Kamis Putih juga mengajarkan kita untuk saling merendahkan hati seperti yang sudah diperintahkan oleh Yesus terhadap murid-muridNya. Hal ini ditunjukkan oleh Yesus ketika Yesus melakukan pembasuhan kaki bersama dengan murid-muridnya.
Dalam kitab Yohanes 13 ayat 4, ketika Yesus hendak membasuh kaki murid-muridNya, Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya. Yesus mulai membasuh kaki murid-muridNya. Dalam Yohanes 13: 8 - 10, saat giliran Simon Petrus dibasuh kakinya oleh Yesus, Dia berkata:
"Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?"
"Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya."
Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku."
Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!"
Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua."
Dalam percakapan Yesus dengan Simon Petrus kita mengetahui bahwa jika hati nurani dan akhlak kita sudah bersih maka tidak perlu semua dibersihkan hanya bagian yang kotor saja yang dibersihkan. Namun jika semuanya kotor maka semua akan dibersihkan oleh Yesus.
Yesus melanjutkan pembasuhan kaki terhadap murid-muridNya dan berkata kembali: "Tidak semua kamu bersih."
Yesus berkata seperti itu karena Dia mengetahui bahwa salah satu dari muridNya yaitu Yudas Iskariot akan menghianatiNya dan menyerahkan Dia untuk ditangkap dan disalibkan. Karena Yesus telah mengetahui saatnya akan tiba bagi dia, sehingga dia melakukan pembasuhan kaki dan perjamuan Kudus terhadap murid-muridNya.
Yesus mengajarkan kita untuk saling merendahkan hati, tidak ada yang lebih tinggi selain daripada Yesus sendiri. Kita diingatkan melalui Kamis Putih ini untuk merenungkan dan mengenang bagaimana Yesus menderita akibat dosa-dosa dan perbuatan kita. Tidak ada gunanya tinggi hati, karena Yesus lebih tinggi dari segalanya. Manusia hanyalah debu.
Ketika kesombongan menguasai manusia, merasa dirinya tinggi, bersikap merasa benar sendiri; lupa bahwa ia terbatas di hadapan Allah yang Mahatinggi maka dia akan menghadapai kehancuran karena kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” ”Sebab, di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.” Namun sebagaimana kita manusia berdosa Yesus sungguh mengasihi kita.
Meski dosa menguasai kehidupan manusia
Kegelapan menutupi dunia