Manusia hanyalah sebuah butiran debu sehingga mestinya ringan. Kalau menjadi berat, boleh jadi manusia itu menampung debu lain yang tak berguna. Debu yang kotor biasanya lengket dan akan menjadi tebal. Ketebalan ini membuat debu menjadi makin berat.
Inilah perubahan yang asli dan murni. Karena asli dan murni, umat Katolik pun tidak boleh melarang orang lain untuk tidak menjual makanan yang enak dan menggoda selama masa puasa. Puasanya akan makin baik jika Anda melihat makanan itu dan tidak tergoda untuk memakanannya dengan penuh nafsu. Ini bukan puasa. Ini namanya membatasi kebebasan orang lain. Dan, ini tentu saja bertolak belakang dengan nilai masa puasa yakni berjalan menuju pembebasan.
Di Italiaโnegara bermayoritas Katolikโtidak ada larangan menjual makanan selama masa puasa. Mereka tahu, kalau ada larangan, roda perekonomian berhenti berputar. Gereja Katolik sendiri memang tidak melarang hal ini. Malahan, Gereja memberi kebebasan pada umatnya untuk menikmati semuanya ini dalam semangat berpuasa. Maksudnya, Anda tetap berpuasa dalam situasi seperti ini. Sebab, bukan mereka yang berpuasa tetapi Anda, sehingga Anda mesti menyesuaikan diri dengan mereka, dan bukan sebaliknya. Menarik sekali.
Perubahan erat kaitannya dengan pengharapan. Hanya mereka yang punya harapan-lah yang biasa berubah. Atau sebaliknya, orang yang mau berubah adalah orang yang memiliki pengharapan. Maka, seberat apa pun kesalahan itu, selalu ada kemungkinan untuk dimaafkan. Inilah pengharapan. Lagu di atas tadiโkhususnya bait ke-2โmenggambarkan pengharapan ini. Manusia memohon ampun atas kesalahannya dan pada akhirnya dia akan kembali pada jalan yang Tuhan tunjukkan.
Pengharapan ini menjadi salah satu tema penting dalam puasa umat Katolik. Paus Fransiskus dalam audiensi Rabu-an kemarin menyinggung soal ini. Paus bilang bahwa masa puasa adalah sebuah jalan pengharapan. Jalan ini kadang berat. Bayangkan selama 40 hari, umat Katolik mesti berpuasa. Puasa ini konkretnya dalam 3 bentuk yakni berpantang, berdoa, dan memberi sedekah. Berpantang di sini tidak terkait dengan larangan minum dan makan ini atau itu. Pantang yang dianjurkan oleh Gereja Katolik adalah pantang makan daging terutama sekali pada Rabu Abu (awal masa puasa) dan Jumat Agung (jelang akhir).
Hal yang sama berlaku untuk berdoa dan bersedekah. Berdoa mestinya ditingkatkan selama masa puasa. Jika selama ini mungkin hanya berdoa untuk diri sendiri, di masa puasa diusahakan berdoa juga untuk orang lain, untuk negara, dunia, gereja, warga yang terkena bencana, yang kelaparan, yang susah mendapat layanan pendidikan, yang terkena gizi buruk, yang hidup dalam peperangan, dan sebagainya. Berdoa model ini tidak berpusat pada diri sendiri tetapi pada orang lain. Oleh karena itu, doa ini mesti lahir dari lubuk hati yang paling dalam.
Bersedekah juga menjadi satu dari tiga hal yang dianjurkan selama masa puasa. Bersedekah di sini lebih berarti memerhatikan keadaan orang lain. Jika dalam berdoa, perhatian ini terutama dijiwai dengan doa, dalam bersedekah perhatian ini menjadi nyata. Maka, memberiโsebesar atau sekecil apa punโmenjadi amat penting. Bersedekahโdengan demikianโbukan terutama pada jumlah bantuan tetapi pada kerelaan hati untuk memberi.
Rasa-rasanya puasa seperti ini sulit sekali. Umat Katolik pun tentunya merasakan sulitnya. Maka, jika Anda tidak ingin merasakan keadaan yang sulit, jangan memilih menjadi orang Katolik. Kesulitan ini rasa-rasanya seperti berjalan dalam gelap. Paus Fransiskus pun menggambarkan kesulitan ini seperti berjalan dalam kegelapan. Tetapiโmenurut Pausโdi ujung jalan ini ada terang. Itulah sebabnya, Paus menamai masa puasa sebagai masa pengharapan.
Pengaharapan iniโlanjut Paus Fransiskusโnyata dalam perjalanan dari gelap menuju terang. Dalam sejarahnya, masa puasa 40 hari ini mau menggambarkan perjalanan umat Israel menuju Tanah Terjanji. Umat Israelโsebagaimana diceritakan dalam Perjanjian Lamaโbahkan berjalan lebih dari 40 hari. Perjalanan mereka disimbolkan dengan angka 40 tahun. Ini berarti makin lama lagi. Ini memang hanya angka simbolis saja. Maka, Gereja Katolik memilih untuk menyimbolkannya juga dengan 40 hari dalam setiap tahunnya.