Dilansir dari Jakarta Globe, pidato yang dilakukan oleh Macron tersebut sebenarnya berkaitan dengan apa yang dia sebut separatisme Islam, yakni sebuah ideologi yang dianut oleh beberapa Muslim di Prancis yang mencoba untuk menegaskan hukum agama dan mengancam prinsip sekularisme yang dianut oleh negara Prancis.
Pidato Macron muncul di tengah meningkatnya ketegangan di Prancis terkait teroris Islam dalam beberapa waktu terakhir di tahun 2020. Salah satunya adalah mengenai kematian seorang guru bernama Samuel Paty (47) dengan cara dipenggal kepalanya oleh mantan siswanya setelah ia memperlihatkan karikatur penghinaan Nabi Muhammad SAW kepada siswanya di kelas selama debat mengenai kebebasan berekspresi.
Kedutaan Besar Prancis pun turut memberikan klarifikasi terkait pernyataan Macron. Menurut Kedubes Prancis, Macron memberikan perbedaan antara Islam dan militansi. "Presiden Emmanuel Macron menjelaskan bahwa tidak ada niat sama sekali untuk menggeneralisasi, dan dengan jelas membedakan antara mayoritas Muslim Prancis dan militan, minoritas separatis yang memusuhi nilai-nilai dari Republik Prancis," kata Kedutaan Besar Prancis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H