Mohon tunggu...
Goudy Karina
Goudy Karina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Atasi Petaka Konsumtif dengan Frugal Living

3 Juli 2024   15:01 Diperbarui: 3 Juli 2024   15:36 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tren frugal living yang berseliweran di media sosial seharusnya dapat menjadi batu loncatan bagi kita semua untuk lebih sadar pentingnya bijak mengelola uang. Mengelola uang  merupakan salah satu keterampilan dasar yang harus kita miliki agar kita dapat menentukan skala prioritas dari sumber keuangan yang terbatas.

Kita tahu bahwa nilai uang berharga, karena tidak didapatkan begitu saja melainkan perlu dilakukan sebuah usaha terlebih dahulu, contohnya dengan bekerja. Uang tersebut kita gunakan untuk memenuhi segala kebutuhan, baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier.

Perlu digaris bawahi bahwa kebutuhan primer, atau biasa disebut kebutuhan pokok, yang harus kita dahulukan dan bersifat mendesak. Kebutuhan ini berkaitan dengan insting alami manusia untuk bertahan hidup. Kebutuhan primer meliputi kebutuhan pangan (makanan), sandang (pakaian), dan papan (tempat tinggal). Jika kebutuhan primer  terpenuhi, maka selanjutnya kita dapat memenuhi kebutuhan pelengkap atau yang biasa disebut kebutuhan sekunder.

Kedua, kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang digunakan sebagai tambahan atau pelengkap agar kita dapat menjalankan kehidupan yang lebih baik. Kebutuhan sekunder umumnya berkaitan dengan preferensi dan gaya hidup. Contohnya, lokasi dan desain rumah, perabotan rumah, akses kesehatan, pendidikan, dan hiburan (jalan-jalan ke mall, menonton bioskop, staycation, liburan, dan sejenisnya).

Ketiga, sekaligus kebutuhan yang terakhir, kebutuhan tersier. Kebutuhan tersier sering dianggap sebagai kebutuhan prestise atau mewah, karena berkaitan dengan keinginan atau kesenangan pribadi. Jika dibandingkan dengan kebutuhan sekunder, kebutuhan primer sifatnya dapat dihindarkan karena tergantung pada kedudukan dan strata ekonomi seseorang dalam masyarakat. Contoh kebutuhan tersier adalah kendaraan, perhiasan, hingga barang-barang branded. Di sinilah muncul kemungkinan kita akan cenderung untuk berperilaku konsumtif menghambur-hamburkan uang membeli suatu barang yang kurang bermanfaat dan sebenarnya tidak begitu penting.

Seiring perkembangan zaman, nyatanya pandangan dan kebutuhan setiap orang mulai bergeser. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda pada suatu barang apakah barang tersebut termasuk kategori kebutuhan primer, sekunder, atau tersier bagi dirinya.  

Misalnya, dahulu laptop dianggap barang mewah dan dikategorikan sebagai kebutuhan tersier. Namun, adanya kemajuan teknologi yang membutuhkan penggunaan laptop untuk penggunaan sehari-sehari akhirnya membuat laptop dikategorikan sebagai kebutuhan primer. Akan tetapi, pembelian laptop juga dikembalikan kepada penghasilan dan pengeluaran kita sesuai dengan merk dan spesifikasi yang diinginkan.

Hasrat, gengsi, dan ekspektasi kita terhadap sebuah kebutuhan menjadi pokok bahasan dalam frugal living. Solusi yang ditawarkan metode frugal living adalah kita perlu melakukan budgeting atau alokasi keuangan dengan cara mengalihkan suatu kebutuhan dengan sarana alternatif yang lebih ekonomis tanpa mengurangi nilai gunanya. Jika kita terus membiarkan hasrat menguasai kita, nantinya akan berdampak terhadap masa depan tanpa tabungan, bahkan mungkin juga terlilit utang.

STRATEGI FRUGAL LIVING

Langkah pertama melakukan frugal living adalah mencatat setiap pengeluaran. Untuk mempermudah pencatatan, unduh aplikasi di ponsel atau gunakan spreadsheet. 

Di internet pun sudah banyak template perhitungan pengelolaan keuangan yang dapat kita unduh secara gratis sehingga kita dapat lebih mudah menggunakannya. Pencatatan pengeluaran juga dapat kita jadikan acuan untuk anggaran bulan selanjutnya agar tidak impulsif dalam berbelanja.

Kedua, memahami emosi diri. Terkadang, kita membeli suatu barang yang terasosiasikan dengan merk tertentu, hobi, atau minat kita. Emosi ini dapat mendorong kita membeli secara impulsif, padahal belum tentu kita itu membutuhkannya. 

Oleh karena itu, jika kita dapat memahami emosi diri dengan baik, kita dapat mengidentifikasi dini penyebab yang mendorong keinginan untuk belanja berlebihan -- apakah untuk mencari kepuasan, mengatasi stres, atau bahkan memenuhi kebutuhan emosional tertentu. 

Identifikasi dini dapat membantu kita merenungkan alternatif positif mengatasi kebutuhan tertentu tanpa harus melibatkan konsumsi barang-barang tidak berguna, seperti olahraga, meditasi, melakukan kegiatan seni, atau berbicara dengan seseorang untuk mendapatkan dukungan emosional. Kegiatan alternatif ini dapat membantu kita meningkatkan kesejahteraan emosional dan hubungan yang lebih sehat dengan uang.

Ketiga, kontrol biaya makan. Terkadang, kita kesulitan untuk mengontrol alokasi uang makan untuk ngemil atau pesan makan online. Oleh karena itu, kita dapat mengantisipasi pengeluaran yang tidak perlu dengan membuat meal plan dalam seminggu atau dalan sebulan. Jika ada bahan makanan tersisa, upayakan untuk mengolahnya kembali.

Keempat, thrifting. Thrifting adalah kegiatan berbelanja di toko barang bekas, garage sale, atau pasar loak yang masih layak pakai, dengan harga miring. Kegiatan ini dapat menjadi pilihan alternatif untuk membeli pakaian, perabotan, barang antik, hingga barang elektronik.

Kelima, jual barang yang sudah tidak digunakan. Cara ini dapat menghemat ruangan sekaligus menambah penghasilan untuk tabungan masa depan kita.

Keenam, menabung dan investasi. Ada banyak opsi tempat kita dapat menabung dan investasi, seperti blu, bibit, jago, reksadana, atau bahkan emas. Menabung dan berinvestasi bermanfaat untuk menghindari utang, memenuhi target keuangan dengan lebih matang dan optimal, memenuhi kebutuhan jangka menengah hingga panjang, dan mendapatkan keuntungan dari aset yang diinvestasikan.

Keenam metode di atas dapat kita lakukan secara bertahap agar penghematan yang kita lakukan dapat berjalan lebih optimal. Selain itu, frugal living dapat lebih mudah dilakukan untuk jangka waktu pendek, sehingga kita tidak seumur hidup melakukan penghematan.

Dengan frugal living, kita dapat mengantisipasi kesulitan keuangan di masa tua sambil tetap menikmati masa kini. Berhemat bukanlah tentang menjadi kikir, melainkan melatih hidup sederhana, melatih mengatur keuangan, dapat menggunakannya dengan bijak, dan perihal bagaimana kita mampu mengendalikan hasrat kita dan bukan sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun