Mohon tunggu...
Eka Wangge
Eka Wangge Mohon Tunggu... -

perfectly unperfect girl :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dongeng Pencuri Tolol (Sebelum Tidur )

15 Desember 2010   04:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:43 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

((Ini cerita penghantar tidur paling bodoh soal mengambil milik orang lain tanpa ijin))

Rumah reot tempatku melabuhkan mimpi dan menenggelamkan sepi,tampak makin kusam senada rembulan yang pucat pasi. Di kota ini, tiada seorangpun yang hidup tanpa berhati-hati,maka pada jam 10 malam yang kau jumpai adalah sunyi,kecuali jika kau mencoba merayu ombak di tepi pantai seperti yang kulakukan malam ini.Melarikan diri dari sepi,meski mata terpaksa perih menyaksikan puluhan pasang laki laki dan perempuan memadu kasih. Ketika sedang berasyuk masyuk membiarkan pikiran mengembara,datang seorang jejaka. Tiada berkawan,hanya seorang,barangkali ingin menikmati hangatnya rembulan. Aku amat-amati rupanya dengan seksama,tampaknya dia juga bertingkah sama. Kami berjabatan tangan sepintas lalu ketika tatapan berpadu,hingga akhirnya kami berbagi cerita sampai larut. Diakhir cerita,aku curiga,jangan - jangan jejaka ini ingin mengumbar asmara. Aku wajib hati - hati karena di kota kami para pengumbar asmara biasanya berprofesi sebagai pencuri hati yang lihai! Mencuri,lalu lenyap tanpa jejak. Kuputuskan mengamati tingkah jejaka dengan seksama.Benar! Dia mencoba mencuri hatiku melalui jemari yang sengaja ia gesekkan pada punggung tanganku. Sedikit lagi jika aku lengah, tentu tangannya yang siaga akan segera merobek kulitku,mengambil hatiku --lalu menyimpannya untuk diri sendiri,hingga saat aku sadar bahwa hatiku menghilang dari tubuh,jejaka ini sudah lenyap ditelan waktu. Jika bertemu karena beruntung, aku akan bertekuk lutut memintanya mengembalikan hatiku yang utuh. Ini tidak boleh terjadi untuk kesekian kali,aku mengeluh. Lantas bagaimana? Timbul pikiran liar, bagaimana jika kucuri hatinya lebih dulu? Sebelum aku pulang dan melebur dalam gemuruh mimpi di rumahku yang kumuh##Disela pujian untukku yg dia bisikkan dgn lirih,aku menyusun strategi agar saat beraksi,jejaka ini tak sadar bahwa dia sedang kritis. Pelan - pelan aku susupkan jemariku pada sela sela jemarinya yang liat,tubuhnya bergeser merapat. Aku tetap fokus pada tujuan meski nafasnya berhembus makin panas. Sambil merayu dengan seribu pujian yang aku pelajari dari roman2 picisan,tanganku bergerak cepat merobek kulit perutnya yang rapih bagai anyaman. Aku ambil hatinya,lalu aku simpan dalam saku celana,sementara dia terpana mendengar manisnya pujian, "kau sangat tampan!"

Ternyata dia benar2 tak sadar telah berbagi ruang dengan pencuri,karena setelah rayuan kuakhiri dia setengah memaksa untuk mengantarku pulang daripada melepasku sendiri. Didepan rumahku yang saking tuanya sudah hampir rubuh, kami berjanji akan saling bertukar kabar,lewat orang orang bermulut besar dan bertelinga lebar atau lewat angin yang tak pernah nyasar. Aku masuk kedalam sepi,ketika jejaka pergi. Kukeluarkan hatinya dari kantong celana lekas - lekas,lalu aku simpan di dalam lemari pakaian sebab tak punya kulkas. Sebelumnya,karena aku sungguh takut hatinya akan mengotori pakaian,aku bungkus hatinya dengan kertas koran bertuliskan berita tentang kelaparan karena gagal panen. Setelah kupastikan aman, aku menjatuhkan diri diatas kasur sambil terus menebak - nebak,berapa lama hati jejaka awet didalam lemari pakaian. Jika punya kulkas barangkali dua hari,namun karena tempatnya dalam lemari,mungkin satu hari. Jika dua hari tentu hatinya sudah kisut,dan pantas berakhir ditempat sampah. Akan aku tunggu selama sehari,jika jejaka tak sadar dan kembali untuk mengambil hati, akan aku buang dengan hati2 agar tak ada yg tahu aku pencuri. Aku tertidur sampai subuh. ## ketika wajah belum kubasuh,aku membuka lemari,memastikan hati jejaka masih aman diantara pakaian. Aroma hati jejaka menyeruak,pertanda masih segar dalam ingatan. Aku putuskan untuk selalu memeriksa keadaan hatinya tiap jam. Dalam satu hari berarti 24 kali aku harus memastikan ketajaman aromanya tetap terpelìhara. Cukup menyibukkan memang,tapi aku puas karena untuk pertamakalinya berhasil mencuri sepotong hati.

Aku telah sampai pada hitungan ke 24 ketika jejaka mengetuk pintu rumah. Jejaka tampak rapíh menenteng kresek putih. "Ini hadiah untukmu" dia meringis. Aku buka plastik itu,didalamnya ada kado dibungkus koran dengan judul berita soal korupsi. Aku buka dgn tergesa. Astaga! Apa benar ini hatiku. Aku raba rongga perutku. Tepat! Hatiku kosong. Hatiku telah dicuri dan sekarang dibungkus kertas koran. Dengan terkejut, aku tatap wajah jejaka. Dia berkata geli "ketika kau robek kulit perutku,aku menyayat kulit punggungmu. Kuambil hatimu lalu kusimpan dalam saku celana. Aku hanya jejaka yang tak ingin dicurangi. Sekarang boleh kuambil hatiku? Aku yakin aroma dirimu sudah terpahat disana. Sama seperti namaku telah kugores di hatimu tanpa ijin semalam suntuk ". Aku bergegas mengembalikan hatinya yg masih terbungkus. Dia membukanya lalu menuliskan namaku disana.Sungguh,aku malu sekali.

"Tolong jangan lapor polisi! " aku berseru dalam nada jenaka.

Kami  lantas tertawa sampai lupa bahwa kami pencuri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun