Laraspun pergi dan George menuju ruangan Yosi. Detak jantung George dan sikapnya semakin membuat dia gemetaran, tetapi dia berusaha menjaga seolah-olah tenang, sebelum membuka kamar Yosi, dia tarik nafas dulu. Dalam ruangan terlihat Yosi sudah tidur, mungkin karena dia letih juga dari tadi ngobrol dan melakukan pemeriksaan demi pemeriksaan. Yosi tidur dengan pulas dan tidak mengetahui kedatangan George.Â
Georgepun tidak berani mengganggu tidur Yosi, dia hanya duduk di sofa dan membiarkan Yosi tertidur pulas sambil bermain hp, fotoin Yosi. Â Setengah jam kemudian, suster masuk ruangan untuk mengukur tensi dan juga mengantarkan snack sore, akhirnya Yosipun terbangun dan sembari George berdiri dan memberikan senyum sama Yosi. Yosipun berkata, abang sudah datang? sudah lama? Belum kata George, masih baru. Bagaimana suster tensinya? tanya George. Bagus pak, normal 115/70, ibu Yosi mah, semangat dan ceria pak. Saya tinggal dulu ya pak, kata suster, sembari meninggalkan George dan Yosi.Â
Terima kasih suster, jawab Yosi dan George. Ini pesananmu dek, bakmi daging merah pakai kulit kriuk-kriuk. Kuahnya kayaknya sudah kurang hangat, soalnya tadi saya sampai kamu tidur pulas, tidak berani gangguin kamu. Ini, mau disuapin atau mau makan sendiri? tanya George. Makan sendiri saja bang, kan sudah sehat, kata Yosi. Tapi kalau saya suapin bisa dong, pinta George. Tidak ahh, lebih enak makan bakmi sendiri, bisa merasakan kelezatan bakminya, entar kalau abang suapin saya, tidak bisa gue menikmatinya.Â
So, abang juga makanlah, kita makan berdua, itu baru namanya mesra. Entar abang nyuapin saya, iler abang berjatuhan pula ke bakminya, jadi bertambah asin pula. Ya sudah kita makan bareng, kata George. Merekapun makan berdua dan George dengan inisiatif memimpin doa. Setelah selesai berdoa, Yosi, berkata, cakep bang. Kenapa? tanya George, cakep doa abang. Iya dong, gue sudah latihan di rumah, hehehe. Tidaklah, namanya doa kan otomatis dari apa yang dipikiran kita, yang penting adek senang dah.Â
Mereka berduapun menikmati makan bersama, sambil bercanda gurau, jika kedua insan ini bertemu, sama-sama suka bercanda dan tertawa, entah darimana saja bahan tertawaannya. Setelah mereka selesai makan, George menawarkan untuk minum jus, tetapi Yosi minta coffee. George kaget, kamu bisa minum kopi dek? Iya, tidak apa-apa tuh, tetapi jangan banyak. Tidak boleh ah, kata George. Dilarang keras sama dokter George, hehehe.Â
Ya sudah, pesan blackcurrant saja. Tidak ah, jus, menurut dokter George, setelah makan bakmi kita hanya bisa minum jus orange hangat atau lemonade hangat without sugar untuk membakar lemak, okey. Yosi tidak ada maag kan? No, adek sehat ko bang, abang mau beli apa saja bisa. Mau beli hatimu bisa, canda George? Bukannya abang sudah beli sekali? Mau beli hati Yosi berapa kali, hehehe? Iya ya, lupa abang, maklum faktor "U". Iya karena abang sudah "jelita", ko jelita? emang saya cewe? kata George. Kagaklah, emang Yosi jeruk makan jeruk, heheh, jelita itu "jelang lima puluh tahun", kata Yosi. Oalah dek-dek, banyaknya istilah zaman saiki, kata George. Benar toh, kan abang tinggal hitung jari biar "jelita", hehehe. Untung kamu tidak bilang jalangkung, apa tuh "jelangkung" "jelang engkong-engkong", heheh. Mereka berduapun tertawa lepas bersama.
Sudah ah bang, ketawa mulu, kita serius saja ngobrolnya, kata Yosi. Entar serius jantungmu loncat-loncat, susah saya menangkapnya nanti, heheh. Nyantai saja sayang, mari kita nikmatin, jarang-jarang kan kita bercanda di rumah sakit? baru kali ini kita ngedate di rumah sakit, yang buat jantung saya loncat-loncat gegara calon isteri eike, kagak ngobrol sakitnya apa, kata George.Â
Sakitnya tuh disini bang, kata Laras, makanya Tuhan, abang dan keluarga adek hadir disini dengan cinta kasih, Laras menepuk dadanya sebelah kiri. Tapi sekarang kan tidak sakit lagi, sudah kelar semua, kata Yosi. Puji Tuhan, kamu sudah sehat, berarti kita sudah bisa jalan-jalan, kata George. Kemana bang? tanya Yosi. Ke Norway, hehehe. Abang ngeledek gue atau ada sesuatu yang mau disampaikan? Ko tahu saya mau ke Norway? tanya Yosi. Tahu dong sayang, tapi ngapain lagi ke Norway? Bukannya sudah cukup satu saja gelar Masternya? kata George.Â
Yosipun menjelaskan bahwa sudah lama banget dia bercita-cita kuliah di luar, dan sudah pernah lulus di Ausi, tetapi karena Yosi anak gadis, tidak pernah lepas dari keluarganya, khususnya mamanya, bontot lagi, dan tidak ada keluarga tinggal disana, Yosipun dilarang mamanya untuk pergi, dan sekarang ada kesempatan, Yosi ingin mempergunakan kesempatan itu, selagi bumi masih berputar, matahari masih bersinar dia masih ingin terus belajar dan jika diberi kesempatan bekerja juga disana.Â
Masih banyak yang ingin dicapai Yosi, sebelum dia mencapai usia pensiun, targetnya dia ingin financial freedom dan dapat membantu orang-orang yang membutuhkan, khususnya dalam bidang pendidikan di daerah pedalaman. Tetapi sepertinya George kurang setuju, George malah mengajaknya menikah saja, setelah menikah tidak apa-apa lanjut kuliah, tetapi mereka jadi berada di dua negara.Â
Menurut saya sih Yos, biarlah anak kita melanjutkan cita-citamu, nanti kalau kita tinggal di dua negara, kapan kita cetak anak? hehehe. Memangnya siapa mau menikah sama abang? kata Yosi. What....? kata George. Kan, abang belum melamar saya, kepedean abang? hahaha. Ya sudah sekarang kamu duduk ya, saya nyalain dulu hp, saya mau buat rekaman, jika suatu hari kamu deny, ada bukti bahwa George sudah melamarmu. Ready ya. Apaah sih, sudah kayak pemain sinetron, kata Yosi.Â