Ketika hujan turun membasahi bumi ini.Â
Senja yang menampakan indahnya.Â
Bintang dan bulan yang hadir saat malam.Â
Disitulah terdapat kenangan. Kenangan yang terekam di setiap sudut alam semesta.Â
Memori yang kau berikan begitu pilu jika dirasakan.Â
Bukan perlakuan buruk yang telah kau berikan.
Melainkan aku yang terlalu berharap dengan perlakuanmu yang teramat baik.Â
Harapan yang terlalu tinggi. Dan kau hanya menganggap sepele.Â
Semudah itu kau meminta maaf. Tanpa melihat kondisiku yang terperangah.Â
Mengikuti semua permainan yang telah kau ciptakan dan menyelesaikannya.Â
Begitu pandai dirimu bermain dengan melibatkan aku, tanpa kau pahami diriku saat ini.Â
Aku adalah matahari, kau adalah bulan. Kau hanya menjadikanku sebagai teman saat kau butuhkan.Â
Tidak seperti bintang, yang selalu menemanimu setiap saat.Â
Ingin menceritakan semua rahasia ini kepada angin.
Lalu meneteskan air mata.Â
Tapi, angin pun tak berpihak kepada diriku.
Aku sadar aku hanyalah pohon yang tumbuh di padang gurun.
Sendiri, yang hanya ditemani oleh gersang.
Terimakasih atas segala perbuatanmu.
Kelak kau akan bahagia bersama bintangmu.
Dan aku menjadi saksi saat kau berbahagia dengan duniamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H