Ilmuwan juga bisa jatuh cinta. Kisahnya tentu saja membuat penasaran. Seperti apa sih situasinya? Apakah bermodel sistem berpikir ilmuwan juga?
Tentunya ada banyak ilmuwan yang jatuh cinta. Di sini, hanya kisah cinta Galileo yang dibeberkan. Jangan pikir kisah cinta berbumbu asmara yang hebat. Kisah ini hanya kisah cinta sang ilmuwan. Boleh jadi berbeda dengan kisah biasa. Tetapi, sama-sama berangkat dari rasa cinta.
Galileo Galilei terkenal karena kehebatannya. Lantas, ia pun digelari banyak nama: Ilmuwan, Astronom, Filsuf, dan Fisikawan. Masih banyak lagi yang lainnya terkait dengan ilmu yang ia kembangkan. Tetapi, cukup tiga ini yang diambil sebab sudah populer di kalangan umum.
Astronom Italia ini lahir di kota Pisa, Toscana (Italia Tengah) pada 15 Februari 1564. Di sini juga ia meninggal, tepatnya di kota Arcetri, Toscana pada 8 Januari 1642. Jadi, umurnya hanya 77 tahun. Kota Pisa adalah jantung hidup sang Ilmuwan. Di kota ini, ia banyak menghabiskan waktunya. Dia belajar di Universitas Pisa dan menemukan banyak cabang ilmu seperti Kinematika, Teleskop, Tata Surya. Tentu saja dengan pemahaman yang kuat dalam bidang Matematika dan Fisika. Keahliannya dalam beberapa bidang ini membuat Galileo amat terkenal.
Tidak seperti ahli hukum saat ini, Galileo justru ingin balik badan dari bahasa Latin. Dia menelusuri beberapa daerah di wilayah Italia. Memang, dalam beberapa tahun saja, keadaan berubah. Orang-orang Italia saat itu mulai menggunakan bahasa Italia di samping dialek mereka di masing-masing daerah. Ini kebiasaan baru bagi orang-orang Italia.
Kebiasaan inilah yang membuat Galileo jatuh cinta. Galileo muda mulai menunjukkan kecintaanya pada bahasa Italia. Dia suka menulis buah pikirannya dalam bahasa Italia. Tepat pada usia 22 tahun dia menerbitkan buku pertamanya dalam bahasa ini yang berjudul La bilancetta (pertimbangan, alat timbang badan).
Galileo menulis hanya karena cinta. Baginya, cinta yang mendorong untuk menulis. Cinta ini juga yang membuatnya menjadi ilmuwan lawan arus. Dia menulis dalam bahasa yang tidak biasa. Ia seolah-olah mau melawan kebiasaan saat itu yang mana semuanya ditulis dan dibahasakan dalam bahasa Latin.
Cinta Galileo memang tidak muncul hanya dari hasil studi saja. Sebagai mahasiswa yang rajin belajar, Galileo juga punya rasa ingin tahu yang besar. Dari rasa ini, dia menulis. Tulisannya boleh jadi berbeda dengan para penulis pendahulunya. Galileo tahu betul akan hal ini sebab ia juga mencintai dunia sastra. Dia melahap habis buku-buku puisi dari Sastrawan Besar Italia seperti Dante Alighieri (1265-3121), Torquato Tasso (1544-1595), dan Ludovico Ariosto (1474-1533).
Dengan semangat ini, Galileo pun menulis rumus-rumus Fisika yang sulit dalam bahasa Italia. Tujuannya hanya satu: agar mereka yang tidak belajar bahasa Latin dan tidak berbudaya ilmu pengetahuan pun paham akan uraian rumus Fisika itu. Kalau ditelisik, karya-karya awal Galileo dalam bidang Fisika dan Astronomi memang ditulis dalam bahasa Italia zaman itu yang hanya beda sedikit dengan bahasa Italia saat ini (4 abad kemudian).
Dengan bahasa Italia, Galielo mendeskripsikan ilmu Fisika yang sulit dalam kalimat yang sederhana. Galileo ingin mengubah model tulisan para ilmuwan pada zamannya yang menggunakan istilah dan konsep yang hanya bisa dipahami oleh kelompok ilmuwan itu sendiri.
Galielo merombak cara menulis istilah asing dan sulit pada zamannya. Jika ilmuwan lain cenderung menggunakan istilah Latin dan Yunani yang sulit, Galileo sebaliknya. Dia menggunakan istilah Italia yang digunakan oleh rakyat umum sehari-hari. Istilah itu dia gunakan dan beri makna baru. Dengan cara ini, makna istilah Italia itu makin kaya dan berkembang.
Meski dianggap sebagai sebuah kemajuan, cara berpikir Galileo rupanya dikritik habis-habisan. Banyak ilmuwan Eropa pada saat itu menghukum cara berpikir gegabah a la Galileo. Satu diantara yang paling getol mengkritik adalah seorang Astronom kondang dari Jerman, Johannes Kepler (1571-1630). Kepler yang ahli dalam bidang pergerakan planet ini tidak segan-segan memberi label pada Galileo sebagai seorang Kriminal melawan Kemanusiaan (un crimine contro lโumanitร ). Ini adalah sebuah hujatan yang keras.
Kebencian pada Galileo rupanya menumbuhkan cinta yang subur untuk Eropa. Karya-karya Galileo yang ditulis dalam bahasa Italia rupanya diterjemahkan lagi dalam bahasa Latin. Dan, dari sini berkembang ke seluruh Eropa.
Dari Galileo kiranya kita belajar untuk mencintai bahasa kita sendiri. Galileo terlalu dini untuk mencintai bahasa yang belum terbentuk pada saat itu. Dibanding kita yang lahir dalam bahasa Indonesia, Galileo lahir dalam bahasa Latin dan pelan-pelan di akhir hidupnya mulai mencicipi cikal bakal bahasa Italia. Galileo mungkin beda dengan kita tetapi kita kiranya belajar semangat Galileo. Semangat untuk mengubah cara berpikir yang kaku dan tertutup.
Di Italia, Galileo dikenang karena kalimat bijaknya. Kata Galileo, Berbicara dengan kata-kata yang sulit dipahami bisa dilakukan oleh setiap orang, tetapi berbicara dengan kata-kata yang mudah dimengerti, hanya bisa dilakukan oleh sedikit orang.
Inilah kisah cinta Galileo, sang ilmuwan, filsuf, dan fisikiwan kondang itu. Jadi, sudahkah Anda bercinta dengan model cinta Galileo?
Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.
PRM, 7/5/2017
Gordi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H