Pemerintah Italia punya segudang cara untuk mengajak warganya mengunjungi pusat seni. Salah satunya adalah memilih tema khusus yang aktual untuk dipajangkan di pusat seni.
Bulan November ini, pemerintah Italia memilih tema Le forme dell’eros, bentuk-bentuk (cinta) eros. Tentu saja bentuk eros yang dimaksudkan di sini adalah yang tertuang dalam bentuk lukisan gambar atau juga seni ukir dan seni pahat.
Kementrian Kebudayaan dan Turismo adalah penggerak utama kampanye seni budaya ini. Kampanye ini memang tidak seramai dan segaduh kampanye pilkada DKI Jakarta. Tetapi, kampanye untuk mengunjungi museum seni ini cukup ampuh untuk mengajak warga Italia mencintai seni dan budaya mereka.
Kata ‘eros’ yang bisa mengarah pada hal-hal sensual dalam bahasa Indonesia tidak menjadi bahan protes bagi warga Italia. Warga Italia pun tidak menggunakan Kitab Suci agama mana pun atau Kitab Wasiat kelompok mana pun untuk mencoba menggugat tema EROS itu kepada pemerintah.
Kampanye ini menjadi kampanye nasional. Setiap pemerintah kota pun mendukung kampanye seni budaya ini. Di kota Parma, Kepala Dinas Kebudayaan yang mewakili Pemerintah Kota Madya Parma meneruskan kampanye ini. Bersama pengelola Galleria Nazionale di Parma, mereka meneruskan ajakan dari Pemerintah Pusat itu.
Galleria Nazionale di Parma adalah satu dari sekian tempat pameran seni-budaya di kota Parma. Galleri ini adalah yang terbesar di seluruh kota Parma. Maklum, pengelolanya adalah pemerintah kota madya Parma. Otomatis koleksi-nya juga lebih kaya ketimbang galleri lainnya.
Akun media sosial ini memang menjadi ramai seketika. Apalagi, pemerintah menyemangati warganya dengan slogan provokatif dalam arti positif, cerca le opere nei musei e condividile (Carilah Karya-karya Seni di Museum dan Sebarkan kepada orang lain).Kalimat ini saja sudah mengindikasikan betapa pemerintah Italia pandai mendidik warganya untuk mencintai budaya dan seni.
Saya beruntung bisa mengunjungi Galleri Nazionale di Parma ini tepatnya dua tahun lalu. Saat itu, ada kunjungan gratis pada Minggu ketiga setiap bulan. Jadwal kunjungan ini memang terbatas, dari pukul 14.00-19.00. Hanya 5 jam saja makanya mesti dimanfaatkan.
Tahun ini, jadwal kunjungan ini rupanya dipindah ke hari Minggu pertama setiap bulan. Untuk informasi lebih jelasnya, cukup cari di hastag #Domenicaalmuseo. Jadwal bukanya dari 13.30-19.00.
Letak Galleri yang seatap dengan Pallazzo della Pilotta membuat pengunjung bisa beruntung lebih dari dua kali lipat. Di dalam kompleks palazzo besar ini—pada hari kunjungan gratis—pengunung bisa mengunjungi pusat seni dan busaya lainnya seperti Teatro Farnese, Biblioteca Pallatina, dan sebagainya. Saat-saat seperti itulah yang saya manfaatkan dulu. Hitung-hitung sekali mendayung, dua pulau terlampau.
Keluarga Farnese adalah Keluarga bangsawan di Parma. Dari keluarga ini lahir Paus Paulus III (bertugas pada 13 Oktober 1534 sampai 10 November 1549). Nama aslinya adalah Alessandro Farnese. Paus ini juga mengangkat keponakannya menjadi Kardinal yakni Alessandro Farnese il Giovane (Alessandro Junior).
Tokoh sentral dari keluarga ini yang menjadi pioner pendirian Galleri Nazionale di ParmaIÂ ini adalah Ratu Elisabetta Farnese (Parma 25 Oktober 1692-Aranjuez 11 Juli 1766). Ia adalah Ratu dari Raja Filippo V di Spanyol sehingga Elisabetta mempunyai nama Spanyol yaitu Isabel de Farnesio.
Ratu Elisabetta boleh jadi punya kecintaan kepada Bunda Maria sehingga ia melarang keluarga Kerajaan untuk membawa serta lukisan Bunda Maria (Madonna) dari san Girolamo dari Pelukis dari kota Reggio Emilia, Correggio. Lukisan bernama La Madonna di San Girolamo ini disimpan baik-baik oleh Putra Filippo atas perintah Ratu Elisabetta.
Filippo yang makin cinta seni ini pun berusaha mengembangkan koleksi seni di Kerajaan Parma-Piacenza. Dia mendirikan Akademi Seni (Accademia di belle arti) pada tahun 1752. Melalui lembaga ini, dia juga memberikan banyak beasiswa bagi mahasiswa yang mau berlajar seni. Koleksi seni bergaya Greco-romanapun berkembang.
Status yang berubah dari sekadar koleksi menjadi galleri ini rupanya tidak aman dari amukan pecinta karya seni. Bobot seni yang tinggi ini memang menjadi rebutan banyak penguasa. Pada tahun 1787 Putra Raja, Fernando berusaha untuk menambah koleksi galleri dengan membeli beberapa lukisan bergaya gotico-toscani di salah satu keluarga bangsawan. Koleksi ini menjadi rebutan para penguasa dari Prancis pada 1803-1814. Saat itu, Parma dikuasai oleh penguasa Prancis. Koleksi berbobot tinggi di Galleri Nazionale di Parma pun dipindahkan ke kota Paris, Prancis.
Saat ini, koleksi di Galleri Nazionale di Parma dikelompokkan menurut tahun pembuatannya. Ada 4 koleksi panjang yakni dari abad XII-XIV, abad XV-XVII, abad XVIII-XIX dan abad XX. Selain koleksi panjang, ada juga 7 karya besar (Opere Maggiori) yakni Il Trecento(300-an), Il Quattrosento(400-an), Il Cinquecento(500-an), Il Seicento(600-an), Il Settecento(700-an), L’Ottocento(800-an),dan Il Novecento (900-an).
Nama-nama para Pelukis besar dan kecil di Italia pun terpajang di setiap lukisan Galleri Nazionale di Parma ini. Sebut beberapa misalnya Paolo Veneziano, Leonardo da Vinci, Giulio Romano, Parmigianino, Correggio, dan sebagainya.
Saat ini Galleri Nazionale di Parma buka pada hari Selasa sampai Sabtu dari pukul 08.30-19.00. Hari Minggu dan hari libur pada pukul 08.30-14.00. Hari Senin libur. Untuk tiketnya bervariasi. Dari Selasa 27 September yang lalu sampai Minggu 8 Januari nanti sebesar 12 euro dan hanya 6 euro pada sore hari. Tiket ini berlaku untuk semua pusat seni di dalam kompleks galleri ini. Dari tanggal 9 Januari nanti harga tiket turun menjadi 10 euro untuk seharian dan 5 euro pada sore hari. Gratis untuk anak-anak di bawah 18 tahun.
Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.
PRM, 22/11/2016
Gordi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H