Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Senyum Gioele Ciulla dari Surga

25 Februari 2017   23:44 Diperbarui: 26 Februari 2017   18:00 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perpustakaan di kota Palermo, FOTO: palermo.blogsicilia.it

Siapa yang berteman dengan buku, tidak akan merasa sepi. Dari ruang kelas sampai rumah sakit bahkan di kamar mandi pun. Fantasinya juga menembus dinding tembok dan melalang buana jauh di angkasa. Meski, dia tetap tinggal dalam tempat yang sama.

Kredo ini adalah gambaran yang disematkan pada seorang pecinta buku di kota Palermo, Italia Selatan. Dia memang hobi membaca. Buku adalah teman hidupnya. Kata mamanya, sejak kecil dia sudah bisa membaca. Jangan heran jika saat mulai sekolah, dia jauh lebih maju dari teman sebayanya.

Namanya Gioele Ciulla (10), siswa SD di pinggiran kota Palermo. Usianya yang masih kanak-kanak ini tidak sebanding dengan kemampuannya yang terbilang dewasa. Rupanya Gioele adalah seorang motivator bagi teman-temannya. Dia membuat paling tidak lebih dari sekali perlombaan membaca puisi, menulis, dan membawakan teater di sekolahnya. Kekreatifannya ini mengundang pujian yang tinggi dari para gurunya.

Illuminata Sabella, salah satu gurunya, memuji kehebatan Gioele. Katanya, “Tahun lalu, Gioele menjadi koordinator untuk perlombaan membaca puisi, dansa, teater, dan juga pesta akhir tahun ajaran di sekolah untuk kelas IV SD.” Ini berarti Gioele memegang peranan penting. Peranan yang membuat guru dan teman kelasnya ikut berpartisipasi. Jiwa sosial ini rupanya tumbuh juga dalam diri anak SD ini.

Gioele mulai masuk SD di kota Palermo pada umur 6 tahun. Di Italia—pada umumnya—usia SD berkisar 6-11 tahun. Rentang waktunya hanya 5 tahun. jadi, hanya ada kelas 1-5 SD. Sebelumnya, Gioele dan orang tuanya Giuseppe dan Annunziata tinggal di kota Udine, Italia Utara.

Anak-anak seusia Gioele, FOTO: castelloincantato.it
Anak-anak seusia Gioele, FOTO: castelloincantato.it
Mereka pindah ke Palermo dengan alasan berobat. Gioele saat itu sedang ada persoalan fisik khususnya di bagian hati. Ini alasan kedua orang tuanya untuk kembali ke Palermo. Palermo bagi mereka adalah tanah air. Sebab, kedua orang tuanya berasal dari Pulau Sicilia ini.

Bakat Gioele yang luar biasa ini tumbuh dengan bantuan sang Mama dan juga sang Gurunya di sekolah. Mama menemaninya di rumah sakit sambil membaca buku. Demikian juga dengan Gurunya. Malahan, Gioele menyuruh Guru ini membakan beberapa volume buku baru. Gioele ingin melahap buku ini sambil berbaring di rumah sakit.

Cinta akan buku rupanya membuat Gioele tak tampak seperti orang sakit. Dari rumah sakit, ia berkomunikasi dengan teman kelasnya. Kunjungan dari teman-teman pun datang. Dalam kunjungan ini, mereka menceritakan perkembangan di kelas. Mereka semua ingat, Gioele-lah yang mencetuskan ide membuat lomba di kelas. Gioele ingin membagikan bakat membacanya ini pada teman-teman kelasnya. Gioele memulainya dengan lomba bermain kata, bercerita, dan membuat drama bertema budaya.

Ide lomba ini diteruskan oleh sang Guru. Guru yang merasa tersentuh dengan inisiatif Gioele ini berusaha melanjutkan lomba ini. Ia pun mulai membiasakan anak-anak SD sejak kelas 1 untuk membaca buku, meransang rasa ingin tahu, mengunjungi perpustakaan dan toko buku. Tantangannya memang besar—kata sang Guru.

Kegiatan ini boleh dibilang sisi lain dari kehidupan sosial anak-anak saat ini. Guru ini mengakui jika di sisi sebelahnya ada kecenderungan siswa SD untuk berselancar dengan dunia maya. Maka, pilihan untuk membaca dan mengunjungi perpustakaan pun ditantang dengan pilihan untuk bermain hp, komputer dan berbagai bentuk jaringan sosial lainnya.

Sang guru tidak mau menyerah. Ia terkesima dengan inisiatif Gioele. Baginya, Gioele adalah pencetus dari semua ini. Ia tidak ingin mengabaikan inisiatif yang amat berharga ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun