Untuk menghentikan laju perkembangan perokok memang dibutuhkan usaha keras. Tentunya tidak gampang. Salah satu yang bisa dikerjakan adalah membiasakan diri untuk tidak merokok sejak kecil. Ini mengandaikan keluarga menjamin pertumbuhan anggota keluarganya tanpa merokok. Pada 1998, WHO mengangkat tema ini dalam HTTS “Growing up without tobacco." Melalui tema ini, WHO ingin mengajak semua keluarga sebagai elemen dasar dalam masyarakat untuk menyukseskan usaha ini.
Jika sukses dalam kampanye ini, masih ada tantangan berikutnya, yakni pada masa remaja. Di sini, tantangannya lebih besar lagi. WHO sudah mengantisipasi tema ini pada peringatan HTTS tahun 2008 yang mengusung tema Kaum Muda tanpa Tembakau alias "Gioventù senza tabacco".
Di sini, peran keluarga masih besar. Jika tidak hati-hati, keluarga akan gagal menyelamatkan kaum muda dari bahaya merokok. Marianna Masiero, Peneliti dari Universitas Milan mengatakan, “Pada masa ini, bahaya merokok akan bersifat kronis. Remaja yang sedang beralih ke masa dewasa (25-30 tahun) akan berhadapan dengan pilihan yang sulit, antara melepaskan atau melanjutkan merokok.” Beda dengan ciri khas merokok pada masa remaja—jelas Marianna Masiero—yang hanya bersifat ‘karena kesempatan’ saja atau untuk sekadar ‘bergaya dan ikut teman’, merokok di usia remaja ke atas akan sangat berbahaya bagi masa depan anak.
Marianna Masiero menyinggung soal MOTIVASI jika ingin berhenti merokok. Menurutnya, jika perokok aktif belum menemukan motivasinya yang jelas mengapa mau berhenti merokok, dia tidak akan berhasil dalam segala upaya apa pun demi menghentikan kebiasaannya. Ini kiranya penting sebab menghentikan kebiasaan merokok sama dengan mencabut seseorang dari akar kebiasaannya. Boleh jadi merokok menjadi kebiasaan buruk namun yang buruk itu tidak mudah dilepaskan begitu saja. Seperti alang-alang dan rumput hijau, kebiasaan buruk itu bertumbuh bersama dengan kebiasaan baik. Maka, tidak ada cara lain selain menemukan motivasi yang jelas mengapa mau berhenti merokok.
Maukah Anda mencari Motivasi yang Jelas Itu?
Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.
PRM, 1/6/2017
Gordi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H