Emanuel Soba, Ketua Pengelola Kampung Adat Bena, menjelaskan bahwa Gelang Tenun adalah salah satu produk yang sangat diminati oleh wisatawan.
Keahlian menenun, yang biasanya diajarkan dari ibu kepada anak perempuan sejak usia dini, tidak hanya melestarikan tradisi tetapi juga berfungsi sebagai sumber pendapatan penting bagi keluarga.
"Gelang Tenun ini merupakan hasil keterampilan yang diwariskan turun-temurun. Proses menenun yang rumit dan motif yang beragam menjadikannya produk yang bernilai tinggi," ujar Emanuel saat diwawancarai.
Ia juga menambahkan bahwa hasil penjualan produk tenun bisa mencapai rata-rata Rp 1.200.000 per bulan per keluarga, dan bisa meningkat hingga tiga kali lipat saat musim kunjungan wisatawan melonjak.
Kualitas dan Keberlanjutan
Pengelola Kampung Adat Bena terus memantau kualitas produk untuk memastikan bahwa setiap gelang yang dijual tetap memiliki nilai seni dan budaya yang tinggi.
Gelang Tenun ini biasanya dipajang di bagian depan rumah adat, bersama produk tenun lainnya seperti sarung dan selendang, yang semuanya menambah kekayaan dan keberagaman produk lokal yang ditawarkan kepada pengunjung.
Dengan harga yang bervariasi antara Rp 10.000 hingga Rp 25.000, Gelang Tenun Kampung Adat Bena tidak hanya menjadi oleh-oleh berharga bagi wisatawan tetapi juga bagian penting dari kehidupan sehari-hari dan perekonomian masyarakat Kampung Bena.
Keberadaan gelang ini menjadi simbol dari kekayaan budaya dan keterampilan yang diwariskan dari generasi ke generasi, menjaga tradisi sambil menyokong kehidupan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H