Saat ini, idenya itu menjadi makin besar. Ada 18 ruang koleksi khusus bidang etnografi. Di dalamnya terdapat berbagai objek budaya dari Amerika Latin (budaya Tupinanba, budaya tua dari zaman Inca di Perรน), Eropa (Lapponia), Asia (budaya Ainu dari Pulau Hokkaido-Jepang, budaya Nias-Indonesia), dari Siberia, Lapponia (Swedia), dari Afrika Selatan, dan sebagainya.
Museum yang ingin mengoleksi budaya di luar Italia ini memang makin kaya. Bisa dimaklumi karena sudah dibangun dengan perencanaan yang matang. Rencana awal sudah muncul sejak abad XVI oleh keluarga Kerajaan (corte) di kota Firenze saat itu yakni Bernardo Buontalenti (1531-1608).
Selain bidang etnografi, museum ini rupanya dibagi dalam berbagai bidang lainnya seperti Biomedica, Botanica, Ceroplastica, Chimica, Paleontologia, Mineralogia, Orto Botanico, Zoologia. Bayangkan, betapa kayanya museum ini. Belum lagi ditambah dengan koleksi berupa foto-foto (26.000 lembar), objek budaya dari keramik seperti gelas dan pot bunga (25.000 buah) dan film pendek.
Koleksi dari Indonesia ada di museum ini atas jasa Elio Modigliani (1860-1932). Elio adalah antropolog dan ekplorator Italia yang mengunjungi Indonesia selama 3 kali. Tahun 1886 di Pulau Nias, 1890 di Sumatra, dan tahun ย 1894 di Pulau Engano (Pulau terluar di Provinsi Bengkulu saat ini) dan Kepulauan Mentawai (Pulau Sipora). Dari perjalanannya ini, Elio pun berhasil mengoleksi sekitar 2000 objek budaya (lukisan, pahatan, kerajinan tangan, alat-alat berburu, senjata tradisional untuk memusnahkan musuh, dan sebagainya) Indonesia termasuk foto-foto dan catatan perjalanan.
Perjalanan Elio ke Indonesia amat menakjubkan. Sebelum ke Indonesia, dia belajar di Il Museo di Storia Naturaledan Istituto della R. Marina di kota Genova. Di dua tempat ini, dia juga belajar menagkap hewan dan memakai busur panah. Ini kiranya tak lepas dari bayangannya akan Nias yang saat itu sulit dijangkaui atau masih didominasi oleh hutan lebat. Ini adalah modal awal bagi Elio.ย
Dengan ini, eksplorasinya pun berhasil. Dia bisa hidup dengan orang Nias, belajar budaya dan bahasa Nias. Dari Nias dia beralih ke tanah Batak di dekat Danau Toba. Setelah hidup dengan orang Batak, dia pun berangkat ke Pulau Sipora-Mentawai. Di sini tidak bisa berlama-lama karena dia diserang penyakit malaria.
Selain menjadi koleksi museum, eksplorasi ini juga dibukukan. Elio berhasil menulis sekitar 3 buku khusus tentang perjalanan di Indonesia: Viaggio a Nias (Perjalanan ke Nias) 1890, Tra i Batacchi indipendenti (Di antara orang Batak) 1892, L'isola delle donne(Pulaunya Para Gadis, julukan untuk Pulau Nias) 1895. Satu buku terakhir ditulis oleh Vanni Puccioni, Elio Modigliani: un fiorentino all'esplorazione di Nias Salatan, 1886 (EM, seorang Fiorentino โsebutan untuk warga Firenzeโ dalam eksplorasi di Nias Selatan) diterbitkan tahun 2013. ย
Karya Elio sungguh luar biasa. Menyumbang untuk Italia dan Indonesia. Italia menjadi makin kaya dari segi koleksi budaya. Sekaligus ada nilai plus untuk Indonesia. Nama Indonesia muncul di museum ini. Elio sudah membuka jalan, bagaimana mengoleksi budaya Nias. Sekarang, ditunggu giliran Indonesia membuka museum untuk koleksi barang antiknya.
Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.