Menjadi guru adalah sebuah panggilan, selain mentransfer ilmu kepada murid-muridnya, juga mendidik dan mengajar murid-murid untuk memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik dan benar. Mendidik anak-anak tidaklah mudah, guru harus dapat menjadi role model bagi anak didiknya. Berdasarkan usia anak didik yang dimulai dari TK, SD, SMP dan SMA, tentunya cara mendidik gurupun pasti berbeda. Setiap guru diberi karunia untuk mengajar pada usia berapa tahun, karena tidak semua guru mampu mengajar di jenjang usia TK, SD, SMP ataupun SMA.
Pada umumnya guru yang mengajar di jenjang usia TK sampai SD lebih tinggi tingkat kesabarannya dibandingkan dengan tingkat SMP dan SMA. Mengapa? Karena anak usia TK, yang disebut sebagai pra sekolah adalah merupakan awal anak didik mempunyai pengalaman belajar bersama dengan anak-anak se usianya dan baru pertama kali masuk ke dalam ruangan kelas tanpa harus ada orangtua, dimana selama ini dia masih selalu bergantung kepada orangtua dan awal mula untuk bersosialisasi dengan orang-orang dan lingkungan yang baru.Â
Yang biasanya dalam keseharian masih lebih senang bermain-main di rumah, setelah dalam ruangan kelas sudah mulai diperkenalkan dengan mengenal huruf dan angka, tentunya pada saat awal masuk pembelajaran, orangtua menemani anak didik selama seminggu di ruangan kelas, baru dapat membiarkan anaknya sendiri. Setelah masa orientasi seminggu dan adaptasi anak bersama dengan guru yang masih didampingi orangtua, pada umumnya setelah anak dilepas sendiri di ruangan kelas bersama dengan guru, anak akan menangis, seolah-olah dalam pikirannya dia akan ditinggal selamanya.Â
Jika dalam satu ruangan ada lima belas anak, dapat dibayangkan jika hanya lima anak saja yang menangis di ruangan kelas, sudah menimbulkan riuh dan gaduhnya ruangan kelas, belum lagi anak yang harus ke toilet atau mungkin menangis tersedu-sedu. Guru akan menggendong muridnya, berusaha mendiamkannya dan berusaha membuatnya tertawa. Â Guru berjuang membuat anak muridnya untuk merasakan kenyamanan di kelas dan membuat anak untuk merasakan bahwa ruangan kelas, teman dan gurunya adalah temannya dan tidak ada yang perlu ditakutkan.Â
Anak-anakpun diberi pengertian bahwa orangtuanya di luar menunggu setelah pembelajaran selesai, mereka juga akan bertemu dengan orangtua mereka. Â Ada berbagai cara mungkin yang dapat dilakukan guru, seperti bercerita dengan gaya ala badut, bercerita menggunakan puppet atau menonton dan berbagai aktivitas yang membuat anak-anak senang, sehingga ruangan kelas kembali adem dan tenang. Hal ini tidak mudah dilakukan oleh guru, karena setiap anak tingkat adaptasinya terhadap lingkungan baru berbeda-beda, ada yang hanya satu hari sudah nyaman, tetapi ada juga sampai satu bulan belum merasakan kenyamanan di ruangan kelas.Â
Jadi tingkat adaptasi anak didik terhadap lingkungan berbeda-beda, demikian juga dalam pembelajarn, tingkat kemampuan anak didik juga berbeda-beda, dan disini peran guru sangat dibutuhkan, karena anak yang lebih cepat membaca, belum tentu cepat mengenal huruf, demikian sebaliknya Hal seperti ini harus disampaikan guru kepada orantua agar dalam proses belajar mengajar orangtua tidak memaksakan kemampuan anaknya dalam bidang mata pelajaran seperti berhitung atau membaca, karena ada juga anak pada usia dini, lebih cenderung ke menggambar atau seni.Â
Nah, bagaimana cara ibu guru agar anak yang lebih cenderung pintar menggambar dapat membaca dan mengenal angka di usia dini, inilah tugas dari guru TK bagaimana agar anak suka dengan angka dan huruf. Pada usia ini, guru harus lebih responsif, penuh kasih sayang, perhatian, lemah lembut, pada masa ini, motorik halus dan kasar mulai terlatih secara rutin demikian juga dengan emosi dan tingkat kecerdasan anak mulai dilatih.Â
Setelah menyelesaikan TK, anak sudah terbiasa masuk ke ruangan sekolah sehingga saat SD anak tidak perlu khawatir dan menangis, walaupun mungkin masih ada yang ditemukan beberapa anak yang sedih ditinggal oleh orangtua karena sekolahnya baru. Saat anak-anak di usia SD, kebanyak tersebut lebih percaya kepada gurunya dibandingkan kepada orangtuanya, khususnya dalam mengerjakan PR di rumah, karena itu, guru tidak perlu heran, jika orangtuanya menyampaikan PRnya harus dikerjakan sesuai dengan yang ibu guru ajarkan.Â
Anak akan selalu berpedoman terhadap pengajaran yang diberikan oleh gurunya di sekolah. Berbeda dengan saaat TK, anak jauh lebih percaya kepada orangtuanya, khususnya ibunya dibandingkan dengan gurunya. Â Metode mengajar untuk tingkat SD dapat menggunakan audiovisual, visual atau metode bercerita sesuai dengan bidang studi yang diampu oleh masing-masing guru.Â
Pada usia TK dan SD, guru diharapkan memiliki kreativitas yang tinggi untuk membuat pembelajaran menarik dan mudah dimengerti oleh anak didik, sehingga anak dapat merasakan kenyamanan dan kesenangan dalam belajar. Jika anak sudah senang belajar, anak akan tertarik untuk mempelajari pelajaran lebih banyak lagi, dan setiap hari akan menjadi hari yang menyenangkan untuk datang ke sekolah karena akan bertemu dengan guru yang baik, pintar, penuh kasih, dapat diajak bermain dan teman-teman yang baik, jika hal ini dapat dirasakan oleh anak didik di sekolah maka belajar adalah sebuah kesenagan bukan sebuah keterbebanan.
