Jadi analoginya, tanaman yang dihasilkan dari kultur jaringan akan bebas dari hama dan steril dari penyakit sehingga menghasilkan varietas tanaman yang unggul dan seragam. Hal  itu akan mendorong negara tersebut menjadi ingin meraih keuntungan dari manfaat yang ada. Perusahaan melihat kemajuan teknologi sebagai peluang agar mendapatkan biaya yang murah dengan memanfaatkan tanaman asing. Kemudian untuk meraih keuntungan yang lebih besar, maka secara tidak langsung negara tersebut akan menumbuhkan tanaman tersebut dalam jumlah yang besar. Sebab, memang jelas bahwa kalau kultur jaringan hanya dilakukan dalam jumlah yang sedikit, tidak akan memberikan dampak negatif apapun, justru akan memberikan banyak manfaat. Tetapi bila dilakukan dalam jumlah yang besar, maka tidak butuh waktu yang lama, populasi tanaman tersebut akan berkembang pesat.
Tanpa disadari penggunaan kultur jaringan di  negara tersebut bisa memberikan banyak dampak atau efek samping bagi lingkungan dan keanekaragaman hayati yang ada. Populasi tanaman baru yang merupakan hasil kultur jaringan akan mengalahkan populasi jenis tanaman lokal di negara yang melakukan kultur jaringan tersebut, sehingga muncul ampak yang paling menonjol yaitu gen plasma nutfah di negara tersebut akan semakin berkurang dan semakin berkurang dari waktu ke waktu, bahkan bisa habis atau punah. Hal itu disebabkan karena penggunaan bioteknologi seperti kultur jaringan menggunakan plasma nutfah sebagai bahan bakunya untuk mendapat informasi genetik dari tamanan tersebut.
Menurut pendapat penulis, dengan memerhatikan beberapa konsekuensi yang ada,  penulis tidak setuju bila suatu negara maju mengambil gen plasma nutfah dari negara lain untuk dikembangkan di negaranya sendiri. Negara maju tersebut memang akan menghasilkan keuntungan besar untuk segi ekonomisnya, tetapi bisa menyebabkan dampak buruk bagi keanekaragaman hayati kedepannya. Disini penulis mengibaratkan hal tersebut dengan kata 'mencuri' bukan kata 'mengambil', sebab negara tersebut tidak hanya mengambil gen plasma nutfah dari negara lain, melainkan juga  memanfaatkan plasma nutfah tanaman negara lain dengan tidak bijaksana. Sehingga disini penulis juga menyarankan supaya negara maju mengembangkan teknologi rekayasa genetika kultur jaringan secara bijak. Misalnya, untuk mengembangkan tanaman yang ada di negaranya sendiri, salah satunya untuk membantu tanaman yang susah atau memerlukan waktu yang lama untuk berkembang biak.
Namun, mengembangkan tanaman dari negara lain sebenarnya juga tidak ada salahnya, dan bukan berarti pengembangan metode rekayasa genetika kultur jaringan adalah tanpa manfaat. Â Penggunaan metode kultur jaringan untuk mengembangkan gen plasma nutfah negara lain menghasilkan banyak manfaat asalkan tidak berlebihan dan tetap memerhatikan kelestarian plasma nutfah dari negara itu sendiri, sehingga tidak terjadi kepunahan plasma nutfah di negara tersebut. Misalnya saja, pemanfaatan di bidang medis atau kesehatan suatu negara maju mengambil gen plasma nutfah suatu tanaman obat-obatan dari negara lain untuk dikembangkan secukupnya di negaranya. Hasil kultur jaringan atau rekayasa genetika tersebut tentu akan bermanfaat bagi banyak orang.
Maka dari pertanyaan utama, Apakah negara maju boleh 'mencuri' gen plasma nutfah negara lain?Â
Didapatkan kesimpulan bahwa bila dikaji lebih dalam didapat fakta bahwa nantinya keragaman plasma nutfah negara tersebut bisa semakin berkurang dan dalam jangka waktu tertentu bisa punah. Oleh karena itu, secara pribadi penulis menyatakan tidak setuju bila suatu negara  maju mengambil gen plasma nutfah negara lain untuk dikembangkan di negara tersebut. Tetapi, bila untuk keperluan tertentu seperti yang telah dicontohkan, pengembangan  gen plasma nutfah dari negara lain bisa dimanfaatkan dengan bijak, metode kultur jaringan bisa memberikan manfaat.
Demikianlah informasi yang bisa penulis sampaikan, semoga bermanfaat dan terus perluas wawasanmu!
DAFTAR PUSAKA
Irnaningtyas (2016) Biologi untuk SMA/MA KELAS XI. Jakarta : Erlangga
Ir. Daisy P. Sriyanti Hendraryono & Ir. Ari Wijayani ( 2012 ) Teknik Kultur Jaringan, pengenalan dan petunjuk perbanyakan tanaman secara vegetative-modern. Yogyakarta: Kanisius
https://www.nap.edu (diakses pada tanggal 23 Agustus 2018)