Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Real Madrid Mengubah "Kutukan" jadi "Berkat"

4 Juni 2017   06:03 Diperbarui: 4 Juni 2017   10:12 1333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sergio Ramos, Luca Modric dan Gareth Bale mengubah kutukan menjadi berkat, FOTO: repubblica.it

Banyak yang ‘mengutuk’ Real Madrid dalam final Liga Champions ini. “Belum ada klub yang mempertahankan juara berturut-turut selama dua kali,” kutukan mereka. Kutukan itu pun seakan-akan ingin menciptakan sejarah baru. Akankah kutukan menjadi gema sejarah yang tidak berubah?

Kutukan itu memang beralasan. Dalam sejarahnya, tidak ada klub yang mempertahankan juara dua kali berturut-turut. Banyak pengamat sepak bola mengikuti kredo sejarah ini. Mereka seolah-olah mengabaikan hakikat bola sebagai benda bundar. Karena komentar mereka sedemikian besar gemanya, peluang bagi Madrid pun seolah-olah hilang begitu saja.

Media-media Eropa pun seakan-akan tidak mau mengangkat kepercayaan diri Madrid. Koran-koran Italia misalnya memfavoritkan Juventus. Banyak yang berkomentar, “Inilah saatnya Juventus menang”. Yang lain lagi bahkan ingin mengecilkan kekuatan Real Madrid. “Juventus sudah masuk satu dari klub besar dan terkuat di Eropa.”

Di samping itu, tentu saja ada yang selalu memfavortikan Real Madrid. Menurut mereka, klub Spanyol ini lebih pantas menjadi juara ketimbang Juventus. Komentar seperti memang ada tetapi porsinya kecil untuk ruang yang besar dalam koran dan media Italia.

Warga Italia sendiri dalam beberapa jejak pendapat sepertinya lebih cenderung memfavoritkan Madrid. Mereka tidak mau menjagokan klub negara mereka. Ada yang bahkan berkomentar, “Jika menang dalam Liga Champions ini, Juventus akan makin sombong. Seolah-olah hanya mereka saja yang ada dalam sepak bola Italia.”

Selebrasi Real Madrid, FOTO: repubblica.it
Selebrasi Real Madrid, FOTO: repubblica.it
Komentar seperti ini memang muncul dari sebagian besar warga Italia. Mereka seolah-olah tidak mau merayakan bersama kegembiraan sepak bola ini jika Juventus menang. Padahal, Juventus sudah berusaha mengharumkan nama Italia di pentas Eropa. Mereka mungkin benar. Maksudnya, Juventus memang selalu menjadi juara dalam pertandingan di dalam negara Italia sendiri. Juventus tak tertandingi misalnya dalam Seri A. Jika ini alasannya, mereka rupanya tidak ingin agar Juventus menjadi raja juga di kancah Eropa.

Tidak seperti komentar sebagian besar warga Italia, para pemain Juventus sendiri selalu percaya diri. Paulo Dybala beberapa waktu misalnya berkomentar, “Saya ingin mempersembahkan Piala Champions ini untuk para pemain senior di Juventus.” Juventus memang memiliki pemain senior yang hebat dan bahkan menjadi juru kunci. Mulai dari sang kiper Italia sekaligus kapten, Gianluigi Buffon (39), sampai 3 bek tangguh yang hampir setara pengalamannya bersama Buffon: Leonardo Bonucci (30), Giorgio Chiellini (32), dan Andrea Barzagli (36).

Komentar Dybala memang bukan asal bunyi. Apalagi, ia menyampaikan harapan yang kuat ini saat dia berhasil mematikan langkah Barcelona beberapa waktu lalu. Dybala saat itu seolah-olah menjadi Messi yang sesungguhnya. Biasanya, Lionel Messi selalu menjadi favorit yang menggelora penonton stadion. Namun, malam itu gelora yang menggema itu justru untuk pemain Argentina yang lainnya yakni Dybala. Karena kelincahannya di hadapan sang ‘maestro’ Barcelona itu, Dybala pun diancang-ancang menjadi Messi yang sesungguhnya.

Karim Benzema meluapkan kegembiraannya, FOTO: repubblica.it
Karim Benzema meluapkan kegembiraannya, FOTO: repubblica.it
Komentar Dybala yang memuji klubnya diikuti oleh pemain senior Real Madrid. Cristiano Ronaldo (32) pun tak tinggal diam ikut memuji para pemain Juventus. “Buffon adalah kapten terbaik. Saya kagum padanya,” komentar Ronaldo tiga hari lalu di hadapan media Eropa. Ronaldo kiranya tahu betul betapa besar peran Buffon dalam setiap pertandingan Juventus. Meski memuji, Ronaldo juga tak ingin merasa rendah di hadapan Juventus. Ia malah opitmis akan bisa mengalahkan Juventus. “Mereka memang kuat, tetapi kami sudah tahu letak kelemahan mereka. Kami berusaha untuk menang,” komentar Ronaldo dengan bangga.

Komentar kebanggan seperti ini datang juga dari pemain Real Madrid lainnya yakni Sergio Ramos (31). Ramos dalam beberapa pertandingan menjadi kapten Madrid. Beberapa waktu lalu, dia menunjukkan kebanggaannya kepada media Eropa. “Saya sudah mengirim tiket kepada rekan pemain senegara saya, semoga ia bisa menyaksikan pertandingan kami,” cetusnya dengan bangga. Rekan pemain yang ia maksud itu adalah Gerard Piqué (30).

Entah malam ini, Piquè benar-benar datang ke Stadion Millennium-Cardiff, yang jelas rekannya Sergio Ramos menjadi kapten Real Madrid. Sebagai Kapten dalam Final Liga Champions, Ramos tentu ingin menang. Betapa bahagianya ia jika berhasil dalam pertandingan elit Eropa ini. Dan, malam ini kebanggannya menjadi nyata. Real Madrid menang 4-1 melawan Juventus. Ramos sudah memenuhi targetnya.

Sergio Ramos, Sang Kapten, FOTO: repubblica.it
Sergio Ramos, Sang Kapten, FOTO: repubblica.it
Target Ramos sama sekali berbanding terbalik dengan harapan Buffon. Buffon pada mulanya ingin memenangkan pertandingan ini setelah sekitar 4 kali masuk final dan hanya sekali menjadi juara (1996). Kehausan Buffon rupanya tidak mendapatkan kepuasan yang setimpal. “Kami datang dengan harapan akan menang dalam pertandingan ini. Dan, kami sudah berusaha dengan sekuat tenaga. Tetapi, perjuangan kami akhirnya tidak cukup untuk membendung kekuatan Real Madrid,” kata Buffon di Cardiff dalam wawancara dengan TV Mediaset, Italia.

Buffon tampaknya sudah memotivasi semua pasukannya. Sejak awal, mereka sudah mengancam gawang Real Madrid. Sejak menit ke-4 Gonzalo Higuain sudah mencoba mengobrak jala Keylor Navas. Bahkan pada menit ke-7, tembakan Miralem Pjanic kembali mencoba-cobai jala Navas. Sayang, Navas dengan sigap mengambil bola. Gawang Real Madrid pun terselamatkan.

Dari ujung gawang, Navas ingin memberi semangat pada para pemain lainnya. Hasilnya memuaskan. Ronaldo pada menit ke-20 berhasil membawa klubnya unggul sementara. Keunggulan Madrid tidak bertahan lama. Tujuh menit kemudian (27), mereka duduk sejajar lagi dengan Juventus lewat gol Mario Mandzukic. Mandzukic berhasil menyamakan kekuatan sampai pada saat akhir babak pertama.

Gol Indah Juventus oleh Mario Mandzukic, FOTO: repubblica.it
Gol Indah Juventus oleh Mario Mandzukic, FOTO: repubblica.it
Kedudukan Madrid kembali di atas pada babak ke-2 dengan sepakan pemain Brasil Casemiro pada menit ke-61. Casemiro mencetak gol ke-2 untuk Madrid ini setelah menerima bola dari Toni Kroos. Kroos tentu tidak sendiri. Ia bergerak bersama pemain lainnya seperti Luka Modric di bagian gelandang dan Marcelo yang mencoba menggedor dari pinggir kiri serta Karim Benzema yang mengganggu di bagian tengah.

Kebanggan Real Madrid makin besar saat Ronaldo pada menit ke-64 membuat gol ke-3. Ronaldo menerima dengan baik umpan Modric dari sisi Kanan. Dengan sentuhan yang manis, Ronaldo berhasil mengelabuhi sang Kapten Juventus. Ronaldo membuat gol kedua dan Real Madrid meraih 3 gol.

Harapan Madrid untuk menang makin kuat. Juventus di bagian lain menuju kesedihan yang tiada tara. Mereka juga kehilangan pemain jagoannya Juan Cuadrado pada menit ke-85. Cuadrado sebenarnya bisa diandalkan dan menjadi harapan besar Pelatih Massimiliano Allegri. Sayang, dia mengabaikan kepercayaan ini dengan melanggar beberapa pemain Madrid termasuk juru kunci mereka Ronaldo. Wasit Felix Brych pun memberi Kartu Merah untuk Cuadrado dan dia pun meninggalkan lapangan.

Kehilangan Cuadrado makin memuluskan peluang Madrid untuk menang. Peluang itu makin besar lagi dengan kedatangan pemain Wales, sang tuang rumah, Gareth Bale pad menit ke-77. Dia menggantikan Benzema yang sudah apik menemani Ronaldo di lini depan. Peran Bale dalam 3 menit pertama pun berhasil membuat riuh penonton Stadion Millenium makin besar. Tepat saat itu (80), Daniel Carvajal hampir menciptakan gol ke-4 untuk Madrid. Gol terakhir yang mengokohkan keunggulan Madrid itu pun akhirnya dicetak oleh Marco Asensio pada menit ke-90.

Ronaldo mencetak 2 gol, FOTO: repubblica.it
Ronaldo mencetak 2 gol, FOTO: repubblica.it
Tambahan 4 menit kemudian tidak membuat Juventus memenuhi harapannya. Madrid pun akhirnya keluar sebagai juara. Kebanggan ini menjadi makin besar karena Real Madrid menjadi tim yang mematahkan kutukan sejarah Liga Champions. Mereka rupanya menjadi klub yang membuat sejarah baru dengan menjuarainya dua kali berturut-turut. Juara ke-12 ini juga membuat peringkat tersendiri bagi Ronaldo yang berhasil mencetak 12 gol dalam Liga elit Eropa ini. Ronaldo pun akan menerima penghargaan Peraih Sepatu Emas yang ia terima juga berturut-turut seperti tahun lalu.

Ini tentu membanggakan seluruh tim Real Madrid. Ronaldo pun tak bisa menyembunyikan kebesaran hatinya. “Permainan yang membanggakan, kami akhirnya menang dalam pertandingan elit ini,” katanya kepada jurnalis TV Mediasett-Italia setelah pertandingan. Ia pun membanggakan klubnya. “Tidak ada yang seperti kami, menang dua kali berturut-turut,” sambungnya.

Selamat untuk Ronaldo dan kawan-kawan. Real Madrid telah membuat sejarah baru.

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 4/6/2017

Gordi

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun