Dengan paspor, setiap warga negara bisa dengan mudah pergi ke luar negeri. Tetapi, jika harga paspor mahal, bepergian ke luar negeri menjadi sulit. Jadi, paspor dengan demikian tidak mempermudah warga negara ke luar negeri.
Paspor memang menjadi dokumen utama untuk bepergian ke luar negeri. Dengan paspor, kita bisa dapat dokumen lainnya seperti visa. Paspor juga dibutuhkan untuk mengurus tiket pesawat. Jadi, paspor memang penting untuk bepergian ke luar negeri. Saking pentingnya, paspor bisa menjadi ibu dari semua dokumen yang dibutuhkan. Di luar negeri, paspor juga menjadi dokumen yang ditanyakan jika terjadi apa-apa.
Meski paspor bisa memudahkan warga ke luar negeri, rupanya ada juga paspor yang mempersulit. Kesulitan inilah yang dialami warga negara Siria akhir-akhir ini. Seperti warga negara lainnya, mereka juga mesti memiliki paspor sebelum ke luar negeri. Dengan paspor pun, mereka bisa dengan mudah masuk negara lain. Sayangnya, mereka saat ini amat sulit mendapatkan paspor itu.
Paspor Siria agak berbeda dengan paspor negara lainnya. Itulah sebabnya, warga Siria juga merasa enggan memiliki paspor ini. Tidak seperti paspor negara lainnya, paspor Siria amat mahal. Saat ini harga paspor di Siria berkisar 800 dolar AS. Harga ini menjadi yang termahal di dunia. Hampir 3 kali lipat dari harga paspor Turki yang berkisar 250 dolar. (Popotus11/4/2016)
Warga Siria betul-betul merasa tidak aman tinggal di negeri mereka. Setiap hari, mereka dikelilingi oleh situasi sulit seperti perang, pembunuhan, bom, perampasan, dan tindak kriminal lainnya. Sejak pecah perang Siria pada 2011 yang lalu, jumlah korban sampai saat ini berkisar 300 sampai 400 ribu. Bahkan, diperkirakan akan mencapai 5 juta orang pada beberapa bulan mendatang. Ini berarti betapa gawatnya situasi Siria saat ini.
Dengan situasi ini, keinginan warga Siria untuk ke luar negeri pun makin besar. Sayang, keinginan ini dihadang oleh kebijakan pemerintah melalui harga paspor. Selain ingin warganya tetap bertahan di Siria, pemerintah juga sebenarnya punya agenda lain terkait kebutuhan ekonomi. Kenaikan ini disebabkan oleh keadaan ekonomi Siria. Banyak biaya yang dibutuhkan untuk terus berperang. Harga paspor yang meroket termasuk satu pos pemasukkan untuk ekonomi negara. Dengan uang ini, pemerintah bisa membeli perangkat perang dan menyewa militer. Ini sama saja dengan melanjutkan perang dan membuat warga Siria terus menerus merasa tidak nyaman.
Paspor Siria sebenarnya termasuk yang ‘tidak direkomendasikan’ di dunia. Paspor ini tampaknya memiliki rapor merah bagi banyak negara di dunia. Status merah ini menjadi tambah naik dengan kebijakan menaikkan harga paspor. Namun, meski statusnya merah, permintaan untuk paspor Siria makin tinggi. Warga Siria tentu cari cara untuk mendapatkannya. ‘Bisnis hitam’ pun muncul dengan berbagai modelnya.
Selain warga Siria, paspor Siria juga diminati oleh banyak warga negara dari Afrika Utara. Dengan paspor Siria, mereka bisa masuk Eropa. Mereka yang hidup dalam kemiskinan ini juga ingin keluar dari negara mereka. Mereka tahu, paspor Siria—betapa pun statusnya tidak direkomendasikan—bisa menjamin perjalanan mereka ke Eropa. Itulah sebabnya, mereka juga membayar berapa pun harganya untuk memperoleh paspor Siria ini. Lagi-lagi di sini ada durian gratis bagi para calo bisnis hitam.
Paspor Siria dalam hal ini bisa menjadi pedang bermata dua. Satu sisi kurang bersahabat bagi warganya. Sisi lain memberi untung bagi warga negara lain yang menggunakannya. Dengan paspor Siria, pintu masuk ke Eropa bisa terbuka lebar. Pemegang paspor Siria bisa mengakali petugas imigran dengan alasan datang dari daerah konflik. Alasan ini yang mereka pakai untuk mendapatkan izin tinggal dengan motif pencari suaka. Uni-Eropa dalam hal ini langsung merangkul atau paling tidak memudahkan jalannya.
Jerman memang berbeda dengan Siria. Siria dalam daftar itu rupanya tidak sendiri. Siria termasuk dalam beberapa negara yang tidak bisa masuk tanpa visa ke negara lain. Misalnya Pakistan, Iraq, Sud-Sudan, dan banyak negara di Afrika dan Timur Tengah lainnya. Pakistan dan Afganistan berdekatan tetapi dalam hal urusan bepergian ke luar negeri amat berbeda. Afganistan masih beruntung bisa masuk tanpa visa ke 23 negara lainnya.
Bagaimana dengan Indonesia? Tentu saja Indonesia juga termasuk negara yang punya kesepakatan dengan beberapa negara tentang bebas-visa. Misalnya untuk negara-negara ASEAN tdak perlu visa. Entah negara-negara lainnya selain ASEAN.
Semoga Indonesia juga tidak akan jadi seperti Suria yang tiap hari digembar-gembor dengan bunyi senjata perang.
Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.
PRM, 27/4/2017
Gordi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H