Pada usia SMP dan SMA anak sudah lebih percaya dan lebih dekat dengan temannya. Pada usia ini, orangtua harus lebih waspada, karena jika anaknya salah bergaul dan salah menemukan komunitas yang tidak benar, maka masa depan anak akan terganggu. Pada usia ini, anak diharapkan jauh lebih mandiri dari usia SD, karena mereka sudah dapat mengerti tujuan belajar dan apa gunanya belajar, jika masih dalam usia SMP dan SMA anak belum memahami apa arti dan tujuan belajar boleh memberikan contoh-contoh perbuatan-perbuatan yang tidak benar, seperti melakukan tindak kejahatan. Belajar tidak hanya sekedar pintar secara akademik, tetapi juga cakep dalam etika dan karakter yang baik dan benar.Â
Pada usia SMP hingga SMA, anak akan mengalami perubahan biologis, guru tidak dapat lagi memperlakukan anak usia SMP atau SMA seperti mengajar dan mendidik anak usia SD, karena mereka sudah lebih mandiri tetapi anak harus tetap dijaga, diarahkan dan dipantau karena pada usia ini, ada perubahan-perubahan biologis pada diri anak didik.Â
Pada akhirnya kita tahu betapapun banyaknya pendidikan yang dikecap oleh anak didik kita di luar rumah, seperti sekolah formal, non formal dan komunitas siswa lainnya, tetapi dasar dari segala pendidikan berasal dari keluarga. Pendidikan keluarga adalah awal dari keberhasilan seorang anak di masa depannya. Bagaimana peran orangtua dalam mendidik anak sangat mempengaruhi secara holistik pada keseharian anak. Pendidikan bukanlah tanggungjawab guru semata, tetapi kerjasama antara orangtua, guru dan masyarakat.Â
Pada umumnya, anak-anak yang tinggal di kota metro apalagi bersekolah di sekolah internasional, lebih banyak memiliki waktu di luar seperti di sekolah dan tempat les. Untuk tingkat SD, SMP sampai SMA sebelum pandemi covid-19 ini terjadi, banyak kegiatan anak didik di sekolah seperti mengikuti jadwal ekskul, bisa sampai di rumah jam dua hingga jam tiga sore. Setelah itu masih ada juga kegiatan anak didik di luar sekolah seperti mengikuti les/kursus setiap hari dengan berbagai macam pelajaran dan keterampilan. Dalam berbagai pembelajaran, guru akan selalu ada.Â
Menjadi guru itu menyenangkan apalagi ditambah dengan gaji yang memadai. Hingga saat ini, masih banyak guru yang harus di support dalam hal gaji, karena itu jangan heran, jika guru setelah jam sekolah mengajar dia masih harus mencari tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi walaupun seperti itu, guru yang terpanggil akan selalu berusaha memberikan pembelajaran terhadap anak didiknya.Â
Guru memahami bahwa murid-murid yang diajarnya adalah tanggungawab yang diberikan oleh Tuhan untuk diajar dan didik, karena itulah guru sangat mulia pekerjaannya, sekalipun guru jarang diingat setelah anak muridnya berhasil, guru akan tetap mengajar. Tidak banyak anak didik yang mengingat gurunya setelah bertahun tahun lusus dari SMA, tetapi guru akan tetap mengajar dan mendidik sekalipun dia tidak diingat, sekalipun banyak yang sukses karena pengajaran dan pendidikan yang diberikan guru terhadap seluruh masyarakat Indonesia, guru akan tetap bersinar menerangi dunia pendidikan di Indonesia.Â
Guru adalah orang hebat yang dapat menghasilkan anak-anak didik yang hebat, menjadikan anak yang biasa menjadi luar biasa, menjadikan anak yang pemalu menjadi pemberani, menjadikan anak yang malas belajar menjadi rajin, dan masih banyak lagi yang telah dilakukan oleh guru  untuk memotivasi anak didiknya memiliki masa depan yang cemerlang, berguna dan berkualitas untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia. Jadilah lilin di tengah kegelapan, bersinarlah terus wahai para bapak dan ibu guru.Â
Terima kasih guruku yang tercinta. Selamat Hari Guru Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H