Mohon tunggu...
Welling Praheningtyo
Welling Praheningtyo Mohon Tunggu... Supir - hallo everybody, let's talk.

When the going gets tough, only the toughs keep on going.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kartini dan Pesawat Terbang

11 September 2019   22:20 Diperbarui: 11 September 2019   22:34 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini 11 September 2019, B.J. Habibie meninggal dunia di Jakarta. Selama hidupnya, selain pernah menjabat presiden Republik Indonesia ketiga, Habibie merupakan pelopor industri aviasi di Indonesia. 

Rupanya, terdapat tokoh lain selain Habibie yang berkaitan dengan pesawat terbang. Dia adalah R.A Kartini yang terlahir pada paruh terakhir abad ke XIX dan menghabiskan sebagian besar kehidupannya di abad ke XIX.

 Kartini telah memimpikan akan keberadaan pesawat terbang. Menurut Rudolf Mrazek dalam bukunya, Engineers of Happy Land, Kartini yang kita kenal sebagai pelopor emansipasi wanita Indonesia itu, menulis surat kepada temannya, dokter Anton yang tinggal di Jena, Jerman. 

Salah satu bagian dalam surat itu, Kartini menulis, "mesin - mesin terbang akan digunakan, dan pada salah satu hari emas, Anda akan melihat salah satu mesin terbang itu mendengung di atas langit biru Jena sambil membawa seorang tamu dari jauh. Saya seharusnya memang dilahirkan sebagai laki - laki". 

Surat itu ditulisnya pada 1901,  tiga tahun sebelum kematiannya. Ini menunjukkan bahwa Kartini juga memiliki visi terhadap kemajuan teknologi, ketika baru pada 1907 Wright Bersaudara terbang di angkasa dengan mesin terbang pertamanya. 

Kemudian pada 1910 Alfred Rambaldo menciptakan balon udara pertama di Indonesia. Baru pada 1914 Hindia Belanda mendirikan penerbangan militer pertama dan penerbangan sipil reguler baru ada pada 1928 di Hindia Belanda.     

Di dalam kutipan surat Kartini itu dia juga menulis, bahwa seharusnya dia dilahirkan sebagai laki - laki, dalam hal ini Mrazek juga menjelaskan bahwa dalam salah satu suratnya, Kartini juga berharap menjadi seorang pelaut. 

Seorang nakhoda kapal yang memegang kemudi, dan mencegah dengan segala cara supaya kapal yang dikemudikaannya tidak oleng dan tenggelam. 

Literatur:

Rudolf Mrazek, Engineers of Happy Land: Technology and Nationalism in the Colony, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006. hlm: 12 -13

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun