Pada hari ini, tanggal 8 Maret 2024, dirayakan sebagai International Women's Day yang diperingati untuk menghargai perempuan, memperingati perjuangan perempuan dalam meraih hak-hak yang sama dengan laki-laki dalam berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Pahlawan perempuan Indonesia yang memperjuangkan perempuan agar dapat memiliki hak yang sama dengan pria dalam berbagai bidang adalah Ibu R.A. Kartini.Â
R.A. Kartini menuliskan tentang cita-citanya untuk memajukan kaum wanita, harapan-harapanya dan perjalanan hidupnya yang yang dia tujukan kepada saudari dan sahabat-sahabatnya yang dibukukan dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang".
Tidak dapat dibayangkan jika tidak ada perjuangan dari seorang ibu R.A. Kartini terhadap perempuan. Perjuangan R.A.Kartinipun masih tetap terus berlanjut hingga hari ini, karena masih banyak perempuan yang mengalami tindak kekerasan baik dalam rumah tangga, pekerjaan maupun dalam masyarakat.Â
Perempuan sering mengalami tindak kekerasan baik dalam rumah tangga, pekerjaan, masyarakat bahkan saat berpacaran. Banyak perempuan yang mengalami  psikosomatis akibat dari tindak kekerasan tersebut dan harus membutuhkan pemulihan bahkan sampai butuh seorang psikolog untuk menangani dampak negatif dari tindakan kekerasan, pelecehan sex dan underestimate terhadap kaum perempuan.Â
Psikosomatis adalah hubungan antara psikis yang dapat mempengaruhi kondisi tubuh atau sebaliknya. Seseorang yang sudah mengalami psikosomatis berdampak pada faktor psikologisnya seperti mengalami depresi dan trauma. Trauma dan depresi sulit untuk disembuhkan, hanya kekuatan dari diri penderita untuk pulih yang dapat mengobatinya dan jika dia lemah dapat mengakibatkan sakit jiwa dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Betapa mengerikan tindakan kekerasan dan pelecehan sex yang dialami oleh perempuan.Â
Dalam tahap berpacaran, jika seorang perempuan telah mengalami kekerasan dari pacarnya, lebih baik ditinggalkan, jangan "bucin", ingat yang menderita kelak adalah diri sendiri. Jika masih saat pacaran sudah mau melakukan tindakan kekerasan atau pelecehan sex mengatasnamakan cinta, itu tidak disebut dengan cinta, tetapi nafsu birahi dan over power.Â
Jika seorang pria berani mengancam akan meninggalkan seorang perempuan saat tahap berpacaran silahkan ditinggalkan, biarkanlah wahai kau perempuan dia pergi, jangan menangisinya dan jadilah kuat. Wahai perempuan jadilah bijak, jangan "bucin", lebih baik menunggu lama daripada menikah dengan pria yang tidak dapat menghargaimu, karena jika sampai ke jenjang pernikahan maka pertengkaran bahkan perceraian akan menjadi dampak dari tindak kekerasan dan pelecehan sex yang dilakukan. Â
Dalam tahap berpacaran, mintalah nasehat dan diskusilah dengan orangtua atau yang lebih dewasa dalam menilai pasangan hidup kita. Sebisa mungkin ada restu dari orangtua kita, jika kita sudah memutuskan untuk menikah dengan pria yang menjadi pacar kita saat itu. Ingat jangan "bucin".Â
Jika seorang pria sudah berani menguasai diri seorang perempuan mengatas namakan "cinta", mengatur ini dan itu, tidak boleh ini dan itu, dan tidak diberikan ruang gerak yang bebas untuk berkarya demi kepentingan dirinya sendiri, maka pilihan ada di tangan perempuan sendiri, leave or stay. Leave to get your freedom or stay to get much more suffering. You're not an object or robot but human beings. You're the first person who respect yourself first.Â
Memang saat jatuh cinta susah orang dinasehati, tetapi mintalah hikmat Tuhan dan pakai logika berfikir, karena yang menanggung baik, burukunya ke depan adalah diri sendiri. Jangan sampai menyesal di kemudian hari, lebih baik diputuskan karena itu bukanlah hubungan yang sehat. Jika dikatakan dia akan segera berubah jangan mudah percaya karena untuk mengubah karakter dibutuhkan waktu  tahunan dengan melakukan tindakan displin pertobatan secara teratur selama 21 hari.Â