Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita รจ bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tradisi Santa Lucia dan Kebahagiaan Anak-anak Italia

14 Desember 2016   22:13 Diperbarui: 15 Desember 2016   09:28 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fugur Santa Lucia bersama anak-anak sekolah, FOTO: scuolasanbortolo.blogspot.com

Lucia adalah korban dari pilihannya menjadi Katolik. Lucia juga menolak untuk menikah dengan tunangannya yang dijodohkan begitu saja pada saat itu. Lucia pun akhirnya dihukum mati pada 13 Desember 304.

Lucia yang meninggal dengan sadis ini rupanya menjadi terkenal di beberapa kota di Italia. Di kota Napoli, Italia Selatan, misalnya ada beberapa lagu yang didedikasikan untuk Santa Lucia. Dari Napoli sampai ke Venezia. Para raja dan pedagang kaya di kota ini menyimpan reliqui Santa Lucia di sebuah gereja di kompleks laguna Venezia. Mereka pun sering berdoa pada Santa Lucia agar memperoleh hadiah dalam kehidupan. Itulah sebabnya Santa Lucia menjadi terkenal bukan saja di Selatan tetapi juga di Utara.

Legenda Santa Lucia juga mengaitkan hadiah yang dibawanya dengan hadiah Natal. Kebetulan saja hari meninggalnya dekat dengan Pesta Natal. Natal bagi orang Italia identik juga dengan kesempatan untuk memberi dan menerima hadiah. Maka, ada juga yang mengatakan asal ada hadiah dari Santa Lucia, hadiah Natal tidak perlu lagi.

Nama Lucia berasal dari kata dalam bahasa Latin dan Yunani. Dalam dua bahasa ini, kata Lucia itu dikaitkan dengan cahaya. Dalam bahasa Italia misalnya kata luce yang dekat dengan nama Lucia berarti cahaya. Lucia dalam hal ini bukan saja pembawa hadiah tetapi juga pembawa cahaya dan terang.

Dari legenda ini, lahir perkiraan alam bahwa hari terpendek dalam setahun adalah hari Santa Lucia. Maksudnya, hari terpendek itu jatuh pada tanggal 13 Desember setiap tahun. Dari dulu, perkiraan alam ini memang benar. Hari-hari ini saja, Italia selalu diselimuti awan. Hari pun makin pendek ketika gelap muncul sejak pukul 17.30.

Legenda ini sampai di sini hampir benar. Alam pun mengonfirmasinya. Namun, legenda ini kembali ke hakikatnya sebagai perkiraan atau prediksi saat alam berubah-ubah. Saat ini rupanya hari terpendek itu bukan lagi tanggal 13 Desember. Hari terpendek sudah diperpanjang sampai tanggal 21 Desember. Jadi, saat ini memang hari terpendek itu sudah terasa dan akan terus seperti ini sampai tanggal 21 nanti.

Santa Lucia sebagai pembawa cahaya memang ada benarnya. Dalam tradisi agama Katolik, Santa Lucia juga dikenal sebagai pelindung dari kedua mata (protettrice della vista). Dalam setiap lukisan yang dibuat, Santa Lucia digambarkan dengan figur sekaligus sebuah mangkok. Mangkok iniโ€”kononโ€”digunakan untuk menyimpan kedua matanya sebelum dieksekusi. Kalau demikian, betapa kejamnya pengeksekusian saat itu. Matanya dicungkil dulu sebelum tubuhnya tak bernyawa.

Santa Lucia sampai saat ini tetap menjadi santa pembawa kebahagiaan bagi anak-anak Italia. Tentu figur Santa Lucia digantikan oleh para orang tua yang menyediakan hadiah bagi anak-anak mereka. Dalam tradisi memang Santa Lucia tidak terlihat. Jangan heran jika orang tua pun mewajibkan anak-anak tidur lebih cepat pada malam tanggal 12 Desember. Saat itulah orang tua menyiapkan hadiah untuk anak mereka. Kelak, saat bangun pada 13 Desember pagi, anak-anak akan terkejut dengan hadiah dari Santa Lucia.

Tradisi ini mungkin sederhana tetapi berguna bagi perkembangan anak-anak. Anak-anak juga butuh rasa bahagia. Sayang sekali, anak-anak di Aleppo, Syiria sana tidak sebahagia anak-anak Italia pada 13 Desember ini. Mungkin keadaan mereka seperti anak-anak di Indonesia yang belum mendapatkan kebahagiaan yang penuh yang mereka butuhkan. Semoga semua anak Indonesia akan memperoleh kebahagiaan ini.

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 14/12/2016
Gordi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun