Mohon tunggu...
Gosyen Karawaheno
Gosyen Karawaheno Mohon Tunggu... Jurnalis - Deus Sive Natures

Tulisanku penuh dengan opini pribadi yang disatukan akal agar terkesan cocok dengan moralitas yang ada di masyarakat. Semoga mencintainya. https://medium.com/@karawaheno

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Anime "Made in Abyss" dalam Pandangan Filsafat Eksistansialisme

31 Januari 2024   21:10 Diperbarui: 31 Januari 2024   21:14 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiri Reg, Kanan Riko | alphacoders.com

Contoh kecil eksistensi mendahului esensi adalah ketika manusia ingin mempunyai anak dengan sesuai idealisme mereka, tak akan pernah sesuai. Karena alam semesta adalah sesuatu yang di luar kontrol manusia, karena itu manusia tidak bisa meng-esensikan manusia yang lahir ke dunia. Sebaliknya, manusia bisa meng-esensikan barang yang akan ia ciptakan dan bentuk. 

Kedalaman Abyss digambarkan sebagai kehendak manusia yang tidak akan pernah puas dengan hasratnya. Ibarat kata, manusia dikutuk untuk terus mencari dan mencari sampai manusia punah karena selama manusia hidup, selama itulah manusia akan selalu berkehendak.

Perihal kehendak banyak dibahas dalam buku Friederich Nietzsche "Kehendak untuk berkuasa" beliau adalah seorang filsuf kontemporer abad 19--20. Pada buku "kehendak berkuasa" nietzsche berbicara perihal hasrat manusia yang tidak pernah terpuaskan, bahkan ia menggambarkan hasrat manusia berujung dan berakhir untuk menguasai sesuatu. 

Abyss sebagai sebuah lubang dalam yang menjadi momok kegelapan, malah memanggil seluruh manusia untuk menjelajahinya. Kegelapan yang digambarkan sebagai kematian dan kehilangan tak ada artinya di depan hasrat manusia. 

Hasrat manusia untuk mencari dasar dari kedalaman sering nya berakhir mencelakakan manusia itu sendiri. Karena manusia di kutuk untuk terus mencari meskipun taruhannya adalah nyawa manusia itu sendiri. Hasrat manusia yang berawal dari keingintahuan malah menjadi perjalanan untuk membunuh diri sendiri dan menyerahkan tubuh dan jiwa raga ke dalam Abyss.

Akhir

Sebagai mana abyss mengambil semua kehidupan dan memuaskan rasa penasaran, begitu juga hasrat manusia akan terpuaskan. Kedalaman abyss menjadi sebuah pelajaran hidup yang penting; pelajaran untuk selalu menghargai apa yang kita miliki dan genggam. 

Meskipun pada akhirnya genggaman kita akan lepas, setidaknya kita pernah menggenggamnya untuk sementara waktu. Kedalaman juga akan mencerminkan sifat-sifat dan hasrat manusia, dalam kedalaman manusia menemukan dirinya sendiri. 

Kedalaman menjadi bantuan untuk memahami keberadaan manusia yang singkat, di mana manusia akan memahami kedalaman dan kegelapan adalah akhir dari semua kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun