Perempuan itu pada dasarnya tangguh termasuk perempuan suku Batak. Saya menuliskan tentang perempuan Batak karena saya suku Batak dan melihat fakta bahwa perempuan Batak itu tangguh.
Perempuan Batak itu tangguh, mengapa?Â
1. Perempuan Batak sering diberi julukan parbahul bahul na bolon (sabar, bijaksana dalam mengelola keluarga, pekerja keras dan tangguh).Â
Perempuan Batak yang diberi julukan parbahul bahul nabolon, mereka yang sudah teruji karakternya. Perempuan Batak pada umumnya tidak mau berpangku tangan dalam keluarga. Perempuan Batak yang sudah berumah tangga sangat besar tanggungjawabnya dalam kehidupan keluarga Batak khususnya jika dia adalah isteri dari anak pertama di keluarga tersebut. Salah satu contohnya adalah mama kami. Mama kami adalah parumaen siakkangan (menantu tertua) dalam keluarga almarhum bapak kami. Karena menantu tertua tanggungjawabnya dalam adat istiadat sangat besar. Dibutuhkan kebijaksanaan dan adil dalam bersikap kepada keluarga almarhum bapak kami dan juga keluarga mama kami.
Sebagai menantu tertua, almarhum mama kami wajib mengikuti adat dari keluarga bapak kami, seperti, jika ada anak dari namboru kami menikah, mama kami sebagai tulang (saudara laki-laki dari ibu yang menikah, kalau dari pihak tulang menyebut saudara perempuan atau adik/kakak perempuan bapak adalah namboru, kalau anak dari pihak namboru menyebut bapak kami adalah tulang) Dalam adat Batak, anak perempuan tulang dapat dinikahi oleh anak laki-laki namboru itulah yang disebut "pariban kandung", rumit ya adat Bataknya, ya memang adat Batak itu sangat sulit untuk dipahami. Mungkin generasi sekarang ini masih sulit untuk memahaminya, namun generasi angkatan kelahiran 1940-1980 masih dapat memahaminya. Nah sebagai perempuan Batak dengan posisi parumaen siangkangan (menantu tertua) itu mengemban tugas dan tanggungjawab yang besar dari pihak keluarga laki-laki.Â
2. Perempuan Batak itu pekerja keras
Pada umumnya perempuan Batak itu pekerja keras, selalu berusaha untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan keluarga. Walaupun suami sudah bekerja, biasanya perempuan Batak itu tidak mau tinggal duduk diam saja di rumah, mereka berusaha untuk mencari penghasilan tambahan dan berusaha untuk mandiri dalam keuangan. Namun tidak semua juga ya, ada juga suami yang melarang isterinya bekerja mungkin karena sudah mempunyai kondisi keuangan rumah tangga yang berkecukupan.Â
Banyak di daerah, khususnya SUMUT, perempuan Batak yang bekerja keras untuk menghidupi anak dan keluarganya. Terkadang miris juga jika melihat ada para suami sampai setengah hari di kedai tuak tanpa melakukan pekerjaan. Walaupun suami ada di kedai tuak, namun isteri tetap bekerja, mencari uang dengan cara yang halal, kadang berjualan ke pasar, pergi ke ladang orang menanam padi, atau membersihkan rumput untuk dapat uang ya, begitulah perempuan Batak, tidak pernah berhenti bagaimana agar keluarganya dapat memenuhi kebutuhan hidup. Namun tidak semua lelaki Batak juga pergi ke kedai tuak dan duduk berlama-lama, ada juga yang bertanggungjawab dan menurutnya tidak perlu untuk duduk nongkrong bareng teman-teman di kedai tuak.
Pada umumnya orang Batak itu suka merantau dengan tujuan agar hidup lebih baik lagi. Mereka yang sudah merantau pada umumnya pikirannya jauh lebih terbuka, khususnya pria yang ada di perantauan. Pada umumnya pria yang ada di perantauan jika sudah mempunyai keluarga dan anak, akan bekerjasama dalam melakukan pekerjaan di rumah dan mereka tidak malu, seperti membantu isteri menjaga anak saat isteri sedang sibuk di dapur, atau sama-sama melakukan pekerjaan rumah, seperti isteri memasak dan suami mencuci piring dan tidak ada komplain dari suami untuk membantu isteri di rumah, karena mereka sudah paham bahwa tinggal di kota Jakarta itu keras, sibuk dan letih, karena itulah dibutuhkan kerjasama antara isteri dan suami dalam keluarga. Namun jika mempunyai keuangan yang cukup biasanya mempunyai ART untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah, suami dan isteri bekerja untuk memenuhi kebutuhan.Â