Suatu hari ayah saya bercerita tentang pengalamannya pada suatu ketika di pertengahan tahun 1980-an, ayah mendapat tugas dari kantornya untuk berdinas di kota Surakarta. Saat itu ayah saya berangkat dari kantornya di kota Semarang dengan mengendarai mobil dinas jip hardtop yang sedang beken-bekennya itu. Jip itu dikemudikan oleh seorang supir bernama Johan.
Perjalanan menempuh waktu cukup lama, sekitar lima setengah jam, karena jalur bukit Gombel berkabut, sehingga kendaraan harus berjalan lambat di sana. Untuk menuju ke Solo dari Semarang memang harus melalui jalur ini. Selain itu penerangan jalan umum belum memadai sehingga Johan harus lebih berhati-hati mengemudikan kendaraannya.
Setelah melewati bukit Gombel, perjalanan cukup aman hingga sampai di kota Solo menjelang tengah malam. Ketika jip memasuki kawasan jalan Slamet Riyadi, jam telah menunjukkan pukul 23.30, sehingga ayah memutuskan untuk mencari sebuah penginapan supaya ayah, Johan dan mobilnya bisa beristirahat.
Mereka menemukan sebuah hotel yang relatif besar di jalan Slamet Riyadi dan memutuskan untuk menginap di situ. Setelah check in di resepsionis, ayah menempati kamar untuk dirinya di bangunan utama dan Johan mendapat kamar supir di bagian belakang hotel. Mereka berencana untuk menginap semalam saja.
Setelah memasuki kamar tidurnya, ayah memutuskan untuk langsung rebahan dan tertidur. Saat itu, tidak ada hal-hal atau perasaan aneh yang mengganggunya. Namun... saat sedang nyenyak tidur, tiba-tiba pintu kamar ayah digedor oleh seseorang. Gedoran itu cukup lama sehingga ayah terjaga secara tidak menyenangkan. Setelah membuka pintu, ternyata Johan sedang berada di depan kamar.
Masih dalam keadaan ngos-ngosan dan terlihat schok, Johan meminta ijin pada ayah.
"Anu Pak, kula bade turu teng mobil mawon" (Saya minta ijin tidur di mobil saja).
"lho, memangnya kenapa? Panas ya di kamar"
"Bukan begitu pak, hanya, saya tidak nyaman tidur di kamar".
Kemudian langsung saja ayah memberikan kunci mobil yang memang dipegang oleh ayah. Dengan demikian Johan lalu memilih bermalam di dalam mobil jip, alasan yang sebenarnya kenapa, rupanya beliau belum mau bercerita kepada ayah.
Pada pagi harinya, ayah sudah checkout dan bersiap untuk berangkat menjalankan tugas dinas, langsung menuju mobil dan melihat Johan sudah bersiap bahkan sedang mengobrol dengan salah seorang pegawai hotel. Ayah kemudian menghampiri mereka.
"Johan, ayo kita berangkat, kita cari sarapan dulu ya"
"Mari pak, tapi saya mau tanya dulu, apakah semalam bapak ngga diganggu?"
"Tidak, diganggu bagaimana maksudnya?"
"Semalam saya diganggu orang yang kelihatannya mirip wong cino, tapi logatnya kasar, sampai saya harus membangunkan bapak dan tidur di mobil".
Johan lalu bercerita, saat dirinya seperti baru saja tertidur, tiba-tiba dia dibangunkan oleh seorang pria yang wajah dan perawakannya mirip orang Tionghoa.Â
Awalnya Johan merasa seperti kakinya ditarik-tarik dengan kasar, ketika melek terbangun, dia melihat pria ini berperut buncit, bertelanjang dada, memakai celana panjang hijau dan bersepatu boot tinggi mirip hansip, tetapi berkepala plontos. Pria ini berekspresi seperti sedang marah, menatap Johan sambil berseru: "Minggiru! Minggiru!"
Ayah pun terkejut, karena mendengar cerita Johan. Seorang pegawai hotel yang ternyata adalah sang resepsionis semalam lalu bercerita, bahwa mungkin "pria" yang mengganggu Johan itu adalah sisa-sisa hantu tentara Jepang yang menguasai daerah hotel di mana kamar-kamar supir berada.
Menurut sang resepsionis, hotel ini pernah menjadi tempat pertempuran antara polisi militer Jepang dengan para pemuda. Konon, ketika itu pertahanan Jepang di muka gedung itu sangat kuat, sehingga para pemuda tidak mampu memasuki pekarangan gedung. Lalu, Slamet Riyadi dengan seorang kawannya berinisiatif menaiki atap bangunan kantor dari jalan belakang, dan kemudian menembaki para tentara Jepang yang berlalu-lalang di halaman belakang kantor.
Mendengar penjelasan dari sang resepsionis, ayah lalu teringat dengan cerita tentang hotel yang menempati gedung bekas kantor Kempeitai Surakarta. Rupanya ayah baru sadar kalau hotel yang dimaksud adalah yang baru saja ia dan supirnya tempati semalaman. Di akhir ceritanya, ayah ingat kalau hantu tentara Jepang penunggu kamar supir itu juga mempunyai nama, namun, ayah tidak ingat siapa namanya itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H