Situs arkeologi pada umumnya berkaitan dengan peninggalan kuno. Karena kuno, situs ini menjadi objek penelitian bidang arkeologi. Di sinilah kadang-kadang tingkat kesulitannya muncul. Ada yang masih suram, ada yang sudah ada titik terang. Singkatnya, tidak mudah mengakses informasi untuk sebuah calon situs arkeologi.
Kesulitan seperti ini tidak saja dialami oleh para arkeolog dan peneliti situs arkeologi. Penyandang disabilitas juga seringkali tidak bisa masuk di situs seperti ini. Kendala infrastruktur biasanya menjadi paling dominan. Akses masuk yang sulit untuk kursi roda misalnya. Bahkan, untuk orang biasa pun kadang sulit. Itulah sebabnya butuh waktu dan biaya tinggi untuk membuat infrastruktur yang ramah bagi semua.
Salah satu situs arkeologi paling terkenal di dunia adalah situs arkeologi Pompei, Italia. Situs ini terletak di Kota Pompei, sebuah kota Metropolitan di dekat kota Napoli-Campagna. Penduduk kota ini berjumlah sekitar 23.358 orang. Kota dengan Pelindung Madonna del Rosario ini berada di ketinggian 14 meter di atas permukaan laut. Di dekat kota ini terdapat Gunung Berapi Vesuvio atau Vesuvius dalam bahasa Latin. Letusan gunung ini menjadi penanda sejarah untuk Situs Arkeologi Pompei.
Sebelum menjadi situs arkeologi, kota Pompei memiliki 4 fase kehidupan. Kehidupan di kota Pompei diperkirakan mulai berlangsung pada abad IX SM. Saat itu, ada penduduk Opicia (nama sebuah kota kecil di sekitar kota Napoli). Setelah penduduk Opicia, Pompei dihuni oleh orang Yunani (dari tahun 780 SM). Pada zaman ini, Pompei mulai dibentuk.
Beberapa bangunan tinggi mulai dibangun seperti Menara Pithecusa (770 SM) dan Menara Cuma (740 SM). Setelah orang Yunani, muncul penduduk Sannita (mulai sekitar 423-420 SM). Penduduk ini berasal dari wilayah Abruzzo, Italia Tengah. Mereka juga meninggalkan jejak bangunan tua. Periode terakhir setelah Sannita adalah Periodenya orang Romawi (sejak 89 SM). Pada zaman ini terjadi perang antara penduduk Pompei dan Kerajaan Romawi. Roma Menang dan penduduk Pompei pun menjadi penduduk Romawi secara politik. Pada zaman ini juga terjadi letusan Gunung Vesuvio yang terletak di dekat Pompei.
Jejak Pompei setelah ledakan besar ini hampir hilang. Kota ini ikut hilang bersama hancurnya kawasan Vesuvio. Setelah ‘hilang’ hampir 1000-an tahun, kota ini ditemukan lagi melalui penggalian oleh para arkeolog. Alhasil, sejak ditemukan kembali pada tahun 1748, situs Pompei pun mulai terbentuk. Berbagai penggalian terus dilakukan agar terlihat bentuk kota antiknya.
Sejak saat itu, Situs Arkeologi Pompei menjadi situs arkeologi terkenal di dunia. Jangan heran jika situs ini menjadi incaran pengunjung dari seluruh dunia. Tahun 2016 yang lalu, jumlah pengunjung situs ini menembus angka 3.209.089 orang. Jumlah ini menjadi urutan ke-3 untuk tempat yang paling banyak dikunjungi di Italia pada 2016. Peringkat pertama dan kedua diraih oleh Pantheon dan Colosseo-Foro Romano-Palatina di Roma.
Sejak Desember yang lalu, situs ini pun menjadi ramah untuk penyandang disabilitas. Jika sebelumnya, kaum difabel hanya mendengar cerita, saat ini mereka juga bisa masuk. Kursi roda pun bisa melaju di area khusus dengan panjang 3 kilometer. Area khusus ini melewati situs-situs penting di kawasan arkeologi Pompei. Itulah sebabnya para penyandang disabilitas pun tidak perlu khawatir lagi.
Sistem area khusus untuk kaum difabel ini rupanya termasuk yang terpanjang di Italia dan termasuk satu di antara yang pertama di dunia. Area ini praktisnya melewati jalan utama “Via dell’Abbondanza” dan mengitari sekitar 10 ‘domus’ atau rumah di kawasan Pompei. Sistem area khusus ini dilengkapi dengan fasilitas guidebagi orang buta. Mereka akan dipandu oleh gelang elektronik yang akan menjelaskan dengan suara selama mengitari area khusus.
Untuk tempat penginapan dan parkiran juga tersedia fasilitas yang memadai. Kebutuhan penginapan penyandang disabilitas memang agak beda dengan orang biasa. Kebutuhan mereka yang khusus justru meminta pelayanan yang khusus pula. Rupanya, beberapa hotel di sekitar situs Pompei dilengkapi dengan aplikasi yang bernama “App Tour You”. Aplikasi ini adalah bagian dari proyek di Uni-Eropa untuk mengembangkan ‘turismo accessibile’.
Aplikasi Tommy ini diciptakan oleh ACI (l’Automobile Club Italiano) bekerja sama dengan Kementrian Transportasi Italia. Aplikasi ini sedang dikembangkan lebih banyak lagi. Kota Napoli dan Milano sudah membuat kontrak untuk memasang aplikasi ini. Di kota Roma, aplikasi ini sudah diinstal di 300 tempat parkir khusus.
Aplikasi ini kiranya membantu siapa saja untuk menghormati hak orang berkebutuhan khusus. Sekaligus juga mendidik banyak orang agar memarkir kendaraan pada tempat yang pas dan bukan merampas hak orang lain.
Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.
PRM, 29/1/2017
Gordi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H