Mohon tunggu...
Taruli Basa
Taruli Basa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Auroraindonet.com

Penulis buku 12 Aktivitas Menyenangkan Penerbit Grasindo, buku IMAGO DEI (Segambar dan serupa dengan Allah) tentang perjalanan missi ke daerah, buku mata pelajaran TK, penulis narasi, cerita pendek dan juga puisi.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Suara Perupa dalam Voice Against Reason Museum Macan

14 Maret 2024   07:26 Diperbarui: 14 Maret 2024   08:27 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Silent Ark perupa: Khadam Ali, tapestri bordir mesin dan manual pada kain dan pewarna sintesis berukuran 5,7 x 11, 14 m (dokpri)

Silent Ark tapestri bordir mesin dan manual pada kain dan pewarna sintesis yang berukuran 5,7 x11, 14 m menggambarkan migrasi hewan di tengah kobaran api yang berusaha menyelamatkan diri ke arah sebuah gua dipuncak gunung, berupaya menghindari nyala api yang disemburkan oleh sang naga.

Karya ini sebuah menyampaikan pasca kebakaran hutan yang melanda Australia pada tahun 2019-2020. Gunung yang terpampang dalam lanskap merupakan Uluru, sebuah monolit batu pasir yang mendulang di wilayah Utara, Australia. Uluru merupakan tempat suci yang erat kaitannya dengan kisah-kisah nenek moyang dari suku Pitjantjatjara (suku Aborigin) yang menetap di kawasan gurun Australia Tengah. 

Khamdan Ali menggambarkan seekor naga menyemburkan api, menjadi simbol bencana dan pemanasan global yang diciptakan oleh manusia dan menggabungkan pemahaman dengan serangkaian imajinasi hewan dan makhluk mitos. Dalam adegan ini, makhluk mitos menyerupai phoenix yang dikenal sebagai Simurgh terbang di langit bersama burung-burung yang berimigrasi. 

Fragments of Identity, hasil karya Khadam Ali juga. Beliau memandang tapestrinya sebagai entitas hidup yang diwarnai dengan gaya unik lukisan minatur Mughai dan sastra Persia klasik dan modern. Melihat tapestri ini terbawa dalam alunan kisah para dewi kebijaksanaan.

Tapestri ini merujuk pada sebuah puisi Persia, Menfiq-uf-Tayr (Konferensi Burung) karya penyair sufi Farid ud-Din Atttar. Kawanan burung terbang di antara awan untuk menyeberangi tujuh lembah berbahaya demi bertemu dengan Simurgh yang diyakini sebagai pemberi kebajikan dan kebijaksanaan, serta Dewi Penyembuhan.

Pada bagian atas, terdapat sekumpulan burung yang terbang di langit termasuk di antaranya makhluk mitos yang menyerupai burung phoneix yang dikenal dengan Simurgh. Karya ini menyuarakan kompleksitas manusia dimana kebaikan sering berdampingan dengan kejahatan dalam peradaban dan sejarah kehidupan manusia di muka bumi ini.

Fragments of Identity hasil perupa Khadam Ali (dokpri)
Fragments of Identity hasil perupa Khadam Ali (dokpri)

Tenda biru menjulang menyerupai Loya Jirga-Majelis Agung, atau sebuah pertemuan nasional besar yang menghimpun perwakilan dari berbagai komunitas, etnis, agama dan suku di Afganistan.

Di tengah kerumunan, seorang pria memegang busur berdiri di atas orang-orang yang sedang kacau dimana ada patung Buddha. Peristiwa ini merujuk pada penghancuran monumen Buddha Bamiyan tahun 2001 yang diperintahkan oleh pendiri Taliban, Mullah Omar. 

Saya terkagum-kagum dan berdiri lama memandangi tapestri hasil karya yang luar biasa dari seorang Khadim Ali yang lahir di Pakistan pada tahun 1978. Tapestri ini dapat kita temukan di Museum Macan yang terletak di Wisma AKR Tower Level MM, Jl. Panjang, Kebun Jeruk, Jakarta Barat. 

Voice Against Reason

Museum Macan adalah Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara mengusung tema Voice Against Reason menyuarakan narasi-narasi sejarah, politik dan individu yang dikaitkan dalam geografi lokal dalam bentuk seni yang artistik.

Bahasa dan sejarah berfungsi sebagai perangkat dan media memungkinkan adaptasi inovatif dalam menjelajahi wilayah yang berliku-liku antara puitis dan politis. Pameran dikurasi berdasarkan tiga permainan kata atau benang merah yang dapat ditelusuri.

Mother, Father, Fortress yang mengeksplorasi hubungan antara kenyamanan dan kendali, patriarki, matriarki dan belenggu yang mengekang. 

everystupiditlittlething-pengumpulan penjelasan, pencatatan dan pengarsipan digunakan untuk mengungkap absurditas dan humor menjelajahi kerumitan kehidupan manusia dan berbagai susunan yang dibangun.

Obsolescene/Extinctions menghadirkan para perupa yang bekerja baik di studio maupun di tengah masyarakat, mengungkapkan konsekuensi dari penggantian narasi yang terlupakan, pelanggaran hukum, pemahaman kritis yang berubah, kerusakan lingkungan karena tindakan manusia, perang, konflik dan potensi kepunahan manusia. 

dokpri
dokpri

Pameran ini sebagai wadah para perupa, individu atau komunitas untuk menyuarakan pemikiran yang tampak tak masuk akal, menampilkan suara-suara dan sudut pandang baru yang bermunculan dari kawasan Asia Pasifik, melintasi Indonesia dan Aisa Tengara.

Migration of Flora and Fauna

Migration of Flora and Fauna hasil karya Jumaadi orang Indonesia kelahiran 1973, menggunakan cat akrilik di atas kanvas Kamasan dengan ukuran 3 x 12 meter. Metode Kamasan adalah metode mencelupkan kain ke dalam bubur beras sebelum kain dilukis untuk keperluan upacara keagamaan.

Lukisan ini mengeksplorasi bagaimana perpindahan manusia mempengaruhi perpindahan tumbuh-tumbuhan, hewan dan budaya. Bagi sang perupa lukisan ini merupakan kisah di masa kini menggambarkan kerinduan kita akan kampung halaman dan mengangkat gagasan tentang keterasingan.

Migration of flora lukisan menggunakan cat akrilik diatas kanvas Kamasan dengan ukuran 3 x 12 meter (dokpri)
Migration of flora lukisan menggunakan cat akrilik diatas kanvas Kamasan dengan ukuran 3 x 12 meter (dokpri)

Lanjutan gambar lukisan Migration of flora menggunakan cat akrilik diatas kanvas Kamasan dengan ukuran 3 x 12 meter (dokpri)
Lanjutan gambar lukisan Migration of flora menggunakan cat akrilik diatas kanvas Kamasan dengan ukuran 3 x 12 meter (dokpri)

When the flood is over

Instalasi When the flood is over adalah diorama yang terdiri dari 23 figur berwarna dari diorama Proklamasi. Diorama yang terdapat di Museum Sejarah Nasional yang terletak di bawah Monumen Nasional dibuat di bawah pengawasan seniman pahat terkemuka Indonesia yaitu, Edhi Sunarso (1930-2016) bersama timnya yang terdiri dari pematung muda dan pelukis ternama selama tahun 1960 - 1970 an yang menceritakan tentang keberadaan masyarakat Indonesia. 

diorama (dok.Nur Taufik Kopaja71)
diorama (dok.Nur Taufik Kopaja71)

When the flood is over adalah upaya independen untuk melestarikan diorama yang dibuat di tengah-tengah gejolak perubahan politik besar-besaran di pertengahan tahun 1960 Proses realisasi diorama yang panjang dengan menyalin gambar-gambar diorama dengan menggunakan tangan.

Iterasi pertama mengambil subjek diorama yang menampilkan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Ada 23 patung lilin (figur cor resin) disalin secara kolektif melalui seniman muda yaitu Ari Sutondo dan Mon Mudjiman, yang bekerja dalam tim diorama di bawah pak Edhi.

Dengan pematung Nasikin sebagai kepala studio dalam proses pembuatan yang divideokan menjadi dasar karya video yang dokumentasikan.

diorama pembacaan Teks Prokalamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 (dok.Nur Taufik Kopaja71)
diorama pembacaan Teks Prokalamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 (dok.Nur Taufik Kopaja71)

Perpetuity 

Dalam gambar ini kita melihat instalasi Nadiah Bamadhaj terdiri dari rekaman 12 abdi dalam yang tengah melaksanakan laku dodok yang ditampilkan melalui 12 kanal monitor yang disinkronisasikan, disusun melingkar di atas lantai seolah abdi dalam karya ini sedang melakukan laku dodok dalam siklus tak terbatas.

dokpri photo laku dodok Tradisi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (dokpri)
dokpri photo laku dodok Tradisi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (dokpri)

Tradisi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, laku dodok merujuk pada gerak tubuh yang harus merendahkan diri hingga pada posisi hampir berjongkok sambil mereka melintas.

Gerakan berjongkok ini dilakukan oleh abdi dalem (pegawai keraton) yang bekerja di dalam istana, ketika berjalan di hadapan Sultan, keluarga atau kerabatnya, para nasihat atau individu yang berstatus lebih tinggi.

Karya ini menyuarakan secara halus kekayaan yang diasumsikan dalam sistem monarki, patriarki dengan tindakan bertekuk lutut yang tiada hentinya atau berlanjut selamanya (perpetuity)

Hasil karya para perupa dengan thema Voice Against Reason, di Museum Macan merupakan maha karya yang harusnya diperhatikan pemerintah tujuan, isi dan nilainya untuk kemajuan bangsa. Setiap karya tersebut menyuarakan sebuah kebaikan dan nilai-nilai sejarah.

Berkunjung ke Museum Macan adalah berkat yang luar biasa mendapatkan ilmu pengetahuan, narasi-narasi sejarah, perupa, lukisan, film yang merupakan suara terdalam dari para perupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun