Tunjangan Hari Raya (THR) biasanya diberikan untuk karyawan atau pegawai yang sudah setahun bekerja atau sesuai dengan perjanjian kerja. Bisa juga diberikan walaupun belum setahun bekerja di sebuah perusahaan atau instansi dengan prorate. THR selalu ditunggu setiap tahun bagi mereka yang bekerja atau karyawan, tetapi bagi mereka pemilik perusahaan harus menyediakan dana double untuk THR pegawai/karyawannya.
THR biasanya diberikan saat Hari Raya setiap tahunnya. Diberikan sesuai dengan tanggal gajian setiap kantor/perusahaan atau sepuluh hari sebelum tanggal lebaran. THR selalu dinanti setiap tahun. Kalau dapat THR tentunya senang dong. Nah, adakah diantara kita sebelum dapat THR sudah langsung tahu alokasi THRnya akan dikemanakan? Bagi yang sudah berkeluarga mungkin akan tahu alokasi THRnya, namun bagi mereka yang masih single boleh jadi asal menggunakan THR yang diterima.Â
THR saat lebaran pada umumnya dialokasikan untuk lebaran seperti beli baju baru, kebutuhan lebaran, jalan-jalan atau pulang kampung. Kalau THR sudah turun biasanya Tanah Abang, Mangga Dua, Mall dan pusat perbelanjaan yang ada di kota Jakarta ramai pengunjung. Biasanya yang paling disenangin orang saat lebaran adalah makanan dan pakaian. Beli baju lebaran untuk dipakai saat bertemu dengan keluarga dan teman ketika silaturahmi.Â
Pusat perbelanjaan seperti mall, biasanya sering memberikan diskon saat lebaran. Masyarakat sangat senang jika ada tulisan SALE di mall, akhirnya tergiur untuk belanja. Kadang tidak ada di daftar belanja atau memang tidak ada keingingan untuk membeli akhirnya dibeli karena ada tulisan SALE.Â
Trik marketing perusahaan berhasil ketika banyak orang yang awalnya tidak ingin belanja jadi belanja. Kadang sangking banyaknya tulisan SALE, lupa jumlah item yang dibeli di mall atau pusat perbelanjaan sudah melebihi budget. Terpakailah uang THR yang awalnya tidak ada alokasi dana untuk membeli barang tersebut. Tidak dapat mengontrol diri untuk belanja adalah sifat yang harus diubah jika mau hidup sejahtera di kemudian hari.Â
Pada umumnya orang yang telah terbiasa dengan gaya hidup suka belanja sulit untuk diubah. Lyfestyle yang hedonis sering ditemukan pada mereka yang tidak dapat mengelola keungannya. Shoping alcoholic membuat seseorang menjadi miskin. Tidak dapat mengelola keuangan yang ada padanya. Bukan income yang kurang sebenarnya hanya bagaimana menggunakan uang yang di dapatkan.Â
Belanja menggunakan kartu kredit adalah gaya hidup shopalcoholic yang tanpa perhitungan. Orang yang tanpa perhitungan akan menerima kemiskinan di sepanjang hidupnya. Bagaimana cara mengelola keuangan dengan baik mulailah dengan menggunakan sistem Sisih dan Sisa.Â
Bagaimanakah Sistem Sisih dan Sisa?Â
Jika kita menerima gaji setiap bulan, apakah yang pertama kita lakukan dengan gaji? Biasanya kita akan melakukan pembayaran-pembayaran seperti membayar uang sekolah, gaji ART jika ada, membayar listrik, air, wifi dan belanja bulanan. Namun ternyata agar kita dapat menikmati hasil pekerjaan kita nantinya, kita harus ketat melakukan sistem sisih dan sisa.Â
Gaji yang kita terima setiap bulan kita sisihkan dulu 10% dari gaji tersebut dan itu adalah dana yang tidak dapat diambil namun disimpan. Simpanlah di rekening yang tidak dapat diambil sehingga terlihat hasilnya. Sisihkan 10% untuk dana darurat. Dana darurat ini seperti biaya pengobatan atau sakit penyakit, biaya tak terduga lainnya seperti pesta, kematian dari sanak saudara yang tidak kita ketahui atau kondisi yang lain dimana kita harus ikut dalam pendaan tersebut.
Setelah menyisihkan 10% untuk alokasi dana tersebut maka mulailah membuat laporan keuangan kebutuhan sehari-hari. Mulailah dengan yang wajib harus dibayar, seperti membayar listrik, air, WIFI, uang sekolah anak, arisan dan lainnya yang merupakan kewajiban untuk dibayar, termasuk perpuluhan atau zakat setiap bulan.Â
Setelah merinci semua pengeluaran yang wajib dibayarkan, barulah masuk ke kebutuhan dapur. Kebutuhan dapur seperti beras, minyak, lauk pauk, sayur buah dan lain sebagainya, buatlah perhitungan pengeluaran setiap bulannya, jika sudah dilakukan maka lihatlah hasil akhir dari gaji kita, apakah masih ada sisanya atau tidak. Jika kita melaukan sistem sisih dengan sisa setiap bulan kemungkinan kondisi keuangan kita akan tetap stabil, karena ada dana darurat 10% dan dana sisih kita sebesar 10%. Walaupun tidak ada kondisi darurat setiap bulan, dana darurat sebisanya tidak boleh terpakai agar keuangan kita setiap bulan menjadi jelas.
Dengan membuat laporan keuangan rumah tangga setiap bulan, ada pemasukan dan pengeluaran yang jelas maka keuangan kitapun menjadi lebih jelas, kita tidak lagi asal menggunakan uang kita. Kita sudah letih bekerja namun jika hasil pekerjaan kita tidak terlihat sama saja kita bekerja sia-sia, karena itu penting pengelolaan keuangan yang baik agar keuangan kita terlihat hasilnya.Â
Jika ada uang lebih yang kita terima, misalnya kita mempunyai pekerjaan sampingan, tetaplah gunakan sistem sisih dan sisa. Jika penghasilan kita semakin banyak, bukan berarti gaya hidup kita menjadi meningkat, tetaplah dengan gaya hidup kita seperti biasa. Kita kaya atau miskin orang jadi tidak tahu karena gaya hidup kita tetap dan tidak berubah. Atau jika kita terima THR dari pekerjaan sebisanya apa yang menjadi kebiasaan kita tentang pengelolaan keuangan tidak berubah. Jangan merubah kebiasaan yang sudah baik menjadi kebiasaan yang buruk, karena nantinya diri sendiri yang akan mengalami dampak kerugian yang besar dalam hidup.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H