Anak zaman now, sebagian orang mengatakan mereka adalah generasi strawberry, indah di luar lemah di dalamnya. Sangat mudah putus asa ketika menghadapi masalah. Moody, ngambekan, suka bermain games, mager (malas gerak) dan positifnya kreatif. Â Mungkin bagi sebagian siswa/siswa label ini boleh disematkan tetapi bukan bagi seseorang sebut saja namanya Susan.
Susan adalah siswi kelas 3 SMU. Sejak dia SD, dia tinggal di daerah, menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari. Kondisi keuangan keluarganya membuat dia harus bekerja dan belajar sejak SD. Papanya telah lama meninggal dunia dan dia tinggal bersama ibunya dan kakak serta adiknya. Mereka enam bersaudara dan syukurnya sudah ada tiga orang yang sudah menikah.Â
Kakaknya yang sudah menikah tinggal di Jakart, bersama dengan aban Susan. Saat kondisi keuangan abangnya sudah mulai membaik, mereka diminta untuk tinggal di Jakarta, karena di kampung mereka sangat miskin dan sering menjadi ejekan orang-orang di kampung. Abangnya meminta mereka untuk tinggal di Jakarta dan meninggalkan Rokan Hilir Pekanbaru, Riau dan tinggal di Jakarta.Â
Susan Anak yang tahu diri
Susan anak yang tahu diri. Dia suka membantu mamanya. Sejak SD, Susan sudah rajin bekerja, kadang dia berjualan makanan, mie, pensil, penghapus, apa saja yang dapat menghasilkan uang.Â
Dia bawa jualannya ke sekolah dan dia tawarkan kepada teman-teman sekolahnya. Kadang gurunya mengetahui dia berjualan sama teman-temannya, namun gurunya tidak melarang karena tahu kondisi keluarga Susan, hanya mengingatkan saja agar berjualan saat istirahat. Pulang sekolahpun Susan tetap berjualan, dia tidak pernah berhenti seolah-olah setiap hari tanpa bekerja seperti hari tanpa makan.Â
Ketika abangnya meminta mereka untuk pindah ke Jakarta dan meninggalkan Pekanbaru, Riau, Susan, tinggal bersama kakak laki-lakinya di sebuah rumah berlantai tiga.Â
Di rumah tersebut tinggal kakaknya yang sudah berkeluarga beserta abang iparnya, abangnya, mama Susan dan adiknya. Rumah tersebut hasil kerja keras abangnya bersama dengan rekan kerjanya. Mereka sekeluarga tinggal di rumah tersebut termasuk kakaknya perempuan Susan yang sudah menikah. Keluarga mereka saling membantu satu dengan yang lainnya.Â
Susan Pekerja Keras
Susan sekolah di SMU Kristen dekat dengan rumahnya. Dia memilih sekolah tersebut  agar aksesnya lebih cepat dan mudah, karena dia belum paham tentang kota Jakarta kala itu. Adaptasi Susan agak sulit kala itu, karena dia pindah saat masih masa pandemi dan kendalanya juga dia  terbiasa menggunakan bahasa daerah.Â
Adapatasi perpindahan sekolah  dari daerah ke kota mtero  membuat dia harus belajar keras agar dapat mengikuti pelajaran di sekolah. Setelah masa pandemi mulai menurun dan sekolahpun sudah mulai diperbolehkan untuk tatap muka, Susan lebih lega karena dia dapat bertemu dengan teman-temannya dan mengenal lingkungan sekolah.Â
Sekalipun Susan di Jakarta, dia tidak hanya bersekolah, namun Susan bekerja membantu abangnya. Dia membiayai orangtuanya dan juga adiknya. Susan diberi tanggungjawab untuk membiayai dirinya sendiri.Â
Dengan hasil kerja yang dia dapatkan sebagai administrasi dan mengatur keuangan penjualan usaha abangnya, Susan dapat membiayai hidup mereka. Mamanya tidak memiliki pekerjaan hanya dapat bulanan dari anak-anaknya yang sudah bekerja termasuk Susan. Sekalipun Susan masih sekolah dia sudah diberikan tanggung jawab untuk ikut memberikan uang bulanan mamanya, walaupun tidak sebanyak kakak dan abangnya.
