Penduduk Venezia saat ini rupanya pelan-pelan berkurang. Mereka kebanyakan tinggal di luar kota mereka. Meski demikian, kota Venezia tetap ramai. Turis asing rupanya mengambil alih kota Venezia ini.
Dari sensus penduduk bulan November yang lalu muncul data bahwa hanya 54.994 penduduk Venezia yang tinggal di kota Venezia. Sekitar 10 tahun lalu (2006), penduduk kota ini berjumlah 60.000. Bahkan, kota ini pernah dihuni oleh 120.000 orang pada tahun 1960-an. Kalau dirata-ratakan, saat ini terdapat sekitar 2,6 orang penduduk Venezia yang meninggalkan kota mereka setiap hari.
Pengurangan ini tidak membuat Venezia sepi. Venezia tetap ramai misalnya di sekitar jembatan-jembatan, di pusat sejarah kota, di perahu-perahu. Keramaian ini rupanya diisi oleh para turis asing yang saat ini jumlahnya hampir sama dengan jumlah penduduk kota Venezia yakni 50.000-an orang.
Penduduk Venezia pun merasa asing dengan kota mereka. Mereka kini merasa sulit untuk tinggal di kota asal mereka. Mereka juga merasa sulit hidup di kota yang kini dipadati oleh kelompok droga alias mabuk-mabukkan, dan kelompok penghuni stasiun. Warga Venezia tidak biasa dengan kehidupan aneh nan asing seperti ini.
Kesulitan lain yang mereka hadapi adalah soal tata kelola kota Venezia. Pemerintah kota saat ini memberikan ruang seluas-luasnya kepada pengelola mode. Jadilah Venezia sebagai kota mode yang menjajah penduduknya. Warga terpaksa melepaskan tempat tinggal mereka untuk dijadikan pusat mode. Alhasil, Venezia terkenal dengan mode-nya sekaligus menjadi mode yang kebablasan, yang tidak ramah dengan penduduknya.
Kesulitan besar ini menjadi bagian utama dari kesulitan kecil lainnya seperi macetnya moda transportasi publik. Orang Venezia bahkan merasa sesak karena sulit bergerak. Mereka mengatakan spostarsi è impossibile,tidak mungkin lagi bergerak sekadar berpindah-pindah tempat di kota ini.
Dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pun sudah muncul tanggapan. Tidak main-main, dalam waktu dekat pemerintah Italia dan pemerintah setempat di Venezia mesti memenuhi tuntutan UNESCO. UNESCO rupanya sudah melihat situasi kurang bagus di kota Venezia. Organisasi PBB ini merasa perlu ada tindakan khusus agar warisan dunia di kota Venezia tidak rusak. Itulah sebabnya, UNESCO memberi waktu pada Italia dari saat ini sampai bulan Februari 2017 yang akan datang untuk mengatasi situasi kurang bagus terkait keadaan warisan dunia di kota Venezia.
Semoga Venezia tidak akan seperti Bali dan kawasan Puncak, Jawa Barat. Di Bali, banyak tempat dan bangunan yang dimiliki oleh turis asing. Warga Bali menjadi tamu di rumahnya. Demikian juga di kota Labuan Bajo yang digadang sebagai Bali ke-2 atau ke-3. Di kawasan Puncak juga hampir sama karena pemilik hotel dan resort sebagian besarnya penduduk Jakarta dan juga para bule Arab yang menghabiskan masa kawin kontraknya di kawasan sejuk ini.
Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.
PRM, 19/12/2016