkungan dan banyak tekanan yang dialami oleh si anak ketika perselingkuhan kedua orangtuanya menjadi konsumsi publik.Â
Karena itu cenderung seorang anak yang mempunyai permasalahan di rumah mengulah di sekolah atau malah menjadi seorang yang pendiam dan murung, dan acap kali ada niat untuk bunuh diri. Tekanan permasalahan kehidupan keluarga yang dilakukan oleh pasutri sangat besar dampaknya bagi mental dan masa depan anak
3. Penghakiman dari keluarga dan netizen
Masyarakat kita memang sangat mudah sekali memberikan pendapat di media sosial. Khususnya jika ada sesuatu yang ganjil atau yang kurang baik menurut pandangan masyarakat, tanpa mengetahui seluk beluk atau duduk persoalannya. Netizen sangat gemar untuk memberikan tanggapan yang negatif, sudah terjadi masalah, malah semakin memperberat masalah dengan memberikan komentar-komentar negatif pada situs media sosial dimana berita perselingkuhan disampaikan. Berbagai penghakiman ditujukan kepada orang yang berselingkuh.Â
Dari keluarga pihak suami maupun isteri terkadang saling menyalahkan dan membenarkan pihak masing-masing. Ada yang menyalahkan suami, menyalahkan sikap isteri bahkan kata-kata yang tajam dan menyakitkan disampaikan kepada kedua belah pihak, hingga kadang benar-benar memisahkan dan menghancurkan keluarga. Menghadapai pemberitaan publik dan komen-komen netizen di media sosial dapat merusak dan membunuh karakter kedua belah pihak pasutri, sekalipun ada yang merasa benar dan ada yang merasa bersalah. Namun apapun sebenarnya yang terjadi dengan kehidupan orang lain, jika sudah diterpa oleh penderitaan dan pergumulan hidup sebaiknya kita hanya sebagai pembaca dan mengambil hikmah dari pergumulan hidup orang lain tanpa menjadi seorang hakim yang menghakimi kehidupan orang lain. Karena sejahat apapun orang lain belum tentu juga kehidupan kita lebih benar daripada mereka.
Pencobaan apapun dapat kita hadapi jika kita dekat kepada Allah kita. Doa-doa kita setiap hari dapat memberikan kekuatan dalam menjalani kehidupan ini.Â
Jangan meninggalkan berlian demi batu akik. Sudah dapat yang baik, mau berjuang bersama mulai dari nol, menjalani anak tangga satu demi satu untuk menggapai kehidupan masa depan yang lebih cerah, sesudah tercapai malah kembali mencari batu akik. Kalau sudah ada berlian, jangan lagi mencari batu akik, tetaplah bersama berlian, karena berlian akan selalu bersinar dimanapun ditempatkan. Tanamkanlah dalam pikiran kita arti kata cukup. Cukup satu isteri atau cukup satu suami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H