Mohon tunggu...
Grace Paramitha
Grace Paramitha Mohon Tunggu... Lainnya - Communication Student

Selamat membaca! Semoga bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Membedah Manisnya Perbedaan dalam Film "Cek Toko Sebelah"

23 September 2020   23:33 Diperbarui: 23 September 2020   23:54 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cek Toko Sebelah merupakan film yang tayang pada Desember 2016. Film ini disutradarai oleh Ernest Prakasa.

Ide cerita dari film Cek Toko Sebelah berdasarkan pada realitas etnis Tionghoa. Berdasarkan pada pengalaman yang ada, biasanya etnis Tionghoa akan mewariskan usahanya secara turun temurun. Usaha yang dibangun oleh orang tua akan dilanjutkan oleh sang anak dan begitupun seterusnya.

Selain itu, biasanya para kaum Tionghoa menyarankan agar anak-anak mereka kelak memiliki pasangan hidup atau menikah dengan sesama Tionghoa. Hal-hal seperti itulah yang dialami oleh Yohan dan Erwin dalam film Cek Toko Sebelah.

Apakah Anda yang merupakan bagian dari etnis Tionghoa juga merasakan seperti apa yang dialami oleh Yohan atau Erwin?

Cerita yang dialami oleh Yohan dan Erwin bisa dialami oleh siapa saja, bahkan diri kita sendiri. Coba lihat sekeliling kita, berapa banyak toko-toko yang dimiliki oleh kaum Tionghoa dan sudah berjalan secara turun-temurun. Mungkin Anda juga sering mendengar kisah cinta teman Anda yang tidak mendapatkan restu karena berbeda ras atau suku.

Hal-hal seperti itu seringkali terjadi dalam lingkungan masyarakat kita. Namun, film Cek Toko Sebelah berusaha untuk mematahkan paradigma tersebut.

Usaha Keluarga Turun Temurun

Sebuah usaha baik itu adalah toko sembako, restoran, atau perusahaan sering kali diwariskan secara turun temurun. Khususnya untuk kaum Tionghoa, banyak usaha yang sudah berjalan selama bertahun-tahun dan diwariskan hingga anak cucu si pemilik.

Hal itulah yang dialami oleh Erwin. Erwin sudah bersekolah hingga Sydney dan memiliki karir yang bagus. Namun, papahnya meminta Erwin berhenti bekerja dan meneruskan usaha keluarga, yaitu menjaga toko sembako yang dimiliki oleh papah dan mamahnya.

uc.ac.id
uc.ac.id
Tentu saja Erwin menolak, Erwin merasa tidak mungkin bagi dirinya untuk meninggalkan karir yang sudah dibangunnya dengan susah payah. Hal itulah yang membuat Erwin dan papahnya mengalami sedikit pertengkaran akibat perbedaan pendapat.

Bagi sebagian orang, melanjutkan bisnis orang tua mungkin adalah hal yang menyenangkan karena tidak perlu bersusah payah memulai dari bawah dan semuanya sudah tersedia. Tetapi ada beberapa orang yang tidak mau melanjutkan bisnis orang tua karena merasa tidak cocok atau tidak tertarik.

Pastinya orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun, terkadang keinginan anak berbeda dengan keinginan orang tua.

Seperti seorang anak yang menghormati orang tuanya, akan lebih baik jika orang tua dapat menghargai keputusan sang anak juga.

Pasangan Berbeda Ras atau Suku

Masalah perbedaan ras atau suku dalam hubungan pernikahan masih menjadi perbincangan dalam masyarakat. Hal tersebut dikarenakan perbedaan budaya atau adat istiadat dalam setiap ras atau suku.

Masyarakat menganggap perbedaan tersebut dapat menyebabkan perselisihan dalam hubungan terutama hubungan pernikahan.

Masyarakat masih menganggap bahwa pernikahan antara dua orang yang memiliki ras atau suku yang sama akan lebih mudah dalam menjalin relasi, baik relasi antar individu maupun relasi antar keluarga.

Seperti yang dialami oleh Yohan dan Ayu. Yohan berasal dari suku Tionghoa dan Ayu yang merupakan seorang wanita yang berasal dari suku Jawa.

haibunda.com
haibunda.com
Awalnya, pernikahan Yohan dan Ayu ditentang oleh papah Yohan, karena perbedaan suku. Walaupun pada akhirnya, hubungan mereka disetujui.

Hal-hal seperti itu masih sering terjadi. Beberapa orang keturunan Tionghoa merasa akan lebih baik apabila menikah dengan sesama Tionghoa. Tak hanya suku Tionghoa, beberapa suku lain juga merasa akan lebih baik menikah dengan orang yang memiliki suku yang sama.

Padahal tidak ada salahnya menikah dengan orang yang berbeda suku atau ras, yang dibutuhkan adalah adanya rasa saling memahami dan menghormati satu sama lain.

Kritik yang Terkandung dalam Film Cek Toko Sebelah

Film Cek Toko Sebelah ingin mematahkan paradigma-paradigma yang ada dalam masyarakat. Banyak sekali nilai-nilai moral yang terkandung dalam film ini.

Melalui paradigma kritis yang terkandung dalam film Cek Toko Sebelah, film ini memiliki tujuan untuk membentuk suatu kesadaran sosial dan dengan harapan dapat memperbaiki atau merubah kondisi kehidupan masyarakat.

Film ini menyadarkan masyarakat, khususnya bagi orang tua bahwa jangan terlalu berharap terlalu banyak pada anak. Sebagai orang tua, jangan terlalu memaksakan kehendak kepada anak karena dapat membuat sang anak menjadi tertekan.

Jika Anda memiliki pasangan yang berbeda ras atau suku, berjuanglah. Seperti yang ada dalam film Cek Toko Sebelah, Yohan dan Ayu berhasil mendapatkan restu dan menjalani kehidupan pernikahan yang harmonis.

Tidak ada salahnya apabila orang tua menghargai keputusan sang anak. Akan lebih baik jika orang tua dan anak saling memahami dan membicarakan suatu masalah untuk menemukan jalan keluarnya.

Tidak ada salahnya untuk memiliki hubungan dan menikah dengan orang yang berbeda suku atau ras, karena perbedaan itu indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun