Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Teatro Farnese, Persembahan dari Raja untuk Rakyat Kota Parma

13 November 2016   07:11 Diperbarui: 18 November 2016   05:19 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak dari bagian depan, berbentuk U. Dokumentasi pribadi

Cosimo dalam rencana ini rupanya tidak bisa menikmati acara penyambutan dari Raja Farnese di Parma. Dia membatalkan kunjungannya karena alasan kesehatan. Teatro yang selesai dikerjakan pada musim gugur tahun 1618 ini pun menjadi panggung kosong tanpa pertunjukan selama 10 tahun.

Mimpi Cosimo untuk menikmati teatro ini pun ikut tertunda selama 10 tahun sampai pada kesempatan pembukaan awalnya yakni 21 Desember 1628. Inilah waktu pertunjukkan pertama di Teatro ini. Pada saat itu ada pertunjukkan untuk memeriahkan Pesta Pernikahan dari Odoardo (putra dari Ranuccio) dan Margherita de’ Medici (putri dari Cosimo). Cosimo kiranya senang melihat pertunjukkan dan melihat panggung Teatro Farnese ini.

Para pengunjung terkagum-kagum melihat model teatro ini. Dokumentasi pribadi
Para pengunjung terkagum-kagum melihat model teatro ini. Dokumentasi pribadi
Sejak saat itu, Teatro Farnese mulai banyak digunakan untuk pertunjukkan. Mulai dari pertunjukkan Mercurio e Marte yang perankan oleh Claudio Achillini sebagai pengaklamasi teks dan iringan musik oleh Claudio Monteverdi. Meski banyak pertunjukkan, biaya perawatan teatro ini ikut mengurangi jumlah permintaan. 

Dengan alasan ini pun, jumlah pertunjukkan akhirnya dibatasi sampai pada pertunjukkan akhir pada tahun 1732. Nasib pertunjukkan yang tidak jadi dipentaskan memang tidak berhenti di sini. Teatro Farnese akan menjawabnya dalam beberapa abad kemudian.

Sejak tahun 1732 memang Teatro ini praktisnya mati suri. Menjadi tambah hancur lebur dengan pengeboman yang terjadi pada 13 Mei 1944 pada Perang Dunia II. Sekitar 22 tahun kemudian, Teatro ini dibangun kembali yakni antara 1956 dan 1960. Desain asli pun tetap dipertahankan dengan bahan material yang sebagiannya hasil modifikasi.

Praktisnya butuh waktu 3 abad bagi Teatro Farnese untuk menjawab permintaan pertunjukkan yang jumlahnya banyak itu. Teatro ini—sejak direkonstruksi kembali—menerima banyak permintaan pertunjukkan. Bahkan, sejak 2001, Teatro ini mempunyai proyek Farnese Shakespeare untuk mengelola pertunjukkan yang ada.

Tahun 2001 misalnya ada pertunjukkan La Tempesta (Badai) dan Come vi piace (Bagaimana kalian menginginkannya). Setahun kemudian ada pertunjukkan Kisah Tragis dari Amleto, Pangeran dari Denmark. Pada 2003, ada Peccato fosse puttana (Malangnya Pelacur Itu). Masih banyak daftar pertunjukkan lainnya yang diputar sekitar dua minggu atau satu bulan untuk setiap pertunjukkan.

Dari daftar ini bisa diduga bahwa orang Parma memang suka bermain teater. Raja Farnese kiranya sudah menduga hal ini di masa pemerintahannya. Memang orang Parma suka teater. Teatro Farnese hanya satu dari sekian Teatro di kota Parma. Munculnya teater ini tak lepas dari kecintaan rakyat Parma pada dunia teater. Banyak seniman dalam dunia teater lahir, dididik, dan menjadi pemeran di berbagai Teatro ini.

Kiranya, tidak berlebihan jika ada pendapat bahwa kebaikan Raja Farnese tidak saja dikenang untuk beberapa waktu tetapi sepanjang hayat. Selagi rakyat Parma masih cinta pada dunia Teater, selama itu juga kenangan akan Raja Farnese dihidupkan.

salah satu bagian sisi penonton
salah satu bagian sisi penonton
Ide untuk membangun Teatro Farnese memang baik dan berguna tetapi lebih baik dan berguna lagi jika Teatro itu dihidupkan terus dengan mementaskan pertunjukkan bermutu. Dan, rakyat Parma menjawab dan terus menjawab kerinduan ini. Dengan kata lain, rakyat Parma ingin tetap menghidupkan keinginan Raja Farnese sejak dulu. Kenangan akan Farnese pun tetap hidup sampai hari ini.

Betapa kebaikan seorang pemimpin terus dihidupkan karena ia berhasil meninggalkan sesuatu yang berguna bagi rakyatnya.

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 14/11/2016

Gordi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun