Well, akhirnya... manajemen inter memutuskan untuk mengakhiri karir kepelatihan Claudio Ranieri di Inter. Moratti dipaksa menjilat ludah sendiri, karena awalnya ia meyakinkan jika Ranieri akan tetap bertahan di Inter meskipun baru saja menerima kekalahan dari Juve. Sudah tahu siapa penggantinya kan ? YA, Andrea Stramaccioni !
Sebelum membahas allenatore anyar, mari kita review dulu kiprah Claudio Ranieri di Inter (22 Sep '11 - 26 Mar '12). Claudio Ranieri ditunjuk sebagai allenatore Inter pada 22 Sep '11, menggantikan posisi Gasperini yang dipecat akibat kekalahan memalukan dari Novara. Pada awalnya, debut Ranieri bersama Inter berlangsung manis di Serie-A, dengan mendatangkan kemenangan pertama bagi Inter di musim 11/12 dengan menaklukkan Bologna di partai away 3-1, begitu juga dengan debut di UEFA Champions League dengan menaklukkan CSKA Moskow dengan skor tipis melalui gol kemenangan dari Mauro Zarate (Inilah satu2nya gol Zarate selama di Inter!). Namun, kiprah the Tinkerman mulai diragukan pasca kekalahan telak Inter dari Napoli di Giuseppe Meazza. Padahal ekspetasi interisti seluruh dunia sama, bagaimana performa kedua awal laga away Ranieri yg berakhir manis, mampu ditorehkan di debut bersama Inter di Giuseppe Meazza. Terlepas dari buruknya kepemimpinan wasit saat itu, bagaimanapun juga, adalah aib besar jika takluk dengan skor telak di kandang sendiri...
Selain itu, di partai selanjutnya, Inter juga sempat takluk telak dari Bologna dan Roma, serta kekalahan memalukan dari Novara, Lecce, Udinese, Catania, hingga Juventus. Belum lagi rangkaian tidak pernah menang inter dari 25 Januari hingga 9 Maret 2012. Tumpukan rangkaian catatan negatif Ranieri di Inter.
Karier Ranieri bersama Inter di Serie-A memang tak cukup bagus, hanya mempersembahkan 12 kemenangan dalam 26 laga, berikut 10 kekalahan. Setali tiga uang, kiprah Ranieri di UCL juga buruk. Inter gagal lolos ke fase 8 besar setelah disingkirkan Marseille. Begitu juga dengan Coppa Italia, setelah disingkirkan Napoli. Faktanya, Ranieri tak bisa memberi sedikit senyuman untuk Interisti, selain mampu menang tipis di Derby Della Madonnina. Selain itu, keran gol Inter bersama Ranieri cukup ironis, hanya mampu mencetak 1,31 gol/laga, catatan buruk Ranieri menukangi sebuah tim sejak 1997.
Pada akhirnya, dari total 36 laga sebagai allenatore di Inter, Claudio Ranieri hanya mampu mempersembahkan 47,06% kemenangan. Pencapaian ironis dari seorang Ranieri, jika dibandingkan dengan karier kepelatihan dia sebelumnya bersama Roma ataupun Juventus.
Pasca kekalahan dari Juve, Inter memutuskan untuk mengakhiri kerjasama dengan Ranieri, dan menaikkan pangkat Andrea Stramaccioni, yang sebelumnya 'hanya' pelatih tim Primavera. Bukan nama-nama yang santer dihubungkan dengan inter selama ini, dari Andres Vilas Boas, Marco Bielsa hingga Pep Guardiola.
Siapa Andrea Stramaccioni ? Dia ialah sutradara dibalik kesuksesan Inter Primavera meraih gelar juara NextGen Series edisi pertama, kejuaraan antar tim-tim junior terbaik se-Eropa.
Lahir di Roma pada 9 Januari 1976, cidera parah membuat karier Stramaccioni sebagai pemain berposisi defender berakhir. Cidera yang didapatkan saat bermain bersama tim junior Bologna, tak membuat Stramaccioni menyerah, dan ia memilih untuk berada dalam jalur sepakbola dengan menggeluti dunia kepelatihan.
Lulusan Hukum ini mulai melatih sejak akhir 90-an, dan pernah menjuarai gelar provinsi dan memenangkan liga nasional tingkat amatir. Pada 2003, ia bergabung bersama Crotone yg saat itu berada dibawah asuhan Gasperini... dan Juli 2005, ia bergabung dengan tim dari kota kelahirnnya, Roma. Ia melatih tim Giovanissimi Roma hingga 2009, dan naik melatih tim Allievi Roma hingga 2011, sebelum ditarik oleh Inter. Selama karier pelatih di Roma, dia sukses memberi gelar juara liga bagi tim junior pada 2006/07, 2009/10 serta Torneo Città di Arco.
Sebelum memutuskan pindah ke Inter, Arrigo Sacchi sempat menyarakan Stramaccioni untuk menjadi pelatih timnas Italia U-17, namun ia memilih untuk tetap bergabung dengan Inter. Adalah Ernesto Paolillo yang sangat menginginkan Stramaccioni dalam bagian Primavera Inter, dan ia dikontrak selama 3 tahun sejak Juli 2011. Di Inter, dia kembali bertemu mentornya di Crotone, Gian Piero Gasperini dan mentornya di Roma, Claudio Ranieri. Uniknya, keduanya kemudian lengser dan digantikan dia yang notabene adalah murid dari GPG dan CR.
Pada musim ini, bersama tim Primavera Inter, ia gagal di Coppa Italia Primavera dan Torneo di Viareggio, ajang kompetisi domestik bergengsi bagi Primavera... Apesnya, Primavera Inter tersingkir dari kedua ajang tersebut akibat cara yang sama: kalah adu-penalty, masing2 dari Parma dan Fiorentina... Sialnya lagi, kedua tim yang menaklukan Inter Primavera tsb, berhasil melaju di masing2 kejuaraan hingga fase semifinal !Nampaknya, ia belajar dari kedua kekalahan di fase adu-penalty tersebut ketika melakoni Final NextGen Series melawan Ajax. Inter sukses menjadi juara NextGen Series perdana setelah berhasil mengalahkan tim favorit Ajax Amsterdam, 5-3 melalui adu penalty, setelah sempat bermain 1-1 pada babak normal serta extra time.
Sebuah pencapaian gemilang Stramaccioni bersama tim Junior. Menjadi juara Eropa setelah sebelumnya berhasil menjadi juara provinsi, amatir dan liga. Karier Stramaccioni terus meningkat setelah sejak 26 Maret '12, didapuk menjadi allenatore Inter menggantikan mentornya, Ranieri. Menjadi Allenatore Inter merupakan debut Stramaccioni sebagai pelatih tim senior sepanjang kariernya...! Pencapaian luar biasa...!
Stramaccioni merupakan salah satu pelatih termuda Inter sepanjang sejarah... Bahkan, umur Il Capitano lebih tua dari dia...!
Berbagai sumber mensinyalir jika Stramaccioni akan menggunakan formasi 4-2-3-1 serta mengorbitkan beberapa pemain muda... Tugas Stramaccioni di Inter pun cukup jelas, membawa Inter tampil baik di 9 laga sisa Serie A, sebelum menuju Indonesia...
Saatnya Stramacccioni unjuk gigi, membawa Inter tampil meyakinkan dibawah tangan dinginnya sebagai pelatih, menghangatkan kursi allenatore Inter yang selalu panas, dan membuktikan kepada dunia, jika "The Next Guardiola" ada di Italia bersama Inter.... Sebagian orang menganggap jika ekspetasi berlebih diberikan pada Stramala (#Stramala populer di Twitter saat penunjukkan Stramaccioni menggantikan Ranieri)... Namun, tidak ada yang tidak mungkin dalam sepakbola...
So, mampukah Stramaccioni menorehkan prestasi yang lebih baik daripada kiprahnya di tim Primavera ? Kita tunggu saja...! Forza INTER !
penulis adalah admin dari fp, twitter dari akun fans club Inter di Jatinangor. @mshibghohrc
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H