Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita รจ bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Saatnya Perempuan Menang

8 Maret 2017   06:01 Diperbarui: 9 Maret 2017   02:00 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Viva Anuradha Koirola, FOTO: sbdbforums.com

Mengerikan melihat jumlah korban ini. Nepal dari segi ekonomi memang amat lemah. Tak jarang jika banyak warga memilih untuk meninggalkan negara dan kota mereka. Lembaga internasional seperti Caritas Italia yang beroperasi di Nepal sejak gempa bumi 2015 yang lalu menemukan keadaan yang memilukan. Menurut data mereka, sekitar 20-25 ribu remaja dan anak perempuan bekerja di rumah, 7-8 ribu perempuan dan anak-anak menjadi korban perdagangan seksual, dan 10-15 ribu perempuan Nepal dijual menjadi budak seks di India.

Gempa bumi 25 April 2015 yang lalu memang membuat Nepal seperti tak berdaya. Sekitar 600 ribu rumah rusak, 200 ribu penduduk mengalami kerugian yang besar dan sekitar 9 ribu meninggal dunia. Selain Caritas Italia, organiasi internasional lain seperti Unicef dan Human Right Watch pun mengonfirmasi keadaan ini. Dalam rilis pers mereka, dikatakan bahwa, keadaan di Nepal makin parah setelah gempa bumi itu. Aktivias ekonomi pun lenyap dengan berkurangnya tenaga kerja dari penduduk lokal.

Viva Anuradha Koirola, FOTO: sbdbforums.com
Viva Anuradha Koirola, FOTO: sbdbforums.com
Dalam keadaan yang lemah seperti ini, Koirala tetap bekerja dengan gigih. Dia adalah garda terdepan dalam memerangi perdagangan budak seksual. Dia menyelamatkan sekitar 12 ribu korban dan menghalangi 45 ribu calon korban lainnya yang akan dijual. Ia pun terus mengikuti pergerakan penjulan para gadis Nepal ini. Ia masuk di India dan mendirikan lembaga Maiti (Rumah Ibu) sebagai tempat penampungan gadis ini. Sejak 27 tahun, lembaga ini menjadi pusat rehabilitasi di India. Pekerjaan ini pun sudah dikenal luas di India dan Nepal.

Menyelamatkan para gadis ini memang tidak mudah. Koirala sendiri mengalami kesulitan saat membedakan gadis dari Nepal dan India yang dia temui di perbatasan. Katanya kepada majalah AsiaNews beberapa waktu lalu, โ€œWajah mereka mirip. Sulit membedakan mana gadis India dan mana gadis Nepal. Dalam jalur keluar masuk kedua negara, visa tidak diperlukan.โ€ Kesulitan inilah yang membuat Koirala tidak bisa menyelamatkan semua gadis korban perdagangan seksual dari kedua negara. Masih banyak yang lolos dan menjadi budak seksual.

Koirala memang pantas mendapat penghargaan ini. Ia sudah berkiprah lama dan menyelamatkan banyak gadis India dan Nepal. India sudah pas memberikan penghargaan tertinggi kepada Koirala. Di India, Koirala dikenal dengan nama โ€˜dijjuโ€™ yang berarti saudari tua. Ia memang menjadi saudari yang dituakan bagi gadis-gadis muda belia itu. Ia dekat dengan mereka sejak di perbatasan sampai di rumah penampungan.

Koirala adalah simbol perjuangan rakyat Nepal. Ia berangkat dari keadaan yang mengerikan di sana. Jauh hari sebelum gempa 2015, Nepal sudah terlibat dalam perdagangan budak seks ini. Sudah saatnya lahir Koirala lainnya di Nepal dan bahkan di seluruh dunia. Koirala berjuang menyelamatkan nyawa dan martabat kaum perempuan. Martabat itu begitu berharga seperti martabat partner-nya, sang lelaki. Perjuangan Koirala adalah demi memperjuangkan persamaan martabat itu. Bukan zamannya lagi perempuan di nomor duakan.

Di Italia, bulan dan hari-hari ini diwarnai dengan kasus pembunuhan dan kekerasan terhadap perempuan. Ada Ibu yang membunuh suami dan anaknya sendiri. Ada anak yang membunuh kedua orang tuanya. Ada mantan yang membunuh pacarnya. Ada mantan yang membuat pacarnya trauma sampai bunuh diri. Keadaan ini mestinya berubah. Sayangnya bukan perubahan yang terjadi melainkan keanehan. Makin diberitakan oleh TV dan koran, makin terus menerus terjadi kasus serupa. Italia seolah-olah lupa akan majunya perjuangan mereka dalam menyamakan derajat perempuan dan lelaki. Padahal, dalam sejarahnya perjuangan menyamakan gaji perempuan dan lelaki makan waktu lama dan sampai hari ini masih terus berjuang.

Arunadha Koirola, dijju atau saudari tua dari gadis belia FOTO: aljazirahnews.com
Arunadha Koirola, dijju atau saudari tua dari gadis belia FOTO: aljazirahnews.com
Keadaan ini mesti berakhir. Sudah saatnya perempuan berteriak kegirangan sebab Koirala mendapatkan pengakuan akan perjuangannya. Ia adalah perempuan asing pertama yang mendapat satu dari beberapa Penghargaan Tertinggi di India. Koirala kiranya senang. Dia akan bergembira untuk kita semua.

Bagaimana dengan keadaan di Indonesia? Semoga lahir Koirala Indonesia.

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

Selamat berbahagia dan berpesta bagi Para Perempuan di seluruh dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun