Dalam konteks ini, saya tidak hendak menguraikan Kronologi dalam bingkai disiplin ilmu. Ada kata logi, dari kata logos yang artinya ilmu.
Secara sederhana kronologi bisa diartikan urutan waktu dalam sebuah kejadian, peristiwa.Â
Saya kira kita 'yang jari - jarinya suka menari' tidak asing dengan kronologi. Dari siapa kita sering menerima kronologi suatu kasus, peristiwa?
Kembali soal ragu. Sekali lagi, ragu di sini bukan status psikis. Tapi ragu sebagai sebuah metode.
Dalam bingkai pemikiran Rene Descartes, ragu itu metode mencapai kebenaran dengan pembuktian rasional.
Jadi jangan terjebak pada sesat pikir genetic, dianggap benar karena siapa, yang mengucapkan atau ada embel - embel pangkat dan jabatan yang melekat atau otoritas.
Tidak pula sesat pikir overgenelisir, semua kronologi hasil rekayasa karena adanya Tragedi Duren Tiga.Â
Ragu sebagai sebuah motode mencapai kebenaran, tentu tidak akan puas dengan retorika bual. Mutlak, melalui jalan pembuktian rasional.
'Jari - jari yang suka menari' tentu tidak akan puas dengan sajian kronologi mentah apalagi rekayasa.
Observasi, investigasi, memaksimalkan panca indera, akal, merekam data dan fakta. Bagaimana kerja - kerja ini berjalan jika tidak 'ragu'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H