Beberapa waktu lalu, pemberitaan terkait perguruan tinggi sebagai kebutuhan tersier memunculkan berbagai kontroversi. Sebagai pelajar yang bahkan saat ini duduk di bangku kuliah, rasa belasungkawa saya terhadap mentalitas tersebut bergejolak.
Seperti yang kita semua tahu, pendidikan merupakan kebutuhan primer atau kebutuhan dasar. Lewat pendidikan tinggi, kita tidak hanya menerima wawasan baru saja, melainkan juga sudut pandang baru dan peluang karir yang lebih luas. Walau sebenarnya gelar sarjana tidak menjamin kesuksesan yang sesungguhnya, harus dibarengi dengan keuletan, tetapi poinnya adalah perguruan tinggi dapat mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkompetensi. Lulusan sarjana sudah mulai sulit cari pekerjaan, lalu bagaimana mereka yang tamatan SMA? Atau bahkan SD dan SMP? Standarisasi tinggi yang tidak dibarengi pemerataan aksesibilitas.
Seharusnya untuk merespon keluhan mahasiswa tentang kebijakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang menjulang adalah dengan mengevaluasi alokasi perekonomian dan pendapatan negara serta kebijakan kampus merdeka, bukan mematikan harapan insan muda.
Jika mimpi anak bangsa menjadi SDM yang terpelajar malah ditundukkan, apakah hajat hidup dan kebutuhan seluruh warga negara sebercanda itu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H