Hari-hari ini, umat Kristiani di seluruh dunia sedang merayakan rangkaian Pesta Paskah. Dalam Gereja Katolik, rangkaian ini diawali minggu yang lalu, sampai hari Minggu Paskah 16 April 2017 nanti.
Rangkaian ini dibuka dengan Perayaan Minggu Palma (9 April yang lalu). Dari perayaan itu sampai Pesta Paskah, umat Katolik menyebutnya rangkaian Pekan Suci. Dalam pekan ini, ada tiga hari khusus yang disebut Tri Hari Suci: Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci. Rangkaian Pekan suci pun akan ditutup pada acara puncaknya yakni Minggu Paskah yang tahun 2017 ini jatuh pada 16 April.
Di kota Roma dan Vatikan, Perayaan Kamis Putih tahun ini amat khusus. Paus Fransiskus selalu menyelipkan tradisi khusus setiap tahun yakni tradisi Basuh Kaki. Tradisi ini memang dibuat hampir di setiap gereja katolik. Tradisi ini ada dalam Perayaan Kamis Putih atau juga disebut Messa Coena Domini. Frase berbahasa Latin yang artinya Misa Perjamuan Malam Tuhan.
Dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai Misa Perjamuan Tuhan. Ini adalah Perjamuan Terakhir yang dibuat oleh Yesus bersama para muridnya. Perjamuan ini amat berkesan sebab saat inilah seorang muridnya merencanakan perbuatan keji terhadap dirinya. Seperti pepatah, tindakan murid ini adalah gambaran dari ungkapan air susu dibalas dengan air tuba.
Karena gizinya tinggi, air susu ibu paling diminati oleh anak kecil. Orang dewasa juga kiranya suka. Itulah sebabnya, banyak produksi susu dengan gizi tinggi. Pada Perjamuan Malam antara Yesus dan para muridnya, tidak ada air susu yang bergizi itu. Tetapi, unsur gizi itu nyata dalam contoh yang Yesus berikan pada mereka. Yesus membasuh kaki para muridnya.
Tidak mudah memahami tindakan Yesus ini. Simon Petrusโseorang muridnyaโ pun bertanya-tanya karena tidak paham. Yesus menyadarinya. Ia pun langsung membalas dengan jawaban yang bijak. Kamu tidak paham apa yang kamu lihat, tetapi kamu akan memahaminya di kemudian hari. Demikian kata Yesus kepada Simon.
Sambil menjawab ini, Yesus mengajak para muridnya untuk melakukan tindakan yang sama. Bagi Yesus, para murid adalah mereka yang hendaknya memberi contoh pada yang lain untuk membasuh kaki. Membasuh kakiโmeski pun sulitnyaโmesti dibuat. Ini yang Yesus kehendaki pada para murid.
Tradisi inilah yang diteruskan oleh Gereja Katolik pada Perayaan Kamis Putih ini. Paus Fransiskus juga meneruskan tradisi ini. Penjara adalah tempat yang dipilih oleh Paus Fransiskus. Jika tahun lalu, dia membuatnya di wilayah Castelnuovodi Porto,ย tahun ini giliran wilayah Frosinone. Wilayah ini berada di bagian Utara kota Roma. Sekitar 65,4 km. Di penjara yang bernama Paliano ini, Paus menyalami sekitar 58 tahanan. Daya tampung penjara ini sekitar 70 orang.
Setelah menyalami para tahanan dan petugas penjara, Paus merayakan Misa Kamis Putih bersama mereka. Dalam misa ini, Paus membasuh kaki 12 orang tahanan. Angka 12 menunjuk 12 rasul Yesus. Pada 2015 dan 2016, Paus membasuh masing-masing 6 laki-laki dan 6 perempuan. Pada 2017 ini agak berbeda, hanya ada 3 orang perempuan. Dari segi daerah asal juga berbeda.
Tahun lalu, dari 6 negara, sedangkan tahun ini hanya 3 negara yakni 10 orang dari Italia, 1 dari Argentina dan 1 dari Albania. Perbedaan ini memang bukan disengaja tetapi berdasarkan jumlah tahanan yang ada. Tahun lalu, Paus membuatnya di penjara yang lebih besar (hampir 900 orang). Penjara Paliano hanya menampung 70 orang tahanan.
Meski sedikit, para tahanan ini cukup unik. Dari ke-12 orang yang dibasuh kakinya, terdapat 1 orang Muslim yang akan menerima baptisan pada Juni mendatang. Durasi tahanan mereka juga bervariasi. Ada 2 yang ditahan seumur hidup. Betapa panjangnya masa tahanan ini. Ini berarti, dia akan berada di sini untuk selama-lamanya. Yang lainnya bervariasi dari hanya berkisar 2 tahun (sampai 2019) sampai yang lama sekali (2073). Yang terakhir ini juga kiranya amat lama. Dia tentu berharap untuk bebas pada suatu saat bahkanโbila mungkinโsebelum waktu yang ditentukan.
Harapan ini kiranya menjadi harapan semua tahanan. Tanpa harapan, hidup di penjara memang akan membosankan dan menjadi tak berarti. Hidup yang tidak diberi maknaโkata Aristoteles, Filsuf Yunaniโadalah hidup yang sia-sia. Maka, jika para tahanan ini tidak bisa melihat makna di balik hidup mereka, mereka akan jatuh dalam bahaya hidup tanpa makna.
Hidup itu sendiriโdari sudut pandang Teologi Katolikโadalah sesuatu yang bermakna. Manusia begitu berharganya sampai Tuhan memberinya kehidupan yang baik. Ini adalah landasan mengapa Teologi Katolik memandang kehidupan sebagai sesuatu yang berharga. Sang Pencipta bahkan bukan saja memberi kehidupan kepada manusia, tetapi Dia mencintai manusia.
Karena cinta ini juga, kita manusia mampu mencintai sesama. Hanya sajaโseperti kata Paus Fransiskusโkita tidak bisa mencintai seperti Tuhan mencintai kita. Kita mencintai dengan batasan tertentu. Mencintai teman dan sahabat adalah batasan yang paling terlihat. Padahal, Yesus juga pernah menyuruh para muridnya untuk mencintai musuh. Ini amat sulit. Karena sulit, kita mestinya belajar dari Tuhan sendiri. Yesus sudah memberi contoh bagaimana mencintai sesama.
Acara pembasuhan kaki adalah contoh wujud cinta tak bersyarat. Basuh kaki mempunyai makna yang amat mendalam. Ini menjadi tanda dalamnya sebuah pelayanan. Menurut Paus Fransiskus, melayani adalah menanam benih cinta. Maka, melalui acara Pembasuhan Kaki, Yesus mengajak para murid untuk menanam benih cinta. Yesus sebagai โkepalaโ mau turun dan membungkuk untuk membasuh kaki para murid, maka para murid juga mesti mau turun dan membungkuk untuk membasuh kaki sesamanya.
Paus sebagai โkepalaโ Gereja Katolik juga sering mengingat hal ini. Bagi Paus Fransiskus, tidak ada kata yang pas untuk seorang pemimpin dalam Gereja Katolik selain kata โmelayaniโ. Dalam perayaan tadi, Paus mengingatkan, โPaus sebagai โkepalaโ mesti seperti Yesus yang adalah โkepalaโ yakni membasuh kaki para murid.โ Paus kiranya ingin mengajak semua pemimpin dalam Gereja Katolik dan umat Katolik semuanya untuk membasuh kaki.
Membasuh kaki dalam tradisinyaโkata Paus Fransiskusโdibuat sebelum makan siang dan makan malam. Pada zaman Yesusโlanjut Paus Fransiskusโjalan yang ada penuh dengan debu. Setiap kali lewat, kaki para pengguna jalan pasti ditempel debu. Oleh karena itu, sebelum makan mesti dibersihkan terlebih dahulu. Namun, para pembersih debu pada saat itu adalah para hamba atau budak.
Seperti Yesus, orang Katolik juga diajak untuk belajar dari para budak, mesti berani menjadi orang kecil dan melampaui rasa jijik. Hanya dengan ini, kesombongan sebagai orang berkuasa, keangkuhan, kejahatan, anggap diri paling kuat, akan disingkirkan. Para budak bukanlah orang yang menganggap diri berkuasa.
Acara tradisi Basuh Kaki yang dibuat oleh Paus Fransiskus di Penjara Paliano ini rupanya bukan saja menyentuh hati para tahanan. Direktur penjara Nadia Cersosimo juga merasa tersentuh. Kepada jurnalis dari Radio Vatikan Davide Dionisi, Nadia mengatakan bahwa kedatangan Paus Fransiskus di penjara ini membawa hadiah istimewa bagi dia dan keluarganya.
โPaus memberi kita hadiah cinta dan pengharapan,โ kata Nadia. Perasaan Nadia juga berdebar-debar. Dia merasa banyak sekali kesan yang muncul dalam hatinya, sampai-sampai ia juga tak bisa memastikan apakah dia mampu mengungkapkan semuanya. Hanya satu yang pasti bagi Nadia dari kedatangan Paus ini yakni Nilai Khusus yang dia dapatkan dari Paus Fransiskus. Nadia tida menjelaskan nilai ini seperti apa. Boleh jadi ini adalah bentuk nilai cinta yang tak bersyarat tadi.
Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.
PRM, 14/4/2017
Gordi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H