Mohon tunggu...
Taruli Basa
Taruli Basa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Auroraindonet.com

Penulis buku 12 Aktivitas Menyenangkan Penerbit Grasindo, buku IMAGO DEI (Segambar dan serupa dengan Allah) tentang perjalanan missi ke daerah, buku mata pelajaran TK, penulis narasi, cerita pendek dan juga puisi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bercerita Salah Satu Metode Ampuh dan Efektif dalam Mengajar Anak Usia Dini

27 Februari 2024   14:52 Diperbarui: 27 Februari 2024   14:56 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Story telling, bercerita, siapa sih yang tidak suka, hampir setiap orang suka dengan cerita, baik anak-anak maupun orang dewasa. Apalagi ceritanya ngegosipin orang lain, wuihh ibu-ibu pada suka ini, apalagi yang diceritain adalah orang yang dia tidak suka, semakin digosisipin semakin hot dan semakin rasa penasaran, padahal gosip kan cerita yang menyebar tanpa ada fakta yang membuat orang lain merugi karena belum tentu cerita tersebut benar adanya, karena itulah disebut gosip.

Nah disini penulis ingin menyampaikan metode mengajar dengan bercerita. Anak usia dini kalau diajarin di ruang kelas tanpa adanya gerakan pasti bosan dan tidak sanggup duduk saja hanya mendengarkan penjelasan gurunya. Dalam tempo sepuluh menit saja disuruh duduk diam menendengarkan gurunya tidak sanggup karena memang tahapn konsentrasi anak-anak masih durasi lima sampai sepuluh menit. Lewat dari sepuluh menit mereka sudah mulai gelish. 

Hal ini harus diketahui oleh guru juga agar tidak marah ketika selang sepuluh menit anak sudah mulai mencolek temannya atau mulai ngobrol. Bagaimana agar fokus dan tetetap dapat mendengarkan penjelasan guru, tentunya guru harus punya metode yang kreatif agar anak dapat fokus dan menikmati pembelajaran di dalam ruang kelas.

Pada umumnya aktifitas di dalam ruang kelas yang harus diciptkan lebih menarik termasuk kegiatan belajar mengajarnya, kalau diluar kelas seperti play ground itu kesukaan anak-anak, jadi secara otomatis anakpun tidak bosan. Bagaimana metode mengajar yang efektif dan menarik dalam ruang kelas? 

Penulis mencoba menuangkan pengalaman sebagai guru yang sudah puluhan tahun ada dalam dunia pendidikan. Menjadi seorang guru anak usia dini, dibutuhkan tingkat kesabaran yang super tinggi, agar anak dapat menyerap pelajaran yang kita sampaikan. Tidak hanya sabar, tetapi kreatif, inovatif, luwes, dan tidak boleh malu-malu jika bercerita menggunakan mimik dan gesture.

Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam metode mengajar dengan bercerita?

1. Tentukan thema 

Thema disesuaikan dengan thema pelajaran setiap minggu. Contohnya belajar counting/berhitung. Penjumlahan atau addition 10+6 =, kalau kita tuliskan angka seperti ini, anak-anak yang sudah tahu angka dan penjumlahan pasti mudah untuk menjawab enam belas. Tetapi ada anak yang sulit dalam berhitung dan harus berfikir keras untuk dapat menjawabnya, jadi gunakanlah metode bercerita. Guru harus siap-siap dengan soal cerita berhitung.

Contoh soal cerita: "ibu Nila sangat suka dengan apel, ibunya membeli sepuluh apel (sambil menggambar 10 apel) dan karena dia suka, dia membeli lagi enam apel hijau (sambil menggambar 6 apel), jadi ada berapa semua apelnya?"

Mungkin saat ditanya berapa semua jumlah apelnya, pasti ada anak yang langsung kasih jawaban walau tidak semua. Jadi guru memandu anak-anak kembali untuk menghitung.

"mari kita hitung bersama? 

Mulailah guru menghitung apelnya.

"Pertama kita hitung apel yang ini ya", guru menunjukkan apel yang jumlahnya sepuluh

"Setelah dihitung baru kita tambahkan ya enam lagi anak-anak", setelah sepuluh?" guru bertanya ngetest apakah anak-anak masih "setelah sepuluh, angka berapa? sebelas, dua belas dan seterusnya, hingga seluruh apel dihitung sampai enam belas. 

 

2. Ada tujuan dan nilai moral 

Kalau melihat contoh pembelajaran berhitung di atas, tidak hanya sekedar cerita tetapi tujuannya agar anak dapat dengan mudah memahami cara berhitung dan anak dapat berhitung dengan baik. Ada juga mata pelajaran yang berkaitan dengan nilai moral seperti 

pelajaran science (ilmu pengetahuan alam), language (bahasa). Kita ambil contoh pelajaran science dengan thema:five senses (panca indera). Nah saat mengajarkan five senses guru dapat mengajak anak untuk bernyanyi, melompat, bermain hide and seek dan lainnya. Metode ceritanyapun seputar panca indera. Guru mulai bertanya

"panca indera ada lima, coba disebutkan", seperti mata untuk melihat, hidung untuk mencium, telinga untuk mendengar, kulit untuk merasa, mulut untuk mengecap, semua ini harus dijaga., jadi harus dijaga dan dirawat, seperti mata, jangan terlalu sering bermain games nanti dapat mempengaruhi penglihatannya jadi kabur, jadi mata harus dirawat. 

Dalam menyampaikan metode cerita, guru harus berinteraksi dengan anak-anak, boleh meminta anak untuk berdiri dan boleh untuk menjawab pertanyaan guru, boleh juga diminta untuk bercerita tentang bagian-bagian tubuhnya. Kalau sudah semua saling berinteraksi dalam pelajaran, anak-anak senang, pembelajaranpun di dapat.

3. Kreatif dan inovatif

Guru harus membangun suasana, jangan dengan metode yang sama setiap minggu atau setiap bulan, karena itu perlu membaca dan melihat berbagai artikel, buku-buku atau menonton youtube agar pembelajaran dengan metode bercerita tidak membosankan dengan metode bercerita yang baru. Sebisa mungkin gunakan alat peraga atau teaching aid. Alat peraga harus sesuai dengan thema ajar, jangan themanya tentang pesawat alat peraganya tentang bagian-bagian tubuh, jadi sesuaikan dengan thema dan tujuan pembelajaran. 

4. Gesture dan mimik

Mengajar anak usia dini harus berani berekspresi kalau mengajar dan tidak boleh jaim atau malu-malu. Yang dihadapi adalah anak usia dini, yang membutuhkan guru yang energik, inovatif dan kreatif. Dalam bercerita, dibutuhkan ekspresi wajah, kalau ceritanya membutuhkan mimik wajah sedih ya wajahnya juga harus sedih demikian juga dengan cerita yang membutuhkan mimik wajah yang marah, murung, kesal, kecewa, guru harus dapat memperagakannya. 

Selain dari mimik dibutuhkan juga kemampuan untuk dapat menyesuaikan alur cerita, kalau alur ceritanya melompat ya gurunya juga melompat, kalau berlari, menari dan lainnya gurunya juga harus mengikuti skenario dari jalan cerita yang disampaikan kepada anak-anak untuk menciptakan suasana yang hangat. 

Kalau anak-anak di ruang kelas bahagia belajar, gurupun senang, apalagi orangtua. Jadi ciptakan suasana mengajar yang bahagia dan menyenangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun