Karena begitu kental dengan unsur kedaerahan, tidak heran kalau ada sentilan - sentilan seperti 'ah pakai pemain luar', 'woe kamu pakai kami punya pemain', dan seterusnya.
Ada yang normatif menanggapi sentilan - sentilan seperti itu. Tanggapannya, 'apa yang salah? Kan secara regulasi mengizinkan'.
Tapi mari kita bertanya lebih dalam lagi, terlepas bahwa secara regulasi mengizinkan. Mengapa harus memakai jasa pemain luar? Apakah benar  memang tidak ada pemain di daerahnya? Kok bisa?
Sudah puluhan tahun liga tertua dan terbesar di NTT ini digelar, dari El Tari Cup menjadi El Tari Memorial Cup. Apakah tidak memberi dampak pada pertumbuhan sepak bola, pembinaan, regenerasi bakat - bakat muda di daerah masing-masing?
Atau, justru ada problem dalam aspek pembinaan, penjaringan sehingga terkesan 'huru hara' cari pemain ketika gelaran El Tari Memorial Cup sudah di depan mata.
Ada tim yang terus terang menjawab mengapa merekrut pemain dari luar NTT atau dari kabupaten lain.
Beragam penjelasan dan jawaban yang dihimpun, baik pernyataan secara langsung maupun melalui media, saya melihat ada dua alasan.
Pertama, pemain luar direkrut agar terjadi proses belajar, tukar ilmu dan pengalaman. Kedua, kualitas pemain lokal diragukan.
Untuk alasan yang pertama, rasa - rasanya tidak relevan di era modern ini. Akses, jejaring sudah sangat terbuka. Mengapa harus belajar pada momen El Tari Memorial Cup.
Untuk alasan kedua, sangat dekat dengan aspek pembinaan. Kualitas yang dimaksud tidak parsial. Seorang pesepak bola, bukan hanya soal 'tendang' bola, kedisplinan, karakter bahkan pengetahuan menjadi bagian penting.
Lantas seperti apa proses pembinaan, pembentukan tim? Sepak bola tidak bisa bertumbuh dengan memakai cara instan kalau kita menginginkan sebuah pertumbuhan yang sesungguhnya.