Hari ini tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional yang dipelopori oleh Ki Hadjar Dewantara yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Jogja dengan nama Raden Mas (R.M) Soewardi Soerjaningrat. Kihajar Dewantara yang fokus dalam dunia pendidikan dengan mendirikan sekolah yang bernama Taman Siswa dimana banyak anak-anak Indonesia yang dapat mengecam pendidikan dengan baik melalui sekolah tersebut pada zaman penjajahan dengan semboyan:
Ing ngarsa sung tulada (di depan memberi contoh)
Ing madya mangun karsa (di tengah membangun cita-cita)
Tut wuri handayani (mengikuti dan mendukungnya)
Bapak Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta. Kecintaan Kihajar Dewantara dalam dunia pendidikan yang berjuang untuk mencerdaskan anak bangsa di zamannya, menjadikannya sebagai bapak Pendidikan Nasional Indonesia sehingga hari kelahirannya dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional untuk menghargai beliau yang sangat membantu bangsa Indonesia dalam mencerdaskan anak bangsa.Â
Perjuangan Kihadjar Dewantara patut kita lanjutkan tanpa henti, karena pendidikan adalah  long life education .Setiap manusia membutuhkan didikan, dimulai dari pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan tinggi.  Bagaimana cara kita bersama mencerdaskan anak bangsa secara holistik, tentunya dengan mendidik. Pendidikan Pertama yang diperoleh oleh stiap anak didik yaitu Pendidikan Keluarga.
Pendidikan keluarga dan Peran Orang tua sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak di lingkungannya. Pendidikan keluarga adalah modal dasar anak untuk bertindak, bersikap, mempunyai karakter yang kuat dengan nilai-nilai kehidupan yang benar. Pendidikan keluarga sangat penting  diberikan oleh kedua orangtua.Â
Orang tua berperan serta dalam mendidik anaknya, sekalipun anak sudah mendapat didikan di sekolah jangan pernah dilepaskan, tetaplah sebagai orangtua untuk mengontrol, memperhatikan anaknya dengan penuh kasih sayang. Keluarga adalah tempat segala tempat bagi pengisinya. Tempat anak untuk mengadu tentang pergumulannya di sekolah, kesulitan dalam belajar, bergaul, bully dan lainnya. Â
Memang tidak mudah untuk menjadi orangtua di zaman sekarang ini, karena perkembangan tekhnologi. Anak dengan mudah mengakses berbagai informasi melalui youtube, IG, FB dan media sosial lainnya. Orangtua tidak mungkin selamanya dapat mengontrol apa saja yang ditonton dan dibuka oleh anak-anaknya di media sosial, karena orangtua juga mungkin sibuk dengan pekerjaannya.Â
Namun ketika Tuhan sudah menitipkan anak bagi keluarga maka orangtua bertanggungjawab penuh untuk mendidik anak dalam kebenaran dan nilai-nilai hidup yang tepat. Seperti mengajarkan etika, kerja keras, rajin, taat agama, disiplin, bersih dan nilai-niali kehidupan lainnya.Â
Setidaknya memberikan waktu untuk bersama anak-anak dan mengajarkan anak untuk bertanggungjawab atas proses belajarnya di sekolah. Memberikan pengertian dan pemahaman kepada anak bahwa sebagai anakpun mempunyai tanggungjawab yaitu rajin belajar, beretika yang sopan dan benar, mengikuti ajaran agama yang diyakini dan bergaul dengan orang-orang yang benar.Â
Peran ganda bahkan multi peran orangtua saat ini sangat dibutuhkan agar anak tidak merasa sendiri menghadapi kehidupannya, agar tidak mencari pelampiasannya di luar seperti membully orang lain, atau tidak masuk sekolah atau mungkin kenakalan lainnya.Â
Selain Pendidikan keluarga, kita juga mengenal pendidikan Formal. Pendidikan Formal di Indonesia yaitu SD, SMP yang dikenal dengan pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan dilanjutkan dengan Pendidikan Formal SMU hingga perguruan tinggi. Dalam dunia pendidikan formal kita akan bertemu dengan sekolah dimana ada guru, proses belajar mengajar, ruang kelas, kurikulum yang diaplikasikan, metode belajar, siswa dan siswi dan lainnya. Semua ini mempunyai benang merah yang sangat kuat, hubungan antara guru dengan murid, kurikulum yang diaplikasikan bahkan hingga gaji guru tidak dapat dipisahkan.
Kurikulum Merdeka dengan Guru Penggerak
Ada istilah yang sudah biasa kita dengarkan, ganti menteri ganti sistem pendidikan, ganti kurikulum. Apakah yang diganti, bahasanya sajakah atau memang diganti secara keseluruhan. Pergantian kurikulum kadang membuat guru menjadi sulit sekali, karena harus beradaptasi dengan kurikulum yang baru.Â
Menjadi guru itu tidak mudah, yah, memang tidak ada pekerjaan yang mudah dalam hidup, tetapi kita perlu memahami bahwa guru itu adalah seorang pendidik. Selain mengajar dia juga mendidik. Mengajar adalah mentransfer ilmu yang dimiliki terhadap muridnya dan sebagai pendidik, membimbing dan mengarahkan anak didiknya untuk mempunyai nilai-nilai kehidupan yang benar, seperti rajin belajar, bersikap dan bertindak yang baik dan benar, tidak membully, tidak malas dan banyak lagi didikan yang diberikan oleh guru kepada murid-muridnya.Â
Dengan Kurikulum Merdeka yang sekarang apakah lantas secara otomatis sistem pendidikan kita akan segera melaju dengan pesat dengan berbagai administrasi yang dikerjakan oleh guru. Anak didik bebas memilih pembelajaran apa yang dia minati, namun jika tidak ada yang mengarahkan anak didik bagaimana dia akan paham dengan kurikulum merdeka.Â
Setiap kurikulum pasti semuanya bagus, hanya bagaimana mengimplementasikannya dalam dunia pendidikan yang berkelanjutan hingga sampai ke tingkat daerah. Kita tidak mudah serta merta langsung mengaplikasikan sebuah kurikulum yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan, tentunya kita harus melihat kesiapan dari sekolah di setiap daerah. Demikian juga dengan istilah Guru Penggerak.
Menjadi Guru Penggerak, mungkin mempunyai kualifikasi dan pengalaman mengajar yang sudah mumpuni, bagaimana dengan mereka yang masih harus mengajukan diri menjadi guru penggerak, bukankah semua guru itu adalah sebagai guru penggerak? Mengerakkan siswanya untuk berkualitas tinggi dengan belajar yang rajin dan cerdas dalam menggunakan waktu yang dimiliki.Â
Jika memang ada pengaruh istilah guru penggerak terhadap kenaikan gaji yang fantastis mungkin semua guru akan berjuang untuk menjadi guru penggerak, namun jika hanya sebuah istilah guru penggerak dan kenaikan gajipun tidak sebanding dengan yang dikerjakan apakah menjadi guru penggerak menjadi sebuah yang mempesona buat guru-guru.
Menjadi guru saat ini harus paham tekhnologi, cerdas, kreatif dan serba bisa. Siswa dan siswi sekarang sudah lebih banyak menggunakan tekhnologi dalam mengerjakan pekerjaannya, seperti searching google untuk mengerjakan PRnya, nah bagaimana guru menyikapi ini jika jawaban untuk materi yang ditanyakan hanyalah jawaban dari searching google, copy and paste. Disini peran guru sangat penting untuk menyikapi banyak hal.Â
Juga membantu anak untuk menjadi lebih kreatif karena dengan kurikulum Merdeka saat ini anak diminta untuk mengaplikasikan apa yang dia pelajari jadi tidak hanya sebatas teori saja. Jika kita memang ingin mengharapkan kecerdasan anak bangsa maka perlu kita memperhatikan kesejahteraan guru secara holistik dan fasilitas yang menunjang proses belajar mengajar disetiap sekolah.Â
Memperhatikannya harus dengan cara menyeluruh hingga ke tingkat daerah bahkan daerah yang sangat tterpelosok sekalipun, agar semua dapat menikmati pendidikan yang meratas. Karena semua anak-anak butuh pendidikan. Jika memang sulit mendapatkan guru yang cakap di daerah dapat dikirmkan guru yang sudah berpengalaman yang mau tanpa melihat usia untuk ditempatkan mengajar di daerah yang masih membutuhkan dengan catatan kesejahteraan gurunyapun harus diperhatikan.
Guru tanpa tanda jasa, masih adakah sampai sekarang? Masih banyak namun walaupun tidak semua guru, karena ada juga guru yang lebih memperhatikan gaji dibandingkan mengajar dan mendidik anak muridnya dengan baik.
Untuk dapat bersama mencerdaskan anak bangsa maka ada tiga peran penting yaitu: peran pemerintah memperhatikan implementasi kurikulum, kesejahteraan guru-guru, termasuk upgrade skill melalui berbagai pelatihan, menyediakan fasilitas dalam proses belajar mengajar. Peran sekolah/guru mencerdaskan anak bangsa melalui pendidan dan pengajaran dan juga peran orangtua bekerjasama dengan guru untuk menjadikan anaknya menjadi generasi emas bangsa Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H