Susan Suka Belajar
Susan bukanlah genarasi strawberry walau kelahirannya di zaman penuh tekhnologi. Dia berjuang semampu yang dia bisa. Setiap hari dia bekerja hingga larut malam, kadang dia tidur jam dua belas malam atau jam satu dini hari untuk menyelesaikan pekerjaannya sebagai administrasi dan memberikan laporan keuangan penjualan.
Pagi hari dia harus sekolah dan sudah tiba di sekolah jam tujuh pagi. Sekalipun dia tidur dini hari dia tetap tidak pernah terlambat datang ke sekolah. Saat dia menghadapi kesulitan pelajaran, khususnya bahasa Inggris yang tidak dia mengerti sama sekali, dia bayar guru datang ke rumah mereka untuk mengajari dia secara privat.Â
Bersyukur dia dapat guru privat yang bayarannya murah sehingga dapat membantu keuangan Susan dan guru privatnya juga tidak perhitungan dengan jam mengajar. Kadang gurunya mengajar hingga dua jam walaupun perjanjian yang dibayarkan dengan uang privat hanya satu jam, namun karena gurunya melihat kegigihan Susan dan niat belajarnya yang tinggi membuat gurunya semangat mengajar Susan dan kagum melihat kegigihan Susan.
Susan tidak mau hanya selesai tingkat SMU pendidikannya, dia mau kuliah. Ternyata Susan sudah mempersiapkan biaya uang kuliahnya di salah satu universitas pilihannya di Serpong. Susah suah mendafatarkan diri di universitas tersebut dan  biaya untuk satu semester telah dibayarkannya dengan uang hasil kerja kerasnya.Â
Dia mendapat beasiswa dari Universitas tersebut berhubung  universitas tersebut mengadakan promo ke sekolah mereka. Susan mengambil kesempatan itu karena ada penawaran beasiswa dengan sekolah Kristen tersebut.Â
Susan pun mendapatkan beasiswa atas rekomendasi dari sekolah walau tidak full. Awalnya dia mendapat beasiswa full, namun karena Susan tidak dapat menjawab pertanyaan dari dosen yang menguji saat test masuk universitas diapun hanya mendapatkan 70% beasiswa. Susanpun sudah bahagia dapat beasiswa 70% sehingga dia hanya membayar sekitar delapan juta rupiah untuk satu semester. Â
Susan mengerti goalnya
Saat mendaftarkan dirinya kuliah, Susan sudah mempersiapkan dana dan jurusan yang dia akan tekuni. Sesuai dengan pekerjaannya sebagai admin dan finance di perusahaan abangnya dia ingin lebih memahami bagaimana menjadi seorang pebisnis sehingga dia mengambil jurusan bisnis.Â
Susan tidak pernah berhenti belajar dan bekerja. Sangat jarang ditemukan daya juang anak muda zaman sekarang seperti dia. Dia tidak pernah memikirkan masalah waktu, semampu dia dapat mengerjakan pekerjaannya dia akan kerjakan dan tetap tidak melupakan pendidikan. Susan merupakan generasi yang pantang menyerah. Never give up to achieve her dream. Memiliki dua handphone sekaligus tidak digunakan untuk bermain game, tetapi untuk membuat laporan keuangan dan jualan online.Â
Susan salah satu contoh yang baik bagi anak muda sekarang, dia tahu diri bahwa dia tidak mampu sehingga diapun berjuang dengan sungguh-sungguh. Dimana ada kemauan disitu ada jalan dan Allahpun memberikan kesempatan demi kesempatan bagi mereka yang mau berjuang tanpa henti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H