Jakarta hujan yang ada di pikiran pertama sekali, banjirkah? Banjirkah akses yang akan kita lewati ke kantor, ke sekolah, ke pasar, atau kemana saja. Jakarta hujan, banjirkah? Pertanyaan yang sudah sangat sering terdengar. Seperti pagi ini bangun pagi disuguhkan dengan rintik-rintik hujan.Â
Saat akan mengantarkan kakak saya bekerja sekitar pukul 05.40 WIB Â dari rumah, Cengkareng Timur, terlihat langit masih gelap, tidak seperti biasanya, mungkin karena sejak dini hari hujan turun. Saat menyalakan motor, rintik-rintik hujan mulai turun, saya ambil jalan dari gang kecil yang sempit, tempat biasa kami lewati, karena dari gang kecil itu lebih cepat sampai ke Jalan Bangun Nusa, dekat Samsat Jakarta Barat, walaupun jalannya kecil, tetapi banyak orang melewati jalan tersebut karena dapat memotong jalan lebih pendek.Â
Jalan sempit itu sangat diminati oleh pemotor sehingga jalannya mudah berlubang, walau berlobang pun tetap saja diminati. Yang tinggal disekitaran gang sempit itu kebanyakan mereka yang berjualan nasi goreng tektek.Â
Pagi ini ketika sudah tiba di depan jalan kecil yang sempit, air sudah penuh di jalan dan tidak bisa lagi dilewati oleh motor, kalaupun bisa itu namanya nekat, karena air sudah setengah meter tingginya, kalaupun nekat melewatinya air dapat masuk ke dalam blok mesin, jika air sudah masuk ke dalam mesin dapat membuat komponen di dalamnya rusak, karena itulah tidak heran setiap hujan ada jalanan yang banjir tukang bengkel yang paling sibuk, karena banyak motor yang masuk bengkel. Mungkin hanya sekedar mengecek kondisi motornya karena melewati genangan air setinggi setengah meter, atau memang sudah mati karena air masuk ke dalam blok mesinnya.Â
Melihat jalan sempit penuh dengan air dan pastinya kotor, karena disamping jalannya ada got yang warna airnya sudah hitam, saya pun putar balik, mengambil arah jalan dari Jalan Fajar Baru, menuju Jembatan Baru. Pagi yang masih gelap harus berhati-hati di jalan, selain jalan licin, gelap dan hujan rintik-rintik sayapun melaju pelan-pelan, walau kadang ada saja motor yang melaju kencang.Â
Setelah tiba di Jembatan Baru, kakak saya turun, saya melihat Jalan Daan Mogot di daerah Jembatan Baru macetnya luar biasa, padahal masih jam 6.50 WIB, mungkin karena ada juga beberapa titik yang banjir, sehingga pengemudi pelan-pelan, tetapi saat saya kembali melewati Jalan Daan Mogot sekitar pukul 9.00 pagi, jalannya sudah mulai lempang.
Saat ingin kembali ke rumah, melihat kondisi Jalan Bangun Nusa, jalan biasa saya lewati jika mengantar kakak saya, ternyata banjir juga di beberapa titik jalan. Daerah Jalan Bangun Nusa, Cengkareng Timur ini dulunya sering banjir, karena itu ada mesin khusus ditempatkan di jalan untuk menyerap air dari jalan agar tidak banjir, selain itu jalannya juga sudah ditinggikan, hanya tidak semua, ada beberapa meter yang masih lebih rendah dari jalan yang sudah ditinggikan, secara otomatis, airpun tergenang di jalan yang lebih rendah, karena sifat air mengalir ke bawah, tidak pernah mengalir ke atas.Â
Kalau Jalan Bangun Nusa banjir, anak-anak SD N 14/22 Cengkareng Timur, Â yang biasa jalan kaki ke sekolah, akan buka sepatu melewati jalan ini. Kadang tinggi banjirnya melewati setengah meter, Â sehingga anak-anak SD harus digendong oleh orangtuanya untuk melewati banjir untuk sampai ke sekolah. Sekolahnya sangat dekat dari posisi banjir, tetapi sekolah mereka tidak terkena banjir, hanya sekarang sudah dibangun menjadi empat lantai.Â
Banjir sudah sering terjadi di Jakarta, masihkah ada harapan perbaikan ke depannya? atau semakin memburuk? Tidak dapat dipungkiri banyaknya gedung-gedung tinggi di Jakarta mempengaruhi terjadinya banjir, apalagi hujannya merata dan curah hujan yang lebat dan berlanjut beberapa hari, maka siap-siap menggunakan perahu karet jika ingin bepergian ke kantor. Â
Gedung-gedung yang tinggi yang melebihi daya dukung tanah Jakarta salah satu faktor penyeb banjir di Jakarta dan hingga sekarang hampir 4 meter tanah Jakarta semakin menurun dalam kurun waktu 40 tahun dan sekitar 40% daratan Jakarta sekarang terletak di bawah permukaan laut.Â
Pembangunan yang semakin banyak dan tanpa melihat skema tata kota, asal membangun dan kurangnya saluran pembuangan semakin menambah mudahnya banjir di Jakarta. Jadi masihkah ada harapan bahwa kota Jakarta semakin lebih baik dalam hal penanganan banjir? Semoga Jakarta semakin lebih baik dalam menangani banjir.Â
Walaupun sering terjadi banjir di Jakarta, masih banyak juga orang ingin tinggal di Jakarta, padahal Jakarta sudah diprediksi akan tenggelam dalam lima puluh tahun ke depan. Jakarta memang mempunyai daya tarik tersendiri bagi banyak orang, karena di Jakarta orang dapat lebih mudah menghasilkan uang dan bekerja.Â
Ada banyak alasan orang merantau ke Jakarta, selain dari fasilitas yang mudah didapatkan atau mungkin ada sejarah dari orang-orang kampung dulu, Â saat orang merantau ke Jakarta berhasil dan pulang kampung, menjadi ada keinginan anak-anak muda untuk merantau ke Jakarta.Â
Jika orang lain dapat sukses di Jakarta, sayapun bisa sukses, jadi perantau saat pulang kampung sukses membawa pengaruh yang positif di lingkungan sekitarnya, walau Jakarta sering banjir. Biarlah tinggal di Jakarta walaupun banjir, karena Jakarta adalah kota yang istimewa dan difavoritin banyak masyarakat Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H