Mohon tunggu...
Oris Goti
Oris Goti Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Kampung Asal Watujaji, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.

Menyukai jurnalistik, fotografi, pariwisata, budaya olahraga dan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antara Mimpi dan Kenyataan Kisah Anak Kampung Tarawaja "Kepada Siapa Aku Mengadu"

7 November 2021   01:13 Diperbarui: 7 November 2021   01:21 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemeran Seni Rupa di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende, Rabu 20 Oktober 2021. (Oris Goti) 

Saya menghadiri Pameran Seni Rupa di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende, Rabu 20 Oktober 2021. Pameran terbatas, mengingat pandemi Covid-19 belum berakhir. 

Djafar Achmad, Bupati Ende, membuka pameran tersebut. Ia didampingi, seorang perupa, Kus Indarto. 

Kus Indarto perupa asal Yogyakarta ini hadir dalam pameran, sekaligus berbagi pengalaman dan pengetahuannya kepada para perupa di Flores yang terlibat dalam pameran tersebut. 

Saya tertarik pada sebuah lukisan beraliran surealisme terpampang di dinding berwarna biru. 

Di samping lukisan itu, ada kertas kecil bertuliskan 'Kepada Siapa Aku Mengadu', judul lukisan itu. 

Kolidin, bocah 11 tahun, juga tertarik. Dia mendekati lukisan itu. Ia tersenyum. Sedikit menjinjit, Kolidin mencoba menyentuh lukisannya. 

Pria dewasa, mengenakan kemeja hitam dan topi hitam, menghentikan Kolidin. "Eh jangan sentuh," serunya, sembari tersenyum ramah kepada Kolidin. 

Kolidin tersenyum malu, lalu menggaruk - garuk kepalanya. Itu berlangsung cepat. Kolidin kembali tenang dan menatap lukisan itu. 

"Saya suka lihat gambar ini. Ini kakak pakai baju robek - robek, tapi di bajunya itu ada tulisan OSIS," ujar murid Sekolah Dasar Inpres Otomamba, Kabupaten Ende ini sembari menujuk ke arah lukisan. 

Kolidin kembali fokus pada lukisan itu. Dahinya berkerut. Dia heran, celana yang dikenakan remaja laki - laki dalam lukisan tersebut, tidak seragam dengan baju. 

"Kenapa celananya begitu," Kolidin bertanya pada pria baju hitam yang setia berdiri di sampingnya. Pria baju hitam, hanya tersenyum dan mengangguk - angguk. 

Kolidin kembali menatap lukisan itu. Dia lalu berujar 'Eh kasihan e'. Bocah laki - laki dalam lukisan itu memang terlihat kusut, lusuh dan kotor. Namun, ada senyum dan matanya bersinar. 

Dia memegang dua wadah dari ayaman daun kelapa di kiri dan kanan. Dia Berdiri dan sedikit bersandar pada sebuah tiang. Pada tiang itu bergantung uang kertas pecahan Rp. 1.000, gambar Kapitan Pattimura memegang parang. 

Momen itu, membuat Yohanes Wale, pria baju hitam, bertopi hitam, kembali tergiang akan kisah masa lalunya sebagai anak kampung di Desa Tarawaja, Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada, di era 1980 an. 

'Kepada Siapa Aku Mengadu', karya Yohanes Wale, menampilkan kotradiksi antara kenyataan dan impian. "Ini berangkat dari pengalamannya di kampung saya, di Tarawaja, Soa," kata Wale. 

"Saya pergi kuliah di Bali, saya pulang ke kampung saya masih menemukan anak - anak yang seperti ini, kaum marginal, yang terpinggirkan," imbuhnya. 

Di masanya, Wale dan anak - anak kampung Tarawaja, harus 'dipaksa' bekerja karena kemiskinan. Dampaknya banyak yang putus sekolah

Kata Wale, anak - anak di kampungnya, punya bakat dan kemampuan, namun harus berjibaku dengan urusan perut. "Bahkan harus jadi tukang punggung keluarga," kata Wale. 

Di sisi lain, banyak program - program pemerintah yang tidak menjawab kebutuhan masyarakat di kampungnya. "Kalau situasinya seperti ini, anak - anak mau mengadu ke siapa," ujar alumni Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) ini. 

Yohanes membuat lukisan 'Kepada Siapa Aku Mengadu' dibuat Yohanes Wale pada 2006, saat masih mahasiswa. Saat ini Wale, mengajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negri 1 Soa, Kabupaten Ngada. 

Wale hadir di Ende, ikut dalam Pameran Seni Rupa, bertajuk 'Bebas Terbatas' yang diselenggarakan oleh UPTD Taman Budaya Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Sebanyak 17 perupa atau seniman seni rupa Nusa Tenggara Timur memamerkan puluhan karyanya di Aula gedung Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Ende, Flores, 20-22 Oktober 2021. 

Para perupa NTT dalam pameran "Bebas Berbatas" ini menampilkan beragam teknik karya seni rupa

Ada seniman yang mengekspresikan diri dengan lukisan akrilik di atas kanvas. Ada pula yang membuat gambar atau drawing di atas kertas, lukisan di atas tripleks, objek-objek benda dari kerang, patung kayu, dan lain-lